20.

222 46 10
                                    

Satu minggu setelah perjalanan tengah malam Harry dan Michelle, keduanya semakin dekat. Tapi Harry tetap menjaga jaraknya, memastikan bahwa apa yang dia rasakan terhadap Michelle hanya sebatas teman. Memang ada kemungkinan yang sangat besar bahwa dia akan jatuh cinta, tapi Harry ingin itu murni perasaannya sendiri, bukan karena faktor masa lalu yang masih membekas dalam memorinya.


Hari ini adalah hari kerja pertama Harry dan Louis di perusahaan Ren, sebagai pekerja magang. Louis langsung mengikuti beberapa pertemuan penting dengan Ren, sedangkan Harry bekerja di bidang manajemen. Nilai sosialnya memang rendah.

Pria berambut ikal itu baru saja selesai menyortir data-data tentang pemasukan mereka selama sebulan ini, menatanya dengan rapi agar lebih mudah untuk dibaca. Harry memandang komputernya dengan puas, lalu sesuai perintah Ren, mengirimkan file itu ke e-mail Ren secara langsung. Kini dia menunggu perintah berikutnya, sambil menatap rekan kerjanya yang lain yang jelas lebih tua darinya.

Harry ditempatkan di sebuah ruangan luas dengan dinding kaca di lantai tujuh yang memberikan pemandangan kota London yang indah, dan memiliki kubikel tersendiri. Ini adalah kebanggaan baginya karena sebagai seorang pekerja magang, langsung menyabet gelar ini. Bahkan ada gosip yang beredar kalau pangkatnya akan naik jika dia menjadi pekerja tetap. Padahal baru hari pertama, tapi nama Harry Styles dan Louis Tomlinson sudah menyebar kemana-mana.

"Oi, anak baru!"
Harry menoleh. Tentunya dia yang dimaksud anak baru.

Yang memanggilnya adalah seorang wanita berambut pirang dengan potongan rambut pendek sebahu, yang kubikelnya berada persis di depannya. Wanita itu tersenyum, dan dia tampaknya berusia 30-an tahun.

"Ya?" Harry berdiri. Wanita itu hanya berdiri di balik kubikelnya.
"Kau sudah selesai dengan pekerjaanmu?" Tanya si wanita.
"Um, ya," Harry bisa menduga apa yang akan ditanyakan oleh si wanita ini setelahnya.
"Kalau begitu, bisakah kau membantu menyelesaikan punyaku? Suamiku baru saja menelefon, anak kami sedang rewel sekali di rumah. Kumohon," Wanita itu memelas, dan Harry mendesah dalam hati. Tapi tak apa.

"Ya, tentu saja. Kirim saja ke komputerku."

Sistem di perusahaan itu memungkinkan orang-orang yang bekerja di bawah bidang yang sama saling mengirimkan file antar satu sama lain. Hampir mirip dengan e-mail, tapi jauh lebih praktis karena ruang lingkupnya lebih sempit. Dan coba tebak siapa yang menciptakan program itu. Tak lain adalah Ren, yang mendengar keluhan sekretaris lamanya karena e-mail yang masuk sangat amburadul. Hoho, jangan lupa bahwa saat kukatakan Ren itu jenius, dia benar-benar jenius.

Harry pun menunggu. Pesannya masuk. Rupanya wanita itu mengerjakan tentang pengeluaran, jadi Harry harus super hati-hati.

"Suruhannya sudah kumasukkan ke sana. Kalau sudah selesai, tolong kirim lagi ke komputerku. Makasih banyak ya, anak baru." Wanita itu berlalu.

Harry tetap merasa kesal karena dipanggil anak baru. Dia menggerutu dalam hati, mengutuk ketidaksopanan wanita itu, tapi dia menahan amarahnya. Segera saja dia kembali tenggelam dalam pekerjaannya.

Sementara itu, Louis baru saja kembali bersama Ren setelah pertemuan-pertemuan melelahkan dengan calon rekan bisnis. Tenaganya terkuras, tapi dia senang. Ren memuji kemampuannya, lagi, dan itu membuat Louis membusungkan dadanya dengan bangga saat memasuki lobi. Karyawan yang lain menatapnya dengan iri, karena dia berjalan bersama Ren layaknya sahabat.

"Kerja bagus, Louis. Sampai ketemu esok." Ren berujar, dan masuk ke lift, meninggalkan Louis di lobi. Pria itu melonggarkan dasi hitam yang dikenakannya, menghela nafas panjang dan mengacak-acak rambut pirangnya. Jelas dia kelelahan, tapi tidak ingin mengakuinya. Tiba-tiba ponselnya berdering, dan Ren memutar bola matanya secara refleks. Semoga bukan sesuatu yang penting, karena dia sudah terlalu lelah untuk berpikir.

Saat dilihatnya nama penelefon, Selena. Keningnya berkerut. Saat berada di Cambridge, dia memberikan nomornya kepada gadis itu untuk jaga-jaga. Apa yang kira-kira terjadi?

"Halo? Ada apa Sel-"

"Michelle menghilang!" Selena langsung berseru tanpa berpikir dua kali. Ren baru saja mau mengaduh, tapi langsung kaget seketika.

"Maksudmu??"

"Aku pulang dari The Rain bersamanya, karena aku kebetulan mau berkunjung ke rumah Zayn yang bersebelahan dengan rumahnya. Aku mengantarkannya dulu sampai ke dalam rumahnya, dan meminjam toilet. Saat aku keluar, dia tertidur di sofa. Baru saja aku ingin membangunkannya, dia menghilang begitu saja ke udara." Selena bercerita, dia terdengar gugup tapi masih mampu mempertahankan ketegasan suaranya. Kening Ren mengerut cemas.

"Dimana kau sekarang?"

"Aku lari ke rumah Zayn dan memberitahunya, tapi aku bilang saja kalau saat aku di toilet, dia tiba-tiba menghilang tanpa meninggalkan jejak agar tidak ada yang curiga. Jadi sekarang aku ada di rumah Zayn." Selena berujar lirih, dan Ren merasa dirinya bertambah loyo.

"Beritahukan kepada yang lain, khususnya Cara. Tapi soal Harry, biar kutangani."

Ada keheningan lama, sampai Selena bertanya.

"Ren, apakah dia pergi ke masa lalu?"

Ren tidak ingin mengakuinya, tapi fakta itu menghantamnya kuat-kuat.

"Ya."

"Akan kukabari kau nanti." Selena memutuskan sambungan, dan lift berdenting. Ren sampai di lantai kerja Harry, yang memang menjadi tujuannya karena dia berniat untuk mengecek keadaan pria itu di hari pertamanya. Segera saja dia memasuki ruangan kerja, dan beberapa karyawannya yang masih ada disana untuk lembur kaget melihat kondisi Ren yang acak-acakan.

"James, dimana Tuan Styles?" Ren bertanya kepada karyawannya yang sudah lama bekerja dengannya. "Barusan ke toilet, Tuan Kingsley."

Ren tidak membuang-buang waktu. Dia berlari keluar dari ruangan berdinding kaca itu, menuju toilet. Sesampainya di toilet pria, dia memandang bayangannya di kaca wastafel, dia benar-benar kacau.

"Harry?" Ren memanggil pria itu, tapi semua bilik terbuka, tidak ada tanda-tanda keberadaan orang lain. Saat Ren baru saja mau keluar, dia melihat sebuah benda pipih di lantai, sekitar satu meter dari tempatnya berdiri. Ren mendekat, mengambil ponsel itu dan menekan tombol untuk menyalakannya. Lockscreen muncul, foto Michelle. Nafas Ren tercekat di tenggorokannya. Dia menggesernya, tak ada pengamanan dengan sandi.

Ren langsung tahu siapa pemilik ponsel itu.

Karyawan barunya yang juga menghilang dengan misterius, Harry Styles.

Dan Ren tahu persis kemana dia pergi.


______________________

ai lagi bikin FF HarPot, ada yang mau baca ga ya? :3 kena demam Draco kwkwkwk.

Chasing Summer [DISCONTINUED]Where stories live. Discover now