9

3.3K 40 1
                                    

Pada waktu itulah mendadak si dara berbaju merah itu menjawil ujung baju sang pemuda dan berbisik, "Sstt....kau harus hati2 ayahku mengandung maksud tidak baik terhadap dirimu."
Mendengar peringatan ini Siauw Ling tertegun tapi sebentar kemudian ia sudah meneruskan langkahnya kedepan dan berhenti kurang lebih empat lima langkah dihadapan Pak Thian Coen cu.
"Entah Loocianpwee ada petunjuk apa?" tanyanya seraya menjura penuh rasa hormat.
"Kau kemarilah loohu ada pertanyaan hendak ditanyakan kepadamu."
Teringat akan peringatan yang diucapkan si dara berbaju merah itu kepadanya dalam hati Siauw Ling timbul juga rasa curiga yang menebal diam2 ia salurkan hawa murninya mengadakan persiapan lalu melanjutkan langkahnya kedepan.
"Giok jie...." mendadak Chee Toa Nio mendehem.
"Hujien loohu harap kau jangan banyak bicara" tegur Pak Thian Coen cu sambil tertawa dingin.
Agaknya Chee Toa Nio menaruh rasa hormat serta jeri terhadap Pak Thian Coen cu kena ditegur ia benar2 membungkam.
Sepasang mata Pak Thian Coen cu dengan memancarkan cahaya menggidikkan melototi diri Siauw Ling tak berkedip.
"Bocah kau bukan Chee Giok" serunya ketus.
Sebelum Siauw Ling memberi jawaban mendadak bayangan merah berkelebat lewat si dara berbaju merah itu sudah muncul menghadang dihadapan Siauw Ling sembari berseru manja.
"Tia siapa yang bilang dia bukan adik Giok?"
Pada mulanya Pak Thian Coen cu agak tertegun lalu ia mendongak dan tertawa terbahak2.
"Haaa....haaa tidak salah tidak salah sepasang mata Loohu memang sudah melamur aku sudah salah melihat orang...."
Sinar matanya segera berputar memandang ke arah Chee Toa Nio sambungnya, "Hujien tak usah marah kaum muda mudi memang sering berpura2 lalu bersungguh2 kita sebagai angkatan lebih tua ada baiknya jangan banyak ikut campur."
"Tidak salah tidak salah cinta2an antara kaum muda mudi lebih baik tak usah kita turut campur" seru Chee Toa Nio tertawa terkekeh2.
Sambil melanjutkan tertawanya kedua orang itu berlalu dan lenyap dibalik ruangan.
Menanti bayangan kedua orang itu sudah lenyap dari balik kabut si dara berbaju merah itu baru menyeka keringat dingin yang mengucur keluar membasahi keningnya.
"Sungguh berbahaya sungguh berbahaya...."
"Bahaya? apanya yang bahaya?" tanya Siauw Ling kebingungan.
"Hmm orang lain sudah menolong dua lembar jiwa kalian tua dan muda apakah kau sama sekali tidak tahu?"
"Maksudmu ayahmu...."
"Sedikitpun tidak salah jika tadi kau menjawab pertanyaan ayahku maka saat ini kau sudah menggeletak mati diatas lantai."
"Hmm masa begitu gampang ayahmu bisa membunuh aku dalam sebuah serangan saja" pikir pemuda itu dalam hati dengan rasa tidak puas.
Sedang diluaran ia berkata lambat2, "Tapi cayhe sudah melakukan persiapan2."
"Aku sama sekali tidak menyangka Tia bisa timbul napsu membunuhnya setelah berjumpa denganmu karena itu aku lupa beritahu kepadamu kalau Tiaku berhasil melatih sebuah ilmu pukulan yang maha sakti disebut orang sebagai Im Hong Sin Hu Ciang atau ilmu telapak angin dingin membetot nyawa."
"Hmm cukup kudengar dari namanya sudah dapat diduga kalau ilmu ini adalah semacam ilmu silat jahat" pikir Siauw Ling dalam hati.
Ketika si dara berbaju merah itu melihat Siauw Ling sama sekali tidak menunjukkan rasa kaget dan tercengang setelah mendengar nama ilmu pukulan tersebut dalam hati diam2 jadi jengkel pikirnya, "Pada suatu hariaku akan suruh kau ikut mencicipi bagaimana rasanya ilmu telapak angin dingin pembetot nyawa ini...."
Di dalam ia berpikir demikian diluar ujarnya, "Ilmu Si Hun Ciang atau pembetot nyawa saja sudah merupakan sebuah ilmu pukulan yang luar biasa dahsyatnya setiap kali melancarkan serangan apabila orang itu tidak mati tentu terluka parah ditambah pula ilmu ini digabung dengan ilmu Han Im Khie kang yang luar biasa maka namanya diubah jadi Im Hong Si Hun Ciang atau ilmu telapak angin dingin pembetot nyawa...."
Mendadak gadis itu menghela napas panjang sambungnya lebih lanjut, "Ketika Tia mengajak kau berbicara tadi secara diam2 hawa pukulan Im Hong Si Hun Ciang sudah dipersiapkan asal kau menjawab pertanyaannya sehingga perhatian agak bercabang maka Tia akan menggunakan kesempatan tersebut melancarkan sebuah pukulan angin dingin pembetot nyawa untuk membinasakan dirimu."
"Aku tidak percaya kalau ilmu pukulan angin dingin pembetot hati itu bisa membinasakan seseorang dalam sekali pukulan saja" pikir sang pemuda lagi di dalam hati.
Karena tidak percaya air mukapun menunjukkan perasan tersebut.
Agaknya si dara berbaju merah itu dapat melihat perubahan wajah Siauw Ling terdengar ia menghela napas dan menggeleng.
"Bukankah kau tidak percaya atas ucapanku?"
"Bukannya cayhe tidak percaya hanya ada sedikit heran."
"Apa yang kau herankan?"
"Sewaktu nona mengetahui kalau cayhe bukan Chee Giok wajahmu menunjukkan kemarahan yang memuncak dan agaknya ingin sekali menghukum mati cayhe pada saat itu juga entah apa sebabnya setelah menjumpai ayahmu maka rasa gusar yang semula kau perlihatkan lenyap tak berbekas dari musuh jadi kawan bahkan melindungi pula keselamatanku."
Si dara berbaju merah itu segera tertawa cekikikan.
"Hati orang perempuan sudah diraba bagaikan jarum didasar samudra sebentar girang sebentar marah membuat aku sendiripun susah untuk meraba apalagi kau tentu saja kau tak bakal tahu."
Mendadak air mukanya berubah serius dengan keren sambungnya, "Nama Siauw Ling yang kau beritahukan kepadaku bukan nama palsu lagi bukan?"
"Seratus persen tak akan palsu lagi."
"Lalu tahukah kau siapa namaku?"
"Cayhe belum menanyakan siapa nama Kuncu" pemuda itu menggeleng.
Siauw Ling dibikin apa boleh buat terpaksa ia rangkap tangannya menjura.
"Tolong tanya siapa nama nona?"
"Tidak berani budak she Pek Li" sahut dara berbaju merah itu sambil balas menjura.
"Bagus sekali" pikir Siauw Ling dalam hati. "Kiranya kau hendak repotkan aku untuk banyak bertanya lagi satu pertanyaan."
Terpaksa sambungnya, "Nama nona?"
"Terima kasih atas pertanyaan Siangkong budak hanya bernama tunggal Peng saja."
Ia merandek lalu tertawa geli.
"Walaupun aku jarang berkelana dalam daratan Tionggoan" sambungnya terus. "Tapi sering mempelajari buku syair dari daratan tionggoan kalian kata budak disini cocok tidak pengguanaannya?"
"Bagus, bagus cocok....cocok."
Pek Li Peng tersenyum.
"Jika begitu lain kali kalau aku menyaru sebagai putri daratan Tionggoan maka semuanya bakal lancar."
"Cara nona berbicara tidak celat tindak tanduk tidak kaku dan seratus persen merupakan putri daratan Tionggoan perlu apa kau harus menyaru."
"Hal ini dikarenakan ibuku adalah penduduk asal daratan Tionggoan sejak kecil aku telah memperoleh didikan dari ibu sehingga sangat suka dengan segala hal yang menyangkut soal daratan Tionggoan."
Siauw Ling perlahan-lahan mendongak memeriksa keadaan cuaca lalu ia berpaling.
"Cayhe rasa aku harus mohon diri terlebih dulu."
Mendengar pemuda itu pamitan Pek Li Peng menundukkan kepalanya rendah2 katanya sedih, "Walaupun datang dengan menyaru sebagai Chee Giok tapi aku selalu tidak dapat mengubah pandanganku...."
"Soal ini tidak penting berkat bantuan nona yang menolong diri cayhe lolos dari bahaya dalam hati aku merasa sangat berterima kasih sejak ini hari tentu akan kubantu diri nona untuk mencari dapat jejak Chee Giok dan menyampaikan rasa cinta kasih nona terhadap dirinya. Kalau aku berjumpa tentu akan kusuruh ia segera berangkat keistana es guna menjumpai dirimu."
Pek Li Peng mendongak sinar matanya penuh mengandung rasa sedih memandang sekejap wajah Siauw Ling bibirnya bergerak seperti mau mengucapkan sesuatu tapi akhirnya dibatalkan kembali.
Setelah berdiam diri beberapa saat diambilnya keluar beberapa tusuk konde pualam dari rambutnya dan diserahkan ketangan pemuda itu.
"Harap Siauw heng suka menerima tusuk konde ini."
"Maksud nona?" tanya Siauw Ling tertegun.
"Dikemudian hari apabila Siauw heng berjumpa dengan Chee heng berikanlah tusuk konde ini kepadanya dan minta ia dengan membawa tusuk konde ini segera datang keistana es di Pak Hay untuk menjumpai diriku."
"Harap nona berlega hati" sahut Siauw Ling sambil menyambut tusuk konde itu. "Bila cayhe tidak berhasil menjumpai Chee Giok aku pasti akan mengembalikan tusuk konde ini kapada Kuncu."
Pek Li Peng tidak menjawab hanya ujarnya, "Tusuk konde ini terbuat dari batu kumala berusia ribuan tahun yang ada diatas gunung Thian san kasiatnya dapat memusnahkan berbagai macam racun bila kau selalu membawanya disaku mungkin bisa banyak membantu dirimu."
Siauw Ling tidak banyak bicara ia menjura mohon diri.
"Cayhe mohon diri terlebih dahulu" katanya sambil putar badan berjalan keluar dari ruangan.
"Berhenti kau hendak kemana?" tiba-tiba Pek Li Peng membentak lirih.
"Aku hendak mencari Chee popo."
"Aaaai....lebih baik kau jangan pergi mencari dirinya ayahku sudah menaruh curiga dengan kau aku rasa bila kau nekad pergi kesana maka jiwamu akan terancam."
"Kendati begitu cayhe tak boleh meninggalkan Chee Loocianpwee begitu saja."
"Aku bisa bantu kau membawanya keluar...."
Gadis itu berpaling dan menggape seorang dayang berbaju serba putih segera lari mendekat.
"Siang Soat" kata Pek Li Peng sambil menuding diri Siauw Ling. "Hantar Siauw ya ini keluar dari sini dan menanti kedatanganku dikuil San Sin Bio kurang lebih tiga li dari sini...."
Siang Soat mengiakan ia segera berpaling dan tertawa.
"Siauw ya silahkan...."
"Cayhe tidak kenali jalanan disini silahkan nona berjalan terlebih dahulu...."
"Kalau begitu maaf budak akan membuka jalan" dayang itu segera berlalu terlebih dahulu.
Sekeluarnya dari pintu besar dari sudut dinding segera muncul dua orang lelaki berbaju putih menghadang jalan pergi mereka.
Siang Soat maju menyongsong dan membisikkan sesuatu ditelinga mereka berdua orang lelaki berbaju putih itu mengangguk dan mengundurkan diri lagi keposnya masing-masing.
Jarak tiga li yang sangat pendek ini mereka lalui setelah menjumpai empat buah pos penjagaan tapi semua penjaga dapat diundurkan setelah Siang Soat membisikkan sesuatu ketelinga mereka.
Menanti dayang berbaju putih ini selesai mengundurkan penjaga pada pos yang terakhir mereka telah tiba didepan kuil San Sin Bio.
Sambil menghembuskan napas panjang ia berpaling dan tertawa ke arah Siauw Ling ujarnya, "Huu....beruntung aku tidak sampai mengecewakan perintah Kuncu."
"Terima kasih atas bantuan nona."
"Aaaakh....Siauw ya terlalu memuji" dayang ini merandek sejenak kemudian terusnya, "Di dalam daerah sekitar tiga li semuanya ada tiga puluh enam kelompok peronda jaga dari pengawal istana es kami perduli siang maupun malam penjagaan tidak pernah berhenti tapi hal ini cuma terbatas dalam lingkungan tiga li saja diluar tiga li kendati langit ambrukpun mereka akan berpeluk tangan menonton tapi gerak gerik yang terjadi dalam lingkungan penjagaan mereka tak akan mereka lepaskan barang sedikitpun jua."
"Tapi mengapa nona bisa mengundurkan mereka tanpa mencabut senjata dan berhasil menghantar cayhe sampai disini?"
Siang Soat tertawa.
"Rata2 mereka pada tahu kalau aku adalah dayang kepercayaan Kuncu karena itu sedikit banyak mereka jeri kepadaku dan tidak berani berbuat kesalahan dengan diriku."
"Kalau begitu Kuncu kalian paling galak seisi istana?"
"Hujien...."
"Sedikitpun tidak salah Hujien adalah ibu kandung Kuncu bahkan Looya kamipun paling takut dengan Hujien...."
Mendadak tampak dua sosok bayangan manusia meluncur datang buru-buru dayang itu membungkam.
Datangnya bayangan manusia itu amat cepat laksana kilat menyambar dalam sekejap mata mereka sudah tiba didepan mata.
Mereka bukan lain adalah Pek Li Peng serta Chee Toa Nio dua orang.
"Merepotkan Kuncu...." buru-buru Siauw Ling menyongong seraya menjura.
"Semoga kalian berdua selamat tiba ditempat tujuan maaf aku tak dapat menghantar terlalu jauh."
"Aaaai...." Chee Toa Nio menghela napas panjang. "Harap Kuncu suka sedikit merepotkan untuk beritahu kepada ayahmu bahwa aku harus berlaku karena keadaan terdesak...."
"Loocianpwee boleh berlega hati dihadapan Tia biar boanpwee yang usahakan aku tanggung karena urusan ini tak akan menimbulkan rasa dendam dalam hati Tia."
"Besok pagi aku segera akan menyaru dan melakukan perjalanan mencari cucuku sampai diujung langitpun setelah berjumpa dengan dirinya aku pasti akan membawa dia datang berkunjung keistana es untuk mohon maaf dihadapan ayahmu."
"Aku rasa tidak perlu lagi berbuat demikian" tukas Pek Li Peng seraya mengerling sekejap wajah Siauw Ling. "Kalau Loocianpwee berhasil menjumpai Giok te sampaikan saja salamku kepadanya aaai...."
"Permainan semasa kecil mana boleh dianggap sungguhan saat ini boanpwee sudah banyak lebih sadar."
"Karena cucuku Kuncu telah melakukan perjalanan sejauh ribuan li sudah seharusnya kalau Giok jie mengunjungi istana es untuk mohon maaf atas hal ini setelah aku menemukan dirinya tentu akan kubawa cucuku untuk mengunjungi istana es Kuncu silahkan kembali dan akupun mohon diri terlebih dahulu."
Setelah menjura dengan membawa Siauw Ling mereka berlalu dari sana.
Pek Li Peng berdiri termangu2 menanti kedua sosok bayangan manusia itu sudah lenyap dari pandangan dengan membawa serta Siang Soat ia kembali ke dalam istananya.
Sepanjang perjalanan tak ada kejadian penting yang mereka jumpai ketika Chee Toa Nio serta Siauw Ling tiba kembali didepan gubuk waktu itu Kiem Lan sedang menanti kembalinya Sam Cungcu mereka dengan hati cemas.
Melihat pemuda itu kembali ia segera lari menyambut.
"Sam ya baik2kah kau selama perjalanan?" tanyanya dengan nada kuatir.
"Masih beruntung baik2 saja ada orang yang datang mengunjungi gubuk kita?"
"Tidak ada" Kiem Lan menggeleng. "Sejak Sam ya pergi hingga ini hari tak seorangpun yang datang mencari gara2 disini."
"Ehmm....orang itu sungguh boleh dipercaya" puji Siauw Ling seraya mengangguk.
Ketika itu Giok Lan serta Tong Sam Kauw sama2 lari keluar dari ruangan, setelah menjura kepada diri Chee Toa Nio tanya mereka hampir berbareng, "Hmmm Cungcu siapa yang kau puji?"
"Be Boen Hwie?"
"Be Boen Hwie? kenapa dia?" sela Chee Toa Nio.
"Ia menyanggupi untuk melarang enghiong hoohan dari kolong langit mencari gara2 disini sebelum malam nanti ternyata ucapannya bisa dipercaya."
"Kalau ia tidak punya sifat bisa dipercaya bagaimana orang itu bisa menaklukan para jago Bulim yang ada di Ih Ouw Siang serta Kan empat keresidenan besar."
"Samya! Loocianpwee kalian baru saja pulang dari tempat kejauhan silahkan beristirahat dulu" timbrung Kiem Lan tiba-tiba.
Setelah mendengar ucapan itu Chee Toa Nio pun teringat kembali akan janji Siauw Ling dengan diri Be Boen Hwie karena mengingat dalam pertemuan ini mungkin akan terjadi kembali suatu pertempuran ini sengit ia lantas menghela napas panjang.
"Aaaai....aku memang harus pergi beristirahat" katanya sambil melangkah masuk ke dalam ruangan.
Menanti nenek itu sudah berlalu Siauw Ling mengalihkan sinar matanya ke atas wajah Tong Sam Kauw serta Giok Lan.
"Bagaimana dengan luka kalian berdua? sudah baikkah?" tanyanya lirih.
"Sudah pulih seperti sedia kala" jawab Tong Sam Kauw cepat. "Setelah mendengar kisah dari nona Kie Lan aku baru tahu selama ini telah banyak menyusahkan dirimu."
"Budakpun sudah banyak menerima budi Sam ya dalam penghidupanku selama ini mungkin susah untuk membalas kebaikan ini" sambung Giok Lan pula sambil memberi hormat.
"Kita berasal dari sampan yang sama senang derita kita pikul bersama buat apa kalian mengucapkan kata2 yang menyangkut soal hutang budi segala...." seru Siauw Ling tertawa.
Semua orang membungkam beberapa saat suasana jadi sunyi tak kedengaran sedikit suarapun.
Akhirnya Tong Sam Kauw buka suara terlebih dahulu katanya, "Orang2 ini tiada kaitan permusuhan dengan kita orang kenapa dia bersikeras terus mendesak diri kita nanti malam kalau ia datang lagi akan kusuruh ikut merasakan bagaimana rasanya senjata rahasia beracun keluarga Tong dari kerajaan Su Tzuan kami."
"Eeeeei jangan....jangan...." buru-buru Siauw Ling goyangkan tangannya mencegah. "Dalam keadaan semacam ini kita jangan melukai orang secara sembarangan. Walaupun kita tak bersalah tapi kesalahan ini terletak kepada bakti kita terhadap perkampungan Pek Hoa San cung jangan dikata dengan kekuatan kita berapa orang tak bisa melawan kekuatan para enghiong dari kolong langit sekalipun mampupun kita tak boleh membunuhi orang secara sembarangan kalau bukan jiwa kita terancam lebih baik nona jangan sembarangan mengeluarkan senjata rahasia beracunmu...."
Ia merandek sejenak sinar matanya menyapu sekejap wajah ketiga orang itu lalu terusnya, "Kalian berdua bisa bebas dari pengaruh racun keji pembusuk tulang aku rasa ini hal ini berada diluar dugaan Toa Cungcu malam ini perduli akan damai atau bertempur kita tetap harus melanjutkan perjalanan mengambil sedikit kesempatan ini baik2lah kalian bertiga beristirahat untuk pulihkan tenaga."
Kiem Lan serta Giok Lan saling bertukar pandangan dan tertawa jawabnya berbareng, "Sam ya pun seharusnya baik2 beristirahat setelah melewati rintangan ini semua hal masih tergantung dari tenaga Sam ya untuk mengatasinya."
Setelah harian lewat dengan amat cepat dalam sekejap mata sang surya sudah lenyap disebelah barat sang rembulanpun muncul diawang2.
Perlahan-lahan Siauw Ling bangun berdiri bisiknya kepada Kiem Lan sekalian, "Asal orang2 mereka tidak sampai menyerbu ke dalam gubuk lebih baik kalian bertiga jangan turun tangan."
Setelah meninggalkan pesan2 dengan langkah lebar pemuda ini berjalan keluar.
Dibawah sorotan sang rembulan tampak Be Boen Hwie dengan memakai seperangkat pakaian singsat warna biru dan mencekal senjata kipas ditangan telah menanti disana.
"Maaf cayhe datang sedikit terlambat sehingga mengharuskan Be heng lama menanti" buru-buru Siauw Ling menjura.
"Bukan Siauw heng yang datang terlambat adalah cayhe yang datang kepagian."
Siauw Ling yang mendongak memperhatikan sekejap rembulan yang ada diawang2 lalu ujarnya, "Siauw te tidak lama terjunkan diri ke dalam dunia persilatan tidak banyak jago yang kukenal sudah tentu tak banyak permusuhan pula yang kuikat dengan para jago Bulim entah apa sebabnya para jago demikian bersikeras hendak menyusahkan diri Siauw te?"
"Siauw heng gagah perkasa dan merupakan seorang lelaki sejati apa yang kau ucapkan dapat kami percaya tapi para jago memusuhi kalian bukan terhadap pribadi Siauw heng sendiri tapi disebabkan oleh Siauw heng datang dari perkampungan Pek Hoa San cung...."
Ia merandek untuk menghela napas panjang kemudian sambungnya, "Tempo dulu Djen Bok Hong sudah banyak menciptakan pembunuhan keji dalam kalangan dunia persilatan permusuhan yang diikat sangat banyak dan boleh dikata mencapai rekor selama ini."
"Kemudian secara tiba-tiba Djen Bok Hong mengundurkan diri dan lenyap dari keramaian dunia kangouw selama banyak tahun walaupun para jago pernah mengadakan pencarian secara besar2an selama beberapa tahun hasilnya tetap nihil. Aaaai....semua orang menyangka tempat persembunyiannya tentu diatas sebuah gunung yang tinggi atau di dalam hutan yang lebat serta jarang dijejaki manusia karena itu kebanyakan mereka masuk ke dalam hutan mencari jejaknya lama sekali pencarian ini berlangsung dan akhirnya muncul berita dalam Bulim yang mengatakan manusia she Djen itu sudah mati. Berita ini entah muncul dari siapa yang jelas dengan cepat tersebar luas dalam Bulim dengan demikian pencarian yang sedang berlangsungpun makin mengendor dan akhirnya bubar tidak disangka ternyata orang itu bersembunyi di dalam perkampungan Pek Hoa San cung...."
Bibir Siauw Ling bergerak ingin mengucapkan sesuatu tapi ia batalkan kembali maksudnya.
Terdengar Be Boen Hwie menghela napas panjang sambungnya lebih lanjut, "Bila kupikir saat ini, dapat kuduga berita kematian Djen Bok Hong yang tersiar dalam bulim pasti berita kosong yang sengaja ia sebar sendiri."
"Setelah dua tahun pencarian yang sia2 dari para jago berita ini memang merupakan umpan yang paling empuk untuk termakan oleh semua orang sehingga siapapun pada waktu itu percaya akan kematiannya. Sungguh sayang waktu itu tak seorangpun yang pernah berpikir bahwa berita ini hanya berita bohong yang sengaja disiarkan Djen Bok Hong sendiri....kalau tidak mungkin saat ini muncul berita yang sangat menggemparkan dimana Djen Bok Hong munculkan dirinya kembali ke dalam dunia persilatan."
Siauw Lingpun ikut menghela napas panjang.
"Apakah waktu itu Be heng sudah terjunkan diri ke dalam dunia persilatan?" tanyanya.
"Sewaktu Siauw te munculkan diri ke dalam dunia kangouw walaupun Djen Bok Hong sudah mengundurkan diri tapi semua peristiwa ini dapat kudengar dari mulut suhuku jadi tidak bakal salah lagi."
"Watak Be heng sangat gagah kepandaian silatmu lihay luar biasa suhumu tentu seorang jago aneh yang mempunyai nama besar di dalam Bulim."
"Suhuku sudah meninggal...." kata Be Boen Hwie sedih.
Ia mendongak memandang rembulan diawang2 setelah menghembuskan napas sambungnya, "Karena termakan sebuah pukulan berat dari Djen Bok Hong isi perut suhuku terluka parah sepanjang hidup ia tak dapat belajar ilmu silat lagi demi berhasil menurunkan seluruh kepandaian silatnya kepada siauwte beliau rela bertahan dan bergelut dengan penyakitnya selama lima tahun, sepanjang lima tahun ini siauwte dengan mata kepala sendiri melihat kambuhnya penyakit itu satu kali setiap kali. Siksaan yang begitu hebat menciptakan rasa dendam serta rasa marah yang tak terpendamkan dalam dadaku...."
"Oooouw....kiranya begitu tidak aneh kalau Be heng bisa menaruh benci yang merasuk ketulang sumsum terhadap diri Djen Bok Hong."
"Rasa benci Siauwte terhadap Djen Bok Hong walaupun lebih mengutamakan dendam suhuku, tapi permusuhanku dengan perkampungan Pek Hoa San cung bukan disebabkan dendam pribadi. Sejak Siauwte memperoleh kepercayaan dari para jago empat keresidenan besar dan mengangkat diriku sebagai Bengtju, menurut apa yang siauwte ketahui banyak2 Bulim dari empat keresidenan ini mati karena mendapat siksaan Djen Bok Hong. Para jago yang siauw heng ketemui sepanjang jalan inipun datang karena hal yang sama, aku rasa kau bisa percaya bukan perkataanku ini bukan...."
"Apa yang cayhe lihat sudah sangat banyak dapat kupercayai apa yang Be heng katakan tidak bohong aaai....sekali cayhe salah melangkah untuk berpaling sudah terlambat. Kalau kalian suruh aku memusuhi orang2 perkampungan Pek Hoa San cung hal ini tak bisa kulakukan, sekalipun tindak tanduk Djen Bok Hong tidak benar, tapi cayhe pun tidak seharusnya mengkhianati dirinya. Cuma Siauwte bersumpah tak akan membantu pihak perkampungan Pek Hoa San cung untuk melakukan kejahatan."
Be Boen Hwie termenung sebentar lalu menghela napas panjang.
"Setelah Siauw heng berkata demikian siauwtepun tidak berani banyak memaksa tapi malam ini aku bisa memperoleh kata2 sumpah dari diri Siauw heng rasanya pertemuan malam ini tidak terlalu mengecewakan."
"Dikemudian hari asal cayhe bisa berjumpa kembali dengan Djen Bok Hong tentu akan kuusahakan sedapat mungkin untuk mengubah wataknya dan banyak berbuat kebajikan...."
"Watak Djen Bok Hong sudah keburu rusak mungkin Siauw heng tak bakal berhasil menyadarkan dirinya" tukas Be Boen Hwie. "Semoga saja Siauw heng pribadi bisa menjauhkan diri dari kejahatan dan berbuat amal ucapan dari Siauwte ini harap Siauw heng berpikir tiga kali selamat berpisah dan sampai jumpa lain kesempatan."
Setelah menjura ia putar badan berlalu.
"Be heng tunggu sebentar" seru Siauw Ling cemas.
"Siauw heng masih ada perkataan apa lagi?" perlahan-lahan Be Boen Hwie berpaling.
"Pembicaraan kita dibawah sorotan rembulan telah menambah banyak pengetahuanku setelah aku orang she Siauw terperosok ke dalam perkampungan Pek Hoa San cung akupun tidak berani banyak bicara lagi sejak ini aku akan berusaha menggunakan segala kemampuanku untuk menghindarkan diri dari pertikaian antara jago-jago Bulim dikolong langit dengan pihak perkampungan Pek Hoa San cung."
"Siauw heng suka mendengarkan nasehat cayhe siauwte merasa sangat berterima kasih sekali."
"Masih ada satu persoalan lagi cayhe mohon bantuan dari diri Be heng...."
"Asal dapat kulakukan aku orang she Be tentu tak akan menampik."
"Permusuhan yang diikat pihak perkampungan Pek Hoa San cung dengan kawan2 Bulim sudah terlalu banyak cayhe dengan kedudukan sebagai Sam Cungcu dari perkampungan Pek Hoa San cung muncul dalam dunia kangouw sedikit banyak akan mendapat gangguan serta rintangan2 dari jago kolong langit hal ini tak dapat salahkan mereka berbuat demikian terhadapku. Hanya saja sikap mereka ingin sekali membinasakan aku Siauw Ling seketika itu juga membuat hatiku risau ucapan tak pernah mereka gubris. Aaaai dalam keadaan seperti ini memaksa siauwte terpaksa harus melawan tapi cayhe sangat tidak ingin karena urusan ini mengakibatkan kesalah pahaman semakin mendalam dan mengalir darah karena ini oleh sebab itu siauwte mohon bantuan Be heng suka membantu cayhe memberi penjelasan kepada para enghiong hoohan dikolong langit dengan ucapan dari Be heng rasanya para jago tentu akan mempercayainya."
"ucapan ini tak berani cayhe terima" sahut Be Boen Hwie setelah termenung sebentar. "Bila dibicarakan dari soal ini siauwte tak berani memastikan bisa melerai pertikaian antara para jago dengan diri Siauw heng tapi aku akan menggunakan segenap tenagaku untuk menasehati beberapa orang."
"Untuk itu cayhe ucapkan terima kasih lebih dahulu demi terhindar dari banyak pertikaian siauwte telah ambil keputusan untuk segera melanjutkan perjalanan aku akan berusaha menghindari pertemuan2 dengan orang2 Bulim."
"Aaaai semoga Siauw heng suka berjaga diri" seru Be Boen Hwie sambil menghela napas.
Dalam beberapa kali loncatan saja ia sudah lenyap dari pandangan.
Siauw Ling segera kembali ke dalam gubuk sepeninggalnya orang she Be waktu itu Tong Sam Kauw, Kiem Lan serta Giok Lan telah menyelesaikan bekalannya.
"Mari kita berangkat!" serunya pemuda itu sambil menyapu sekejap wajah mereka bertiga.
Tanpa menanti jawaban lagi ia meloncat terlebih dahulu keluar.
Pada waktu itulah dari balik ruangan terdengar suara Chee Toa Nio berkata, "Semoga kalian berempat selamat mencapai tujuan, maaf aku tak bisa menghantar."
"Bantuan Loo popo selama ini tak akan aku orang she Siauw lupakan selama hidup, dikemudian hari kalau ada jodoh pasti akan kubalas budi kebaikan ini."
"Setelah kalian berempat pergi akupun akan meninggalkan rumah reyotku ini" terdengar Chee Toa Nio berkata kembali dari balik ruangan. "Usiaku sudah lanjut sejak ini akan hidup terlunta2 dimanapun sampai kapan aku tetap hidup susah dikatakan dari sekarang hanya harapanku apabila dikemudian hari Siauw Siangkong bisa menjumpai cucuku Chee Giok harus kau suka baik2 menjaga dirinya."
"Asal berjumpa tentu akan kuusahakan sedapat mungkin, selamat berpisah dan semoga Loo popo baik2 menjaga diri."
Sesudah menjura ke arah gubuk dengan langkah lebar ia berlalu.
Satu lelaki toga orang gadis dengan mengerahkan ilmu meringankan tubuh berkelebat lewat laksana empat gumpul asap ditengah sorotan rembulan.
Dalam sekejap mata mereka sudah menerobosi hutan dan meneruskan perjalanannya kedepan.
"Siapa?" mendadak terdengar suara bentakan memecahkan kesunyian.
Tiga tombak dari arah mereka muncul desiran anak panah yang memekikkan telinga.
Sambaran anak panah mendatangkan suara yang aneh dan menggidikkan hati ditengah malam yang sunyi.
Dengan kumpulkan tenaga murninya dipedang Siauw Ling menggerakkan senjatanya dengan jurus Fu Im Yen Gwat atau awan melayang menutup rembulan.
Pedangnya dengan menciptakan serentetan cahaya keperak2an menghantam diatas anak panah tersebut sedang dimulut ia membentak, "Ayo cepat jalan!"
Tong Sam Kauw meraup jarum beracunnya melakukan persiapan sekali loncat ia memimpin jalan terlebih dahulu.
Giok Lan serta Kiem Lan pun meloloskan pedangnya dari sarung dengan berjalan2 keriring mereka mengikuti dari belakang Tong Sam Kauw.
Setelah melihat beberapa kali pertarungan sengit yang terjadi antara Siauw Ling dengan para jago di dalam hati Kiem Lan tahu kalau dalam perjalanan yang penuh kesulitan ini mereka bakal jumpai berpuluh2 macam cegatan dari para jago Bulim.
Karena itu meminjam kesempatan sewaktu Siauw Ling mengadakan pertemuan dengan Be Boen Hwie ia membuka peti dan memilih beberapa macam barang yang berharga menjadi dua buntalan lalu digantungkan pada punggungnya serta Giok Lan seorang satu, sedang barang lain semuanya dibuang begitu saja.
Pedang Siauw Ling yang menghantam anak panah tadi membuat panah tersebut sedikit miring kesamping hatinya segera bergerak pikirnya, "Datang anak panah ini sangat dahsyat kalau tidak kutaklukkan dulu orang ini tentu akan menimbulkan bencana dikemudian hari...."
Teringat hal ini dia segera mengepos semangat dengan gerakan Pat Poh Teng Gong atau delapan langkah mencapai langit yang merupakan ilmu meringankan tubuh tingkat atas diterjangnya dari arah mana datangnya serangan tersebut.
Angin tajam berdesir mendadak dari balik pepohonan kembali meluncur keluar sebuah serangan bandulan berantai yang menyapu ke arah pinggang Siauw Ling.
Walaupun Siauw Ling dapat melihat datangnya serangan bandulan berantai itu sangat luar biasa tapi menghadapi situasi semacam ini ia lebih mengutamakan serangan cepat.
Mau tak mau ia harus menempuh bahaya mencari kemenangan pedangnya digerakkan menutul ke arah bandulan berantai tersebut.
"Bangsat kau cari mati...." seru orang yang ada dikegelapan itu sambil tertawa dingin.
Bandulan berantai tadi tak bisa dicegah lagi segera menyapu pedang tersebut.
Traaaang Siauw Ling merasa pergelangan kanannya jadi kaku hampir2 saja pedang terlepas dari tangan.
Sebaliknya setelah bandulan berantai itu termakan oleh tangkisan pedang Siauw Ling gerakanpun semakin lambat.
Siauw Ling tidak mau menyia2kan kesempatan itu lagi pedang ditangan kanan menghajar kedepan tangan kirinya secepat kilat mencengkeram bandulan rantai tersebut.
Terasa segulung tenaga tekanan yang besar menbetot rantai itu ke belakang membuat Siauw Ling yang masih mencengkeram rantai tersebut ikut meninggalkan permukaan dan melayang ketempat kegelapan.
Sesosok bayangan tubuh yang tinggi besar muncul dari balik pohon wajahnya merah dengan badan yang kekar dia bukan lain adalah si panah sakti penyapu jagat Tong Yen Khie.
Tampak tangan kirinya mencegkeram rantai senjata tangan kanannya diayun kedepan sebuah telapak besar bagaikan raksasa membabat ke arah tubuh Siuaw Ling.
Siauw Lingpun segera menggerakkan telapak kanannya menyambut datangnya serangan tersebut dengan keras lawan keras.
Braaak....! lengannya kontan jadi kaku dan linu membuat pemuda ini jadi sangat terperanjat pikirnya, "Sungguh dahsyat tenaga sakti yang dimiliki orang itu."
Tak terasa lagi tangan kirinya melepaskan cekalan pada rantai senjata kemudian melancarkan sebuah sentilan dengan ilmu menotok Siuw Loo Sin Ci.
Sreeeet segulung desiran tajam dengan cepat menghajar diatas lutut sebelah kanan Tong Yen Khie.
ooooooo0oooooooo
Tong Yen Khie sama sekali tidak menyangka totokan dari Siauw Ling ternyata menggunakan ilmu menotok yang paling sulit dipelajari dalam dunia kangouw.
Terasa lutut kanannya jadi kaku seluruh badan kehilangan keseimbangannya dan jatuh terjengkang kedepan.
Dengan gerakan tubuh yang cepat Siauw Ling mendesak lebih jauh tangan kanannya mengambil kesempatan itu berturut2 melancarkan tiga totokan ke atas tubuh Tong Yen Khie.
"Uuuuh....sungguh beruntung" pikirnya dihati.
Setelah putar badan buru-buru ia lari kedepan melalui jalan kecil yang terbentang didepan mata.
Baru saja berlari sepuluh tombak mendadak dari arah depan kedengaran suara bentrokan senjata yang amat ramai dalam hati ia segera mengerti tentu Tong Sam Kauw sekalian sudah menjumpai kaum penghadang.
Diam2 ia menghela napas panjang pikirnya, "Agaknya untuk meloloskan diri dari kepungan malam ini aku harus mengeluarkan tenaga...."
Ketika itu ia sudah mengitari hutan dan tiba dikalangan pertarungan.
Tampaklah tiga orang lelaki berpakaian ringkas sedang bergebrak dengan serunya melawan Tong Sam Kauw, Kiem Lan serta Giok Lan.
Pertarungan keenam orang ini amat seru cahaya golok bayangan pedang berkelebat tiada hentinya dibawah sorotan rembulan.
Karena buru-buru melakukan perjalanan Siauw Ling lupa memungut kembali pedangnya yang terpukul pental oleh serangan bandul berantai dari Tong Yen Khie tadi kini setelah menjumpai pertarungan sengit ia baru teringat apabila senjatanya sudah hilang.
Setelah tertegun sejenak mendadak teringat kembali olehnya akan sarung tangan kulit ular hadiah Liuw Sian Cu kepadanya sesaat meninggalkan lembah San Sin Kok.
Dengan cepat diambilnya sarung tangan itu dari saku kemudian dikenakan pada sepasang tangan.
Sarung tangan kulit ular ini mempunyai warna yang sama dengan kulit manusia setelah dikenakan ditangan susah bagi orang untuk membedakan mana sarung mana kulit badan yang asli.
"Lepas tangan" tiba-tiba terdengar Tong Sam Kauw membentak keras.
Pedangnya ditangan bergerak mengencang langsung membabat pergelangan kanan lelaki yang ada ditengah.
Serangan ini datangnya sangat cepat kalau lelaki itu bersikeras tak mau lepas senjata maka pergelangannya pasti akan terluka.
Mendadak cahaya golok berkelebat lewat dari samping menyambar datang sebelah golok menangkis datangnya serangan Tong Sam Kauw yang gencar.
Karena kena ditangkis gerakan perempuan muda ini jadi rada merandek ketika itulah pihak lawan buru-buru tarik kembali serangannya.
Tong Sam Kauw tak bisa berkutik terpaksa tangannya merogoh saku meraup keluar segenggam jarum beracun.
"Kalian bertiga apakah ingin menjajal bagaimana lihaynya jarum Chiat Tok Oei Hong Ciam dari keluarga Tong keresidenan Su Tzuan."
"Nona Tong jangan turun tangan" melihat kejadian itu Siauw Ling jadi cemas dan berteriak.
Ditengah suara bentakan keras bagaikan segulung angin yang menerjang kedepan telapak kirinya diayun menangkis bacokan yang mengarah Kiem Lan sedang tangan kanan dengan jurus Sin Liong Tan Cau atau naga sakti pentangkan cakar mencengkeram pergelangan kanan lelaki tersebut.
Dimana hawa kweekang meluncur keluar golok tadi tahu2 sudah kena direbut.
Melihat kedahsyatan pemuda tersebut dimana serangan goloknya ditangkis dengan tangan kosong tanpa menderita luka sedikitpun lelaki itu jadi terperanjat.
"Oooouw...." makinya. "Ilmu silat apakah ini...."
Belum habis pikirannya berkelebat lewat goloknya sudah kena direbut oleh Siauw Ling.
Setelah mencekal senjata ditangan kegagahan Siauw Ling makin berlipat ganda sembari menangkis datangnya bacokan dari kedua orang lelaki tersebut bentaknya, "Cepat pergi!"
Tong Sam Kauw masukkan kembali jarum tawon tujuh racunnya ke dalam saku kemudian sambil kebaskan pedang ia berangkat terlebih dahulu.
Kiem Lan serta Giok Lan mengikuti dari belakang Tong Sam Kauw dalam sekejap mata mereka bertiga sudah berada tiga tombak jauhnya.
Siauw Ling bersenjatakan golok segera mengeluarkan jurus2 serangannya secara berantai membungkus ketiga orang itu dalam lapisan golok yang menyilaukan mata.
Orang2 itu benar2 terdesak mereka dibikin kalang kabut dan tak berani pecahkan perhatian untuk mengurusi Tong Sam Kauw sekalian lagi.
Ditengah pertarungan yang sengit mendadak Siauw Ling melancarkan sebuah tendangan menghajar pinggang salah seorang lelaki itu.
Orang tadi mendengus dan jatuh terpental sejauh lima enam depa dari sisi kalangan.
Setelah dalam satu jurus berhasil merubuhkan lawan golok Siauw Ling makin berketat serangannya dengan jurus Huang Hong Leng Tiap atau tawon kalap lupu cabul memaksa seorang lelaki diantara dua orang yang tersisa mundur ke belakang.
"Hmm bila aku Siauw Ling ingin cabut nyawa kalian dalam sepuluh gebrakan saja kalian sudah mati bergelimpangan" seru pemuda itu dengan nada yang dingin. "Tapi kita tiada ikatan permusuhan disini."
Setelah membuang golok dengan langkah lebar ia melanjutkan perjalanannya kedepan.
Ketika orang lelaki kekar itupun sadar bahwa apa yang diucapkan pemuda itu bukan kata2 kosong belaka dengan mulut bungkam mereka berdiri disisi kalangan tidak berani menghadang lagi.
Dalam sekajap mata Siauw Ling telah menyusul Tong Sam Kauw sekalian yang berangkat terlebih dahulu.
Waktu itu sang rembulan sudah ada ditengah awang kentongan ketiga sudah berlalu.
Sembari memandang pemandangan disekelilingnya Tong Sam Kauw menghela napas panjang.
"Aaaai....bagi kita mungkin tidak terlalu sulit untuk meloloskan diri dari kepungan para jago tapi dapatkah kita lolos dari siasat licik yang diatur Djen Toa Cungcu terhadap kita?"
Siauw Ling mendongak dan iapun menghela napas panjang.
"Kalau mereka paksa aku sampai tiada jalan lagi tanpa perduli hubungan persaudaraan lagi aku Siauw Ling tidak sudi menyerah dibelenggu."
Kiem Lanpun menghela napas panjang ia mau bicara tapi akhirnya membatalkan maksud tersebut.
Kembali Tong Sam Kauw memperhatikan suasana disekelilingnya lalu berkata lagi, "Mungkin kau belum tahu bagaimana kejinya Djen Bok Hong aku pernah mendengar nenekku menceritakan kisah yang pernah terjadi tempo dulu sungguh hebat sekali bukan saja para jago dikolong langit bahkan nenekku pun kelihatan terkejut dan kagum setiap kali mengungkap nama Djen Bok Hong...."
"Aku tidak takut kepadanya" tukas Siauw Ling serius. "Yang kusungkan hanyalah hubungan persaudaraan yang masih ada hingga sekarang sekali hubungan ini putus aku Siauw Ling tentu akan bantu orang2 Bulim melenyapkan pengacau ini...."
Mendadak terdengar suara helaan napas panjang berkumandang dari tempat kegelapan beberapa tombak diluar keempat orang itu.
Dibawah sorotan sinar bulan tampak beberapa sosok bayangan putih bagaikan kilat berkelebat keluar dari pepohonan dan lenyap ditengah kegelapan.
Perubahan yang terjadi diluar dugaan ini membuat Siauw Ling tertegun seketika itu juga ingin sekali dia mengejar tapi pihak lawan sudah lenyap tak berbekas.
"Aku lihat agaknya ada beberapa hweesio melayang pergi" seru Tong Sam Kauw memecahkan kesunyian.
"Dari mulut Ih Boen Han To akupun pernah dengar dia berkata bahwa dari kuil Siauw Lim si ada delapan orang hweesio berkepandaian lihay yang khusus mengurusi pertikaian2 yang sering terjadi dalam Bulim" kata Kiem Lan. "Mereka disebut orang sebagai Pat Toa Kiem Kong."
"Emmm...." Siauw Ling mengangguk. "Kecuali pederi2 lihay dari kuil Siauw lim rasanya dalam Bulim jarang dijumpai jago-jago lihay yang mempunyai kecepatan gerak semacam ini."
"Mereka bersembunyi ditempat kegelapan dengan maksud hendak menghadang jalan pergi kita tak disangka mereka mendengar ucapan Samya yang sebenarnya mereka berubah niat dan buru-buru pergi."
"Aaaakh....aku kira mereka bukan pederi dari kuil Siauw lim mungkin orang itu adalah mata2 dikirim Djen Bok Hong" sela Tong Sam Kauw berikan pendapat.
"Menurut apa yang budak ketahui" ujar Kiem Lan kembali. "Diantara orang2 Pek Hoa San cung tak ada seorangpun yang mengenakan jubah pendeta warna abu2 asal nona mlihat beberapa orang itu mengenakan jubah pendeta abu2 dia pasti bukan anggota dari perkampungan Pek Hoa San cung."
Siauw Ling mendongak memeriksa cuaca kemudian ujarnya, "Mari kita percepat lari kita untuk melanjutkan perjalanan."
Tanpa menunggu jawaban lagi ia lari kedepan.
Keempat orang ini sama2 memiliki serangkaian ilmu silat yang lihay setelah mereka tinggalkan kereta melanjutkan perjalanan dengan berjalan kaki sepanjang jalan tidak ditemui para jago yang melakukan hadangan lagi.
Bersambung ke jilid 9
Bayangan Berdarah
Karya: Wo Lung-shen
JILID 9
Hari itu baru saja cuaca terang tanah, keempat orang itu sudah tiba ditepi telaga Tiang Pek Auw.
Sambil menuding sebuah tembok putih berdiri ditepi telaga seru Siauw Ling sambil tertawa, Itulah rumahku. Aaaai.... sewaktu meninggalkan rumah aku baru berusia dua tiga belas tahun waktu itu badanku kurus dan berpenyakitan kini aku sudah dewasa entah Tia serta Ma masih ingat dengan aku atau tidak ....?
Walaupun wajahnya penuh dihiasi dengan senyum kegirangan di sepasang matanya secara lapat2 dibasahi dengan butiran air mata.
Tak kuasa lagi Siauw Ling lari lebih cepat lagi mendekati rumahnya pintu pagar tertutup rapat suasana sunyi tak kedengaran sedikit suarapun.
Siauw Ling berhenti didepan pintu mendehem lalu berseru.
Siauw Hok Siauw Hok dimana kau?
Ia berteriak beberapa kali tapi tak kedengaran suara jawaban suatu perasaan kurang enak segera menyerang hati pemuda ini membuat air mukanya berubah serius, Kiem Lan Giok Lan serta Tong Sam Kauwpun punya perasaan yang sama enam buah mata bersama2 dialihkan ke atas tubuh Siauw Ling.
Tampak air muka pemuda itu pucat kehijau hijauan dengan termangu mangu ia memandang pintu pagar dengan mendelong badan tetap tak berkutik dan ia tidak berani melanjutkan langkahnya kedepan.
Perlahan lahan Giok Lan berjalan menghampiri kesisi pemuda itu tegurnya halus, Sam ya apakah kau beritahu alamat rumahmu kepada Toa Cung cu?....
Tidak Siauw Ling menggeleng dan menghela napas panjang.
Mendadak kakinya melancarkan sebuah tendangan menghajar pintu pagar tersebut.
Bunga pepohonan dalam halaman bersih dan sangat terawat rapi halaman bersih tidak kelihatan debu dan keadaan tak ada yang patut dicurigakan,
Setelah melihat kejadian ini rasa tegang dalam hatipun mengendor dengan langkah lebar dia segera melangkah keruang belakang.
Suasana dalam ruangan masih tetap seperti sedia kala perabot yang ada persis dengan perabot dahulu hanya satu2nya yang patut dicurigai adalah tidak tampaknya sesosok bayangan manusiapun.
Rasa mangkel dalam dada Siauw Ling susah ditahan lagi mendadak ia menggembor keras, Eeeei.... adakah manusia disini? coba kalian lihat siapa yang telah pulang.
Tak kedengaran suara jawaban, yang terdengar hanya bunyi pantulan suara sendiri.
Setelah melihat keadaan semacam ini bukan saja Siauw Ling merasa keadaan tidak beres sekalipun Kiem Lan Giok Lan serta Tong Sam Kauwpun merasa kejadian ini luar biasa.
Peristiwa terbunuhnya Gak Im Kauw pada lima tahun berselang mendadak berkelebat dalam benaknya hati terasa bergidik wajah kontan berubah pucat pasi.
Setelah berdiri tertegun beberapa saat akhirnya ia melangkah masuh ke dalam ruang baca ayahnya.
Sepasang pintu ruang baca tertutup rapat Siauw Ling terjang masuk ke dalam dengan paksa.
Tampak rak buku teratur sangat rapi diatas meja masih terbentang sejilid kitab kuno ini menandakan bahwa Siauw Thayjien belum lama meninggalkan ruangan ini bahkan kepergiannya sangat gugup hingga bukupun lupa ditutup.
Secarik kertas tertindih dibawah bak ujung kertas berkibar tiada hentinya tertiup angin, Buru-buru Siauw Ling mengejar kesana diambilnya kertas itu dan dibaca isi surat yang tercantum, Sejak Sam te berlalu mendadak Siauw heng menerima laporan kilat yang mengatakan bahwa ada beberapa orang musuh besar yang pernah mengikat permusuhan dengan Siauw heng dulu ada maksud mencelakai orang tuamu demi keselamatan maka Siauw heng telah menerima utusan kilat untuk menyambut kedua orang tuamu masuk keperkampungan Pek Hoa San-tjung.
Bila Sam-te telah membaca surat ini, harap kau cepat-cepat kembali keperkampungan Pek Hoa San-tjung sehingga kalian sanak keluarga bisa cepat berkumpul.
Tertanda: Djen Bok Hong
Sehabis membaca surat itu Siauw Ling berdiri tertegun, setengah harian lamanya tak sanggup mengucapkan sepatah katapun.
Siauw heng! apa yang tertulis di dalam surat itu? tegur Tong Sam Kauw sambil menghela napas panjang.
Djen Bok Hong tiba dirumahku terlebih dahulu, ia sudah membawa kedua orang tuaku ke dalam perkampungan Pek Hoa San-tjung.
Apa? Toa Tjung-tju telah tiba duluan? seru Kiem Lan sangat terperanjat.
Nah kalian bacalah sendiri ujar Siauw Ling sambil angsurkan surat ini ketangan mereka.
Kiem Lan menerima surat itu bersama Giok Lan serta TOng Sam Kauw membaca berbareng, sehabis membaca mereka bertigapun membungkam,
Suasana dalam kamar baca perubahan jadi sunyi senyap penuh diliputi awan kesedihan entah sudah lewat beberapa lama akhirnya Kiem Lan menghela napas panjang terlebih dahulu.
Samya urusan sudah jadi begini cemaspun tak berguna lebih baik kita pikirkan cara yang tepat.
Sepasang mata Siauw Ling melotot penuh berapi api sembari gertak gigi serunya gemas, Asal orang tuaku kena diganggu barang seujung rambutpun bila tidak kuhabiskan perkampungan Pek Hoa San cung aku bersumpah tidak mau jadi manusia.
Samya, kau tidak usah gelisah, Hibur Giok Lan halus, menurut pendapat budakmu Toa Cungcu pasti tak berani melukai Looya serta Hujien karena tindakan mereka ini tidak berharap agar Sam ya suka bersetia dengan pihak perkampungan Pek Hoa San-cung.
Hmm! tindakan serendah inipun bisa dilakukan mereka masih membicarakan soal persaudaraan segala.... anjing keparat,
Samya jangan marah2 dulu hibur Kiem Lan pula. Mari kita bersama2 pikirkan satu cara yang tepat.
Kecuali kembali keperkampungan Pek Hoa San cung aku rasa tiada pilihan lagi buat kita.
Siauw Ling benar2 putus asa dengan akibat yang dijumpainya saat ini.
Sepasang biji mata TOng Sam Kauw berputar tiba-tiba ujarnya.
Bila ditinjau dari ruangan ini tidak ternoda oleh debu aku duga Siauw Loo pek serta Pek bo belum lama berlalu bila kita melakukan perjalanan cepat mungkin masih bisa hadang perjalanan mereka ditengah jalan, Semangat Siauw Ling segera bangkit kembali, Betul mereka tidak tahu dimana aku tinggal dan akupun belum pernah menceritakan kepada orang perkampungan Pek Hoa San cung dimanakan desa kelahiranku mereka pasti tiba disini dengan menguntit perjalanan kita mau kejar sekarangpun masih belum terlambat.
Samya jangan bertindak gegabah bagaimana kalau dengarkan dulu sepatah dua patah kata budakmu seru Kiem Lan mencegah,,
Kemungkinan besar kita masih bisa cegat dan rebut kembali kedua orang tuaku tidak sampai sepuluh li dari sini.
Samya kau jangan terlalu memandang enteng diri Toa Cungcu.
Sebetulnya Siauw Ling sudah siap untuk berlalu mendengar ucapan dari KiemLan ia jadi tertegun, Kenapa?
Kalau Samya berhasil mengejar Loo ya serta Hujien dan tidak berhasil menolongnya kembali apa yang hendak kau lakukan? Waktu itu masing-masing pihak akan saling bermusuhan dan akibatnya bukankah semakin parah?
Siauw Ling segera sadar kembali ia menghela napas sedih dan tundukkan kepala membungkam
Sebenarnya soal ini tidak terlalu sulit kata TOng Sam Kauw penuh semangat kita bisa turun tangan bersama2 untuk membabat habis semua orang yang mengawal Looya serta Hujien.
Kalau Toa Cungcu yang turun tangan sendiri apa yang hendak nona Sam lalukan?
Kita bantu Siauw Ling bertempur mati2an.
Kalau mereka menggunakan mati hidupnya Looya serta Hujien untuk memaksa kita menyerah apa yang hendak kita lakukan.
Tong Sam Kauw tertegun.
Soal ini.... Soal ini....
Setelah demikian terpaksa kita harus menyerah untuk mendengarkan perintah mereka. Toa Cungcu kagum akan kepandaian silat yang dimiliki Sam Cungcu tapi takut Sam Cungcu menghianati dirinya atau dengan perkataan kasar Samya merupakan paku dalam mata TOa Cungcu paku dalam mata ini kalau tak bisa di cabut maka akan mendatangkan bencana kematian buat diri sendiri.
Samya apa yang dikatakan enci Kiem Lan sedikitpun tidak salah sambung Giok Lan sambil menghela napas. Maksud Toa Cungcu berbuat demikian adalah ingin memaksa Samya cepat-cepat kembali keperkampungan Pek Hoa San Cung ia tidak bakal punya maksud untuk melukai Looya maupun Hujien.
Siauw Ling memandang sekejap wajah Kiem Lan serta Giok Lan kemudian menghembuskan napas panjang.
Sejak kecil budak sekalian dibesarkan dalam perkampungan Pek HOa San cung kata Kiem Lan lirih, sekalipun ada beberapa famili hubunganpun sudah lama putus apalagi siapa yang mau menerima budak karena ini berarti mengundang bencana kematian buat diri sendiri.
Dunia bukan sebesar daun kelor, dimanapun kalian bisa gunakan untuk berteduh dari mara bahaya kalian bisa saja mencari suatu tempat yang terpencil dari keramaian dan hidup disana. Menanti perkampungan Pek Hoa San cung sudah bubar kalian baru munculkan diri kembali.
Bagaimana dengan Samya sendiri? tanya Kiem Lan sambil tertawa sedih.
Aku hendak kembali keperkampungan Pek Hoa San cung untuk menyambangi orang tuaku.
Samya keluar perkampungan dengan membawa serta diri kami sekarang kembali seorang diri tindakan ini akan memancing kecurigaan dari TOa Cungcu kata Giok Lan.
Sekalipun kalian ikut kau masuk kembali kesarang macan sama saja tindakan ini akan menimbulkan kecurigaan DJen Bok Hong aku rasa menghadapi dirinya seorang diri jauh lebih leluasa.
Jika Toa Cungcu menggunakan keselamatan Looya Hujien untuk memaksa Samya jual nyawa bagi perkampungan Pek Hoa Sancung apa yang hendak Samya lakukan?
Sepasang mata Siauw Ling berkilat sebentar kemudian dengan hati sedih ia menunduk.
Walaupun harus mendapat caci maki dari kawan2 Bulim terpaksa akan kulakukan juga.
Dengan langkah lambat Kiem Lan berjalan menghampiri Siauw Ling lalu hiburnya dengan suara halus, Di dalam Bulim ada sebuah pepatah yang mengatakan begini. Kalau ini rejeki pasti bukan bencana kalau bencana tak akan terhindar Toa Cungcu tak bakal membiarkan budak berdua hidup tentram dikolong langit mereka pasti mengirim pengejar untuk membereskan kami lain halnya kalau budak sekalian ikut Samya kembali keperkampungan Pek Hoa San cung dibawah perlindungan Samya mungkin sekali kami berdua masih bisa melanjutkan hidup beberapa tahun lagi....
Kalau Samya pulang keperkampungan seorang diri hal ini tentu akan menambah penjagaan yang lebih ketat dari TOa Cungcu sambung Giok Lan dari samping sebaliknya kalau Samya pulang membawa budak sekalian hal ini malah mengendorkan kewaspadaannya.
Benar ujar Kiem Lan kembali Budak berdua sudah tidak pikirkan keselamatan pribadi Samya tak usah merasa kuatir buat keselamatan kami.
Siauw Ling pejamkan mata berpikir sejenak ia berpaling memandang wajah Tong Sam Kauw.
Nona Tong mempunyai keluarga yang punya nama tersohor dalam Bulim aku rasa Djen Bok Hong tak bakal berani mencari gara2 kerumah kalian bukan? Aku rasa nona tak perlu kembali ke perkampungan Pek Hoa San cung lagi.
Kalau Siauwheng membutuhkan bantuanku....
Ooooooouw tidak2 lebih baik nona cepat-cepat kembali ke Su Tzuan tukas Siauw Ling cepat-cepat.
Baiklah Tong Sam Kauw mengangguk setelah pulang menjumpai nenek aku tentu akan mohon bantuan dia orang tua untuk turun tangan membantu dirimu,
Siauw Ling segera tertawa getir.
Aku rasa nenekmu pun susah untuk menolong aku....
Ia merandek sejenak lalu tambahnya....
Harap kalian bertiga suka menunggu sebentar diruang tamu aku mau memeriksa sebentar kamar ibuku....
Samya silahkan....
Dengan langkah lambat2 Siauw Ling berjalan menuju kamar ibunya tampak sprai kasur teratur sangat rapi seorang dara berbaju hijau duduk terpekur diatas ranjang sepasang matanya terpejam rapat2 dan badannya tak berkutik,,
Dalam sekali pandang secara lapat2 Siauw Ling mengenali dara ini sebagai dayang yang melayani ibunya tidak disangka lima tahun berpisah kini ia sudah menginjak dewasa.
Dengan cepat diperiksa hembusan napas dilubang hidung sesudah diketahui hanya jalan darahnya yang tertotok buru-buru dibebaskannya totokan jalan darah tersebut.
Gadis berbaju hijau itu menghembuskan napas panjang sepasang mata terbentang dan memperhatikan Siauw Ling terpesona.
Siapa kau serunya penuh rasa kaget dan takut.
Aku adalah Siauw Ling.
Aku kenal dengan Sauwya kami badannya kurus dan lemah tidak seperti badanmu kekar dan berotot.
Saat ini Siauw Ling sedang merasa gelisah ia tidak ingin banyak berdebat dengan dayangnya lagi segera ujarnya lebih lanjut, Aku adalah Siauw Ling apakah Looya serta Hujien kena diculik orang?
Walaupun dalam hati dara berbaju hijau itu merasa tidak percaya tapi berhubung hatinya sangat takut dengan jujur jawabnya juga.
Seorang perempuan berusia setengah baya menculik pergi Hujien sedang dua lelaki kekar menyeret Looya.
Bagus sekali kiranya mereka main paksa teriak Siauw Ling secara mendadak sambil mendepakkan kakinya ke atas tanah.
Kena dibentak dara berbaju hijau itu ketakutan setengah mati sepasang lututnya terasa jadi lemas dan tak kuasa lagi pantatnya mencium tanah keras2.
Buru-buru Siauw Ling bimbing dara itu bangun katanya dengan nada menghibur;
Jangan takut baik2 jaga dirumah sebelum Looya serta Hujien kembali untuk sementara kau yang mengurusi rumah ini.,
Habis berkata tidak menunggu jawaban dari dayang itu lagi ia segera melangkah keluar dari kamar dan berjalan keruang tamu....
Apakah Hujien meninggalkan sesuatu? tanya Kiem Lan setelah melihat munculnya pemuda itu.
Siauw Ling menggelang....
Mari kita segera berangkat....
Kiem Lan serta Giok Lan tahu hati pemuda ini tentu cemas seperti kebakaran jenggot sehingga ingin sekali punya sayap sekarang juga terbang kembali keperkampungan Pek Hoa San cung.
Air telaga Tiang Pek Auw masih tetap seperti sedia kala gelaga yang tumbuh ditepi telaga bergoyang tiada hentinya terhembus angin, Siauw Ling terbayang kembali akan kematian Gak Im Kauw dalam sumur kering lima tahun berselang kemudian secara bagaimana bersama2 Gak Siauw Cha secara diam2 meninggalkan rumah.
Tidak disangka lima tahun kemudian keadaan sudah berubah seratus delapan puluh derajat.
Ia mendongak dan menghela napas panjang lama sekali baru gumamnya seorang diri, Sekarang aku sudah paham sungguh keji cara mereka berpikir,
Melihat cara pemuda itu bersikap Kiem Lan serta Giok Lan saling bertukar pandangan sedang hati mereka tergetar keras.
Jangan sampai membuat ia gelisah setengah mati pikir mereka hampir berbareng.
Walaupun kedua orang dayang itu merasa kuatir tapi mereka tidak berani bertanya.
Apa yang telah kau pahami? tanya Tong Sam Kauw.
Mereka minta aku membawa banyak barang bukti melakukan perjalanan disamping secara diam2 menyiarkan kabar berita keseluruh dunia persilatan yang mengatakan Sam Cungcu dari perkampungan Pek Hoa San Cung dengan membawa jago hendak menyerang keselatan berita ini mengakibatkan para jago bersama2 turun tangan mencegat perjalananku ditengah jalan setelah tanda bukti pengikat permusuhan itu tertera didepan mata maka sekalipun aku punya mulut juga tak bisa memungkir tindakannya ini disamping memperkenalkan wajahku dihadapan para enghiong dari seluruh kolong langit merekapun membiarkan agar aku marah dan melukai jago-jago itu sehingga dendam baru terikat ditanganku setelah musuh tersebar dimana2 maka aku tak bisa tancapkan kaki lagi dalam dunia kangouw dalam keadaan seperti ini satu2nya jalan yang bisa kutempuh hanyalah menggabungkan diri dengan pihak perkampungan Pek Hoa San cung.
Siapa sangka dugaan mereka meleset karena aku rela menerima penghinaan daripada melukai orang orang mereka dalam keadaan rencana gagal total timbullah maksud mereka untuk menculik pergi orang tuaku agar bisa memaksa aku balik lagi keperkampungan Pek Hoa San cung dan menjual nyawa buat mereka.
Selamanya Toa Cungcu menyusun rencana paling cermat kata Kiem Lan memberi pendapat. Sekalipun sepanjang jalan Samya melakukan pembunuhan secara besar2an aku rasa Looya serta Hujienpun tetap akan mereka culik balik keperkampungan Pek Hoa Sam cung....
Pada mulanya Siauw Ling agak tertegun tapi segera ia mengangguk.
Sedikitpun tidak salah carakum berpikir memang rada mulia.
Mendadak dia percepat larinya melanjutkan perjalanan kedepan.
Karena hatinya amat cemas perjalanan kali ini dilakukan dengan kecepatan penuh. Kiem Lan, Giok Lan maupun TOng Sam Kauw tak bisa berbuat apa2 terpaksa mereka hanya mengiringi dari belakang.
Hari itu keempat jago ini telah tiba dikeresidenan Auw Pak, Tong Sam Kauw segera mohon diri untuk kembali ke Su Tzuan sedangkan Siauw Ling dengan membawa Kiem Lan serta Giok Lan kembali ke dalam perkampungan Pek Hoa Sancung.
Perkampungan Pek Hoa Sancung yang pada biasanya sunyi senyap tak kelihatan kesibukan apapun ini kali begitu ramai dimana2 penuh dengan hiasan dan bayangan manusiapun hilir mudik dengan ramainya.
Dengan menahan rasa sedih serta dongkol dalam hatinya Siauw Ling memperlambat langkahnya memasuki perkampungan setelah menjumpai berbagai peristiwa selama perjalanan ia berhasil mempelajari bagaimana cara menahan diri.
Baru saja mereka mendekati pintu perkampungan dari tempat jauh tampaklah Cioe Cau Liong dengan memakai pakaian perlente serta kuda jempolan menyongsong dari dalam kampung.
Ketika melihat munculnya Siauw Ling disana Cioe Cau Liong buru-buru meloncat turun dari kudanya dan lari menyongsong.
Aaaakh.... Sam te sungguh tepat sekali saat kembalimu ke dalam perkampungan katanya sambil tertawa beberapa hari ini perkampungan Pek Hoa San cung lagi mencapai jaya2nya banyak jago lihay dari kalangan Bulim yang berdatangan.
Kalau begitu kedatangan Siauwte sangat kebetulan sekali? seru Siauw Ling hambar.
Siauw heng sama sekali tidak menyangka kalau sam te bisa sedemikian cepatnya kembali ke dalam perkampungan barusan saja kami menerima kabar ini melalui merpati yang mengatakan samte telah kembali ke dalam perkampungan. Eeei.... siapa tahu belum saja Siauw heng keluar kampung untuk menyambut samte telah tiba.
Sembari berkata sinar matanya menyapu sekejap wajah Kiem Lan serta Giok Lan berdua tampak olehnya wajah kedua orang ini kucal dan keletihan agaknya selama ini mereka melakukan perjalanan cepat.
Siauw Ling mendehem setelah ragu2 beberapa kali ujarnya juga....
Entah apakah ayah serta ibuku telah tiba disini?
Oooow apakah kedua orang tuamu pun sudah tiba disini? tanya Tjioe Tjau Liong dengan wajah melengak....
Dengan ketajaman mata Siauw Ling ia dapat melihat sikap ini sengaja diperlihatkan kepadanya kepadanya hal mana menambah rasa gusar yang telah berkobar di dalam dadanya.
Tak tertahan lagi ia tertawa dingin.
Bukankah Jie Cungcu ikut di dalam perundingan rahasia ini apakah kau tidak tahu mengenai persoalan ini?
Kembali Cioe Cau Liong teretegun.
Samte kalau bicara perlahan-lahan jangan keburu napsu Siauw heng betul2 tidak tahu katanya sambil tertawa.
Dari dalam sakunya Siauw Ling mengambil keluar surat yang ditulis oleh Djen Bok Hong sembari diangsurkan kedepan ujarnya,
Kalau Djie Tjung-tju benar tidak tahu. Nah ambillah surat ini dan periksa sendiri.
Mungkin TOako berani demikian karena mengandung maksud yang mendalam ujar Tjioe Tjau Liong setelah membaca isi surat itu, kemungkinan sekali orang2 Bulim telah menimpahkan segala kemarahannya ke atas tubuh kedua orang tuamu.
Hmmm, sekarang rasanya Djie Tjung-tju sudah paham bukan kata Siauw Ling sambil menarik kembali surat itu.
Sudah paham, aku segera menemani kau pergi menjumpai toako, aku rasa ia tentu ada pertanggung jawabnya.
Aku hanya bertanya kepada Djie Tjungtju apakah kedua orang tuaku sudah tiba disini atau belum.
Tjioe Tjau Liong yang mendengar pemuda ini sedikit2 memanggil dirinya dengan sebutan Djie Tjung-tju dan walaupun nadanya tenang tapi susah menutupi pergolakan hatinya serta hawa gusar yang bergelora di dalam dada pemuda itu
Segera ia tahu kalau urusan ini sangat penting sudah tentu saja Tjioe Tjau Liong tidak berani mengambil keputusan, dengan wajah penuh senyuman katanya.
Siauw heng benar2 tidak tahu tentang soal ini.
Apakah surat ini palsu? tukas Siauw Ling cepat.
Menurut apa yang Siauw heng lihat surat ini memang betul2 tulisan Toako dan pasti bukan barang palsu.
Ia merandek sejenak lalu sambungnya.
Sewaktu Sam-te berjumpa dengan Toako nanti aku rasa Toako bisa memberi penjelasan yang lebih terang lagi kepadamu.
Baiklah mari kita pergi menjumpai Toako kemudian baru bicarakan lagi urusan ini.
Perlahan lahan Cioe Cau Liong mengalihkan sinar matanya ke atas tubuh Kiem Lan serta Giok Lan katanya dingin.
Kalian berdua ayo kembali kepesanggrahan Lan Hoa Cing Si.
Kedua orang dayang itu mengiakan tapi badannya tetap berdiri tak berkutik dari tempat semula.
Melihat perintahnya tidak digubris Cioe Cau Liong berkelebat lewat dari sisi Siauw Ling mendekati diri Kiem Lan sambungnya kembali, Hey kalian sudah dengar belum ayoh kembali kepesanggrahan Lan Hoa Cing Si.
Terima kasih atas perhatianmu, Djie Tjung-tju tak usah repot memberi perintah kepada mereka mendadak Siauw Ling menukas dengan nada dingin.
Sam-te apa yang kau ucapkan? seru Tjioe Tjau Liong sambil putar badan.
Kiem Lan serta Giok Lan oleh TOa Tjungtju sudah dihadiahkan buat Siauw-te, aku tidak berani merepotkan Djie Tjungtju untuk mengurusi mereka lagi!
Air muka Tjioe Tjau Liong kontan berubah hebat, tapi sebentar kemudian ia sudah tertawa hambar.
"Sam-te! tahukah kau bagaimana peraturan yang ada dalam perkampungan Pek Hoa San Tjung ini?" tanyannya
"Tidak tahu."
Sam-te belum lama menggabungkan diri dengan perkampungan Pek Hoa San Tjung, tidak aneh kalau kau tidak tahu dalam perkampungan kita ada tercantum peraturan yang pertama berbunyi: Setiap anggota perkampungan dilarang membangkan perintah dari tingkat yang lebih atas.
Siauw Ling segera mendongak tertawa terbahak bahak sehabis mendengar ucapan itu.
"Haaa haaaaa haaaaaa, Djie Tjungtju aku ingin bertanya kepadamu apa kedudukanku dalam perkampungan Pek Hoa San Tjung ini?"
"Orang Kangouw siapa lagi yang tidak kenal kau Siauw Ling sebagai Sam Tjungtju dari perkampungan Pek Hoa San Tjung?" ujar Tjioe Tjau Liong sambil tertawa.
"Jadi kalau begitu di dalam perkampungan Pek Hoa San Tjung ini hanya kedudukan Toa Tjungtju saja yang lebih tinggi dari kedudukanmu?"
"Tidak salah!"
"Entah bagaimana pandangan Djie Tjungtju terhadap aku Siauw Ling?"
"Saudara angkat hubungan erat bagaikan saudara kandung sendiri."
"Bagus, bagus sekali jadi kalau begitu ayah ibu Siauw Ling sama pula dengan ayah ibumu?"
"Hal ini sudah tentu" jawab Tjioe Tjau Liong kelihatan tertegun.
"Tapi kalian tidak menghormati kaum yang lebih tinggi, kalian menangkap kedua orang tuaku sebagai barang jaminan."
Sembari berkata dari sepasang mata Siauw Ling memancarkan cahayanya penuh napsu membunuh yang melototi wajah Tjioe Tjau Liong tanpa berkedip
Pada saat ini dalam hati kecil Cioe Cau Liong sudah timbul rasa jeri terhadap pemuda she Siauw ini ia segera tertawa hambar.
Bagaimana terjadinya persoalan ini Siauw heng benar2 tidak tahu selamanya Toako bertindak dan berbuat dengan disertai rencana yang masak aku rasa ia berani berbuat demikian tentu disertai pula dengan maksud tertentu.
Oooouw.... kalau begitu walaupun kedudukan Jie Cungcu dalam perkampungan sangat tinggi hal mana tidak lebih hanya nama kosong belaka.
Beberapa patah kata ini bagaikan sebilah golok yang menghujam ke dalam ulu hati Cioe Cau Liong memaksa hawa gusarpun ikut menerjang naik ke atas benak ia tertawa dingin.
Kakak beradik ada tingkatan Samte aku harap kau sedikit berhati2 kalau bicara.
Orang2 perkampungan Pek Hoa San Cung kalau memandang aku orang she Siauw sebagai sahabat karib ia tak akan menawan kedua orang tuaku sebagai barang jaminan.
Dalam hati Cioe Cau Liong menyadari bila ia banyak bicara maka urusan semakin berabe buru-buru ia alihkan bahan pembicaraan.
Ayoh jalan: aku hantar kau menemui Toako.
Tanpa menunggu jawaban lagi dengan langkah lebar ia berjalan kedepan.
Siauw Lingpun tidak banyak bicara, ia menguntit dari belakang Tjioe Tjau Liong dengan langkah cepat pula.
Kiem Lan serta Giok Lan saling bertukar pandangan sekejap lain secara diam2 mengikuti pula dari belakang Siauw Ling.
Setelah melewati beberapa buah halaman luas sampailah mereka didepan loteng Wang Hoa Loo
Pintu diloteng sebelah bawah tertutup rapat diatas tiang tergantung sebuah papan nama yang berukiran kata kata: Tidak menerima tetamu.
Sesudah melihat papan itu Tjioe Tjau Liong segera berpaling kepada Siauw Ling, katanya.
Saat ini Toako sedang beristirahat, ia tidak terima tamu, bagaimana kalau nanti kita datang lagi?
Hmmm! setelah menyambut diri sebagai saudara, mengapa harus memandang kita sebagai tamu?
Tanpa sungkan2 lagi Siauw Ling menggerakkan telapak kirinya menghantam pintu tersebut keras.
Hey, cepat buka pintu: teriaknya keras.
Hantaman yang disertai hawa pukulan dahsyat ini menggetarkan pintu loteng sehingga berbunyi tiada hentinya.
Air muka Tjioe Tjau Liong berubah hebat, buru-buru badannya menyingkir kesamping.
Sepasang pintu yang tertutup rapat rapat, mendadak terbuka dan muncullah seorang lelaki bersenjata golok berdiri didepan pintu dengan sikap jumawa.
Setelah memandang sekejap wajah Tjioe Tjau Liong serta Siauw Ling bergantian, tegurnya dingin.
"Siapa diantara kalian yang menghantam pintu keras keras?"
"Aku, Sam Tjung-tju Siauw Ling."
"Apa Sam Tjung-tju tidak bisa membaca papan nama yang bergantung didepan pintu?"
"Kalau sudah baca mau apa?"
"Dalam keadaan dan saat seperti ini Toa tjung-tju tidak terima tamu, setelah Sam Tjung-tju mengetahui hal ini dan menghantam pintu pula, bukankah tindakanmu ini merupakan suatu kesengajaan?"
"Anjing keparat! sungguh besar nyalimu Bangsat...." maki Siauw Ling penuh kegusaran.
"Perintah Toa Cungcu berat bagaikan gunung sekalipun Jie Cungcu sendiri juga harus menurut sambung lelaki itu dingin."
Mendadak Siauw Ling mengayunkan tangan kanannya memerseni sebuah tempelengan keras ke atas pipi lelaki tersebut.
"Anjing keparat! anak jadah! kau berani bersikap kurang ajar terhadap diriku?"
Pertama karena gerakan Siauw Ling sangat cepat kedua lelaki itu sama sekali tidak membuat persiapan maka tempelengan ini bukan saja bersarang dengan telak bahkan berat sekali membuat lelaki itu kehilangan dua biji giginya dan darah segar mengucur membasahi seluruh badan.
Melihat kejadian itu Cioe Cau Liong kerutkan dahi bibir bergerak tapi sebentar kemudian ia sudah batalkan kembali maksudnya....
Lelaki berbaju singsat itu berdiri tertegun kemudian ujarnya....
Perintah dari Toa Cungcu hamba tidak berani membangkang sekalipun semisalnya hamba memberi ijin kepada Jie Cungcu serta Sam Cungcu untuk masuk melalui pintu inipun penjaga yang ada dikedua belas tingkat lainnya tak akan melepaskan kalian berdua.
"Barang siapa yang bernyali berani menghadang perjalananku ini berarti ia sudah bosan hidup! ayoh cepat menyingkir!" teriak Siauw Ling dingin.
Dengan langkah lebar segera menerjang ke dalam ruangan loteng.
Lelaki kekar itu buru-buru mundur dua langkah goloknya dengan cepat dicabut keluar.
"Perintah Toa Cungcu sangat keras, bila Jie Cungcu serta Sam Cungcu ada maksud masuk dengan andalkan kekerasan, maaf terpaksa hamba harus berbuat dosa dengan kalian berdua."
Sinar mata Siauw Ling berkilat penuh napsu membunuh sembari berpaling memandang sekejap wajah Tjioe Tjau Liong ujarnya, "Orang ini tidak menghormati kita yang berkedudukan lebih tinggi patutkah ia dibunuh?"
Kalau dibicarakan menurut peraturan perkampungan kita ia harus dibunuh tapi.... ia sedang menjalankan perintah dari Toako.
Kalau patut dibunuh orang ini tak boleh diampuni lagi tukas Siauw Ling.
Tangan kirinya dikebut keluar menghantam lengan kanan lelaki tersebut yang mencekal golok sedang tangan kanannya laksana kilat mengirim sebuah pukulan.
Tangan kirinya ia menggunakan ilmu menotok jalan darah Cap Jie Lan Hua Hu Hiat So sedang tangan kanannya mengeluarkan ilmu telapak berantai Lian Huan San Tiam Ciang Hoat.
Dua macam ilmu silat yang maha sakti digabungkan menjadi satu kedahsyatannya susah dibayangkan.
Dengan ngotot silelaki kesar itu menerima empat lima jurus serangan pemuda itu akhirnya tak kuasa lagi jalan darah Ci Ti Hiat pada iga kanannya kena disodok oleh Siauw Ling sehingga menjadi kaku dan golokpun terjatuh ke atas tanah.
Sekali tendang Siauw Ling menyepak badan lelaki itu jatuh tersungkur ke atas tanah ujarnya dingin.
Mengingat kesalahan ini baru kau lakukan untuk pertama kalinya aku hanya memberi sedikit pelajaran saja kepadamu kalau dikemudian hari kau masih tidak menyesali perbuatanmu ini. Hmmm! hati2 dengan selembar nyawa anjingmu.
Dengan langkah lebar ia melanjutkan terjangannya keloteng tingkat kedua.
Cioe Cau Liong yeng mengikuti dari belakang membungkam diri selama ini karena ia tahu perasaan Siauw Ling pada saat ini sedang bergolak wajahnya penuh hawa napsu membunuh dan hatinya sedih kalau ia turun tangan mencegah maka jadinya akan lebih hebat lagi.
Dasar wataknya memang licik dan banyak akal selamanya ia tidak ingin berbuat sesuatu hal yang tidak berpegangan kerana itu sambil membungkam ia mengikuti dari belakang Siauw Ling naik keloteng tingkat dua.
Kiem Lan serta Giok Lan saling bertukar pandangan sekejab bisiknya lirih, "Bagaimana dengan kita? mau ikut Sam-ya naik ke atas."
"Benar. kita ikut naik," sahut Giok Lan dengan wajah yang sudah mantap. "Kalau Sam-ya mengalami celaka ditangan Toa Cungcu kau anggap kita bisa hidup dengan merdeka? Kalau Sam-ya selamat ia pasti tak akan membiarkan Toa Cungcu menjatuhi hukuman mati kepada kita...."
"Ehmm.... akupun berpikir demikian."
Tanpa buang tempo lagi kedua orang dayang inipun ikut lari naik ke atas loteng tingkat kedua.
Diloteng tingkat kedua berdirilah dua orang lelaki berpakaian singsat warna hitam menghadang, perjalanan beberapa orang itu orang yang ada disebelah kiri mencekal senjata golok sedang orang yang ada disebelah kanan mencekal sepasang Pak Koan Pit.
Jelas kedua orang ini sudah bersiap sedia dengan senjatanya sewaktu mendengar suara ribut2 diloteng terbawah.
Kalian kenal dengan aku? tanya Siauw Ling dengan nada dingin sepasang matanya melotot gusar.
Petugas diatas loteng Wang Hoa Loo hanya taat dengan perintah Toa Cungcu terhadap orang lain sama sekali tidak kenal, jawab silelaki bersenjata golok dengan suara yang wajar.
Kurangajar, kembali Siauw Ling berteriak marah. Orang2 dalam perkampungan Pek Hoa San cung memanggil aku dengan sebutan Sam Cungcu kalian anggap sebutan ini hanya sebutan kosong belaka.
Loteng Wang Hoa Loo adalah tempat tinggal Toa Cungcu kata silelaki yang bersenjatakan Pan Koan Pit. Sudah sewajarnya tempat ini diatur penjagaan yang keras kecuali memperoleh panggilan dari Toa Cungcu siapapun dilarang naik ke atas loteng.
"Kalau aku bersikeras ingin naik?"
"Walaupun kami kenal dengan cungcu berdua tapi senjata tak bermata sudah tentu tak kenal siapa yang bernama Sam Cungcu jawab lelaki yang ada disebelah kiri."
"Anjing keparat, kau harus rasakan kelihayanku."
Dengan penuh kegusaran Siauw Ling menggerakkan goloknya pukulan ilmu menotok Siauw Loo Sin Ci sudah bersarang dalam perutnya.
Tak tertahan lagi orang itu muntah darah dan jatuh terjengkang ke atas tanah,
Sinar mata Siauw Ling segera dialihkan ke atas wajah lelaki bersenjata Pan Koan Pit itu.
"Kalau kau masih ingin nyawamu? ayoh cepat menyingkir," bentaknya keras.  

Bayangan Berdarah (Wo Lung Shen)Where stories live. Discover now