1

7.2K 71 4
                                    

Giok Lan yang diancam agaknya merasa sangat terperanjat, lama sekali ia baru memohon dengan nada yang halus:
"Hudjien harap kau memberi belas kasihan kepadaku. Budak sedikitpun tidak berani menunjukkan niat yang jelek terhadap diri Sam ya."
"Hmmm! kau tak usah memohon kepadaku" potong Kiem Hoa Hudjien dengan nada yang dingin. Selamanya aku bisa bicara bisa melakukan setiap ucapan yang telah diutarakan tak pernah plin plan besok akan kubicarakan soal ini dengan Toa Tjungtju kalian."
Giok Lan agaknya mengerti memohon lebih jauhpun percuma dengan menahan perasaan hatinya ia membungkam.

Ketika itu Tok So Yok Ong sudah menghentikan pekerjaannya mengisap darah ia lepaskan pipa besi yang menghubungkan lengan Siauw Ling dengan darah itu lalu bangun berdiri dan berdiri dibelakang. pintu pisau belati dicekal ditangan kiri siap melancarkan serangan.
Di dalam hatinya ia sudah ambil keputusan asalkan ada orang yang mendorong pintu dan berjalan masuk maka ia akan menggunakan cara yang tercepat untuk melakukan serangan bokongan.
Dengan kelihayan kepandaian silat yang dimiliki Tok So Yok Ong rasanya jikalau sampai melancarkan serangan bokongan maka serangan tersebut tentu luar biasa dahsyatnya kendati seorang jago kelas wahidpun susah menjaga diri dan sedikit-sedikitnya terluka parah ataupun binasa.
Terdengar Kiem Hoa Hujien yang berada diluar ruangan berkata kembali, "Dalam kuil kuno yang bobrok ini kecuali terdapat dua buah peti mati kosong bayangan setanpun tidak kelihatan aku rasa ia tak mungkin lari kesini mari kita cari ketempat lain saja."
Suara itu makin lama makin menjauh dan akhirnya lenyap dari pendengaran.
Jelas Kiem Hoa Hujien dengan membawa Giok Lan telah jauh meninggalkan tempat itu.
Melihat harapannya kembali musnah Siauw Ling menghela napas panjang pikirnya, "Aaaaai....mereka cari aku dimana-mana tidak ketemu siapa tahu justru aku berada di dalam kamar tepat disisi mereka mungkinkah memang nasibku sangat pendek?"
Tok So Yok Ong sendiri ketika mendengar perempuan-perempuan itu sudah berlalu perlahan-lahan ia balik ketempat semula, seraya memelototi pemuda she Siauw tajam-tajam ujarnya dingin, "Bocah apakah kedua orang perempuan itu sedang mencari dirimu?"
Tetapi ia tidak memberi kesempatan bagi Siauw Ling untuk berbicara mendadak pipa besi itu laksana kilat telah ditusuk lagi ke dalam nadi Siauw Ling mungkin ia teringat apabila jalan darah pemuda itu
sudah ditolok sehingga bicara banyak dengan pemuda itupun tak ada gunanya.
Dari luar kamar kembali terdengar suara langkah kaki yang ramai dan kacau paling sedikit ditempat itu sudah kedatangan lebih dari dua orang jago.
Mendengar munculnya kembali suara langkah manusia Siauw Ling segera mengharapkan orang itu adalah Tiong Cho siang ku yang telah pergi dan kini balik kembali, mungkin mereka berdua berhasil memperoleh kabar apabila dirinya tak berada di dalam perkampungan Pek Hoa San cung dan sekali lagi balik kekuil kuno ini untuk melakukan pencarian.
Dengan pusatkan semua perhatian ia coba mendengar keluar ia menghadapkan dari suara pembicaraan orang-orang itu dapat membedakan siapakah mereka itu.
Tetapi akhirnya ia kecewa karena orang-orang itu tanpa mengucapkan sepatah katapun telah berlalu langkah kaki manusia itu makin lama makin menjauh.
Tok So Yok Ong agak ragu-ragu sejenak mendadak ia tusukan pipa besi yang lain ketubuh dara cantik itu kemudian meloncat keluar dari jendela.

Jelas ia tak sabaran untuk menunggu lebih jauh ia siap memancing pergi orang-orang itu atau sekalian membinasakannya sehingga pekerjaan ganti darah bisa cepat selesai.
Sejak pipa besi yang berjuang lain ditusukan ke dalam tubuh dara, Siauw Ling merasa darah dalam tubuhnya perlahan-lahan mulai mengalir keluar lagi bayangan maut mulai bermunculan di dalam benaknya.
"Aduh celaka!" serunya di dalam hati. "Jika begitu terus maka darahku akan habis dan akupun bakal mati konyol."
Teringat orang tuanya yang masih hidup bakal berpisah dengan terpaut dunia yang lain teringat Gak Siauw Tjha yang tidak pernah dijumpai sejak lima tahun berselang entah masih hidupkah gadis itu. Mulai kini tak bakal berjumpa lagi dengan dirinya....
Ditengah kekecewaan serta kecemasan mendadak terdengar suara helaan napas panjang kiranya dara yang berbaring disisinya telah bangun terduduk. Seluruh tubuh Siauw Ling tergetar keras pikirannya seketika itu juga tersadar kembali.
Dengan gunakan sepenuh tenaga ia berpaling
dan memandang sekejap ke arah gadis itu hanya mulutnya tetap terkunci rapat-rapat tak sepatah katapun dapat diucapkan.
Agaknya gadis itu sendiripun telah menemukan adanya Siauw Ling berbaring dan bertanya dengan suara halus, "Siapakah kau? dimanakah ayahku?"
Beberapa parah kata itu dapat didengar Siauw Ling dengan sangat jelas tapi tak mungkin baginya untuk memberi jawaban.
Terpaksa pipa besi yang menancap ditangan kirinya mendadak dicabut orang kemudian terdengar suara helaan napas yang amat lemah berkumandang memecahkan kesunyian.
"Aaaai.... kembali Tia mencelakai orang sekalipun ia benar-benar bisa menolong diriku tetapi harus mencelakai pula jiwa orang lain dibayar dengan satu nyawa apa gunanya."
Dari tengah kegelapan Siauw Ling dapat melihat wajah gadis itu pucat pasi bagaikan mayat tangannya yang kurus tinggal kulit pembungkus tulang perlahan-lahan menekan ubun-ubun sendiri kemudian ujarnya kembali dengan suara lirih, "Aku harus minta maaf kepadamu karena tindakan ayahku yang kasar. Tia mengira ilmu pertabibannya sangat lihay setiap hari mencari seorang yang bertulang bagus untuk ditukar dengan darah jelek dalam badanku walaupun aku tidak setuju dengan cara perbuatannya ini, karena sering kali aku jatuh tidak sadarkan diri selama beberapa hari...."
Ia merandek sejenak. Kemudian tanyanya dengan nada penuh keheranan, "Heeei, kenapa kau tidak berbicara?"
"Sudah tentu aku tidak bisa bicara!" batin Siauw Ling di dalam hati kecilnya. "Sekalipun banyak ucapan yang hendak kuutarakan juga percuma saja!"
"Oooouw! sekarang aku tahu sudah! tentu jalan darahmu sudah tertotok oleh ayahku bukan?"
"Betul!" kembali Siauw Ling berseru dalam hatinya. "Setelah mengetahui hal ini maka ia membebaskan jalan darahku!"

Bayangan Berdarah (Wo Lung Shen)Where stories live. Discover now