Part 19

4.6K 294 10
                                    


Keira bangun ketika sinar matahari mulai masuk dari celah-celah ventilasi. Ia mengerjapkan matanya dan ia baru sadar jika ia mengenakan infusan. Keira menatap Kenan yang masih tertidur pulas di sofa di sebrang ranjangnya. Keira tersenyum tersendiri mengingat pertengkaran mereka sebelumnya dan sekarang mereka sangat dekat meskipun rasanya jika mereka tidak bertengkar dunia akan hancur.

"Hei! Mengapa kau memandangi ku saat aku tertidur? Segitunyakah kau mengagumi ku?" ujar Kenan saat ia baru membuka matanya dan melihat Keira memandanginya sambil tersenyum.

Keira langsung memutar matanya malas, meski dalam hatinya ia malu karena Kenan telah menangkap basah dirinya yang memandangi Kenan saat tertidur. Keira mencoba bangkit, kondisinya sudah cukup baik. Ia sudah tidak lemas lagi, ia menatap kearah infusannya dan infusannya akan segera habis. Jika perawat belum datang juga pagi ini mau tidak mau ia melepas infusannya sendiri meski ia tidak tahu tekniknya. Keira merasakan ingin buang air kecil, ia pun segera mencoba untuk turun dari ranjangnya.

"Apa yaang ingin kau lakukan?!" Tanya Kenan panik dan ia langsung bangun lalu menghampiri Keira, membantu gadis itu turun dari ranjangnya.

"Aku tahu kau sangat baik, tapi aku ingin buang air kecil. Apa kau akan ikut dengan ku?" Tanya Keira ketus.

"Kau pikir siapa diri mu sehingga aku ingin mengikuti mu buang air kecil? Berpikirlah sedikit, kondisi mu belum sepenuhnya pulih. Bagaimana jika kau jatuh?" Omel Kenan sambil membantu Keira berjalan ke kamar mandi serta menggeret infus Keira.

Kenan membantu Keira sampai ia masuk ke kamar mandi. Ia mengatur tiang infusan agar memudahkan Keira saat buang air kecil. Terlihat sekali sosok Kenan yang berbeda, Kenan yang penyabar, Kenan yang sangat lembut, dan Kenan yang sangat perhatian. Keira sangat terbantu sekali dengan Kenan bersamanya.

"Cepat keluarlah! Apa kau ingin disini terus?" Sindir Keira ketika semuanya sudah tertata dengan benar.

"Aku juga tidak ingin berada disini bersama mu. Panggil aku jika kau sudah selesai!" Balas Kenan sambil mengacak rambut Keira lalu pergi keluar kamar mandi dan menutup pintunya.

Dengan sabar Kenan menunggu Keira yang sedang buang air kecil di depan pintu kamar mandi sambil bersandar di tembok. Ia melirik jam dinding di kamar mereka, dokter bilang perawat untuk Keira akan datang pukul 7am dan sekarang pukul 7.15am, perawat itu belum datang juga. Terdengar suara flash dari closet dari dalam yang menandakan Keira sudah selesai buang air kecil.

"Apakah sudah?" Tanya Kenan berteriak.

"Sebentar lagi." Jawab Keira dari dalam, "Ya kau bisa masuk!" Teriak Keira setelah beberapa menit.

Kenan pun membuka pintu kamar mandi, ia melihat Keira yang sedang berdiri di hadapan washtafel sambil bercermin, "Astaga penampilan ku begitu buruk." Keira melihat bibirnya yang pucat, kantung matanya juga terlihat jelas.

"Harusnya kau menyadari itu dari dulu." Ejek Kenan lalu membawa Keira keluar dari kamar mandi dan menuntunnya kembali ke ranjang.

Keira mengatakan pada Kenan bahwa ia ingin duduk bersandar saja pada kepala ranjang karena tubuhnya terasa pegal juga karena terus beerbaring. Kenan pun menyusul bantal agar Keira nyaman bersandar di kepala ranjang. Setelah selesai mengurus Keira, Kenan memilih untuk mandi. Ia mengambil pakaian ganti serta handuk dari kopernya.

"Kapan perawat akan datang? Infusan ku akan segera habis." Tanya Keira.

"Dokter mengatakan perawatnya akan datang pukul 7am, mungkin perawat itu datang dari Zimbawe." Jawab Kenan asal lalu ia pergi ke kamar mandi.

The EquinoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang