The Dinner

10.2K 960 55
                                    

The West, 16.06

"Pak, nanti malam ada acara--"

"Iya, saya tau. Kan saya sama eksekutif lainnya yang rencanain."

"Oh... Iya. Maaf, Pak."

Gue hanya bisa tersenyum tipis untuk merespon sekretaris gue yang entah kenapa sangat pelupa dan lama mikirnya kalau udah terkait hal-hal trivial. Sementara kalau kerja, cekatan banget, bikin orang gak akan ada yang percaya kalo gue bilang dia ini lola--loadingnya lama.

"Ada lagi yang perlu saya tanda tangan gak?"

Sonya, itu namanya, langsung dengan cepat mengecek catatan yang dia selipkan di papan jalan dan menggeleng, "Udah semua, Pak."

"Oke." Gue langsung berdiri sambil melonggarkan dasi, sejujurnya gue nggak begitu suka pakai dasi, tapi sayang peraturan di kantor udah begitu darisananya. Sebagai pimpinan gue harus jadi contoh yang baik kan? "Kalau ada yang cari saya, bilang saya ada urusan ya. Nanti saya langsung ke venue pas makan malam."

"Baik, Pak." Sonya mengangguk sebelum kemudian bertanya lagi dengan suara yang lebih pelan, "Emang aslinya bapak mau kemana?"

Iseng, gue pun ikutan berbisik, "Saya mau ketemu calon istri."

"Hah?!" Satu lagi hal yang perlu lo tau, suara Sonya sekeras itu. Gue yakin pegawai di luar ruangan gue semuanya denger teriakan Sonya. "Bapak mau nikah?? Akhirnya ya, Pak..."

Hmm, yang gini-gini nih yang bikin ribet. Habis ini pasti semua anak marketing langsung menyerbu gue dengan kalimat yang sama.

Candaan gue kali ini salah.

"Sonya, saya pacar aja nggak punya. Gimana ceritanya tiba-tiba nikah?" Jawab gue santai sebelum kemudian berjalan ke arah pintu lalu menoleh ke arah Sonya yang keliatannya masih betah berdiri di posisinya. "Kamu masih lama berdiri disitu? Jangan acak-acak ruangan saya ya."

"Eeeh." Secepat kelinci, Sonya pun lari dan tau-tau udah ada di luar ruangan mendahului gue. "Maaf, Pak, nggak ngeh."

Sonya, Sonya... Untung kerja lo bagus ya.

Ya iyalah, kalo nggak, ga bakal jadi sekretaris gue.

---

Grand Indonesia, 17.10

Besok ulang tahun adik gue, Wilona Biantari namanya, anaknya lucu, sama seperti namanya yang berarti Harapan dan Kegembiraan. Gue sebenernya bukan tipe kakak yang sering ngasih adiknya kado, tapi kalau pas ulang tahun, perlu lah gue sisihkan sekian peser untuk dia.

Pas ngeliat gift shop yang keliatannya menarik, gue langsung aja masuk dan mulai nyari-nyari barang yang mungkin Wilona suka.

Seinget gue Wilona suka barang berwarna pastel, maka gue pun langsung memfokuskan diri untuk mencari anything pastel.

Mata gue berhenti di satu jam berbentuk unik yang menurut gue Wilona bakal suka.

Mata gue berhenti di satu jam berbentuk unik yang menurut gue Wilona bakal suka

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
InsentientWhere stories live. Discover now