Sekuel I

1.8K 140 36
                                    

Seberapa kerasnya kau mempertahankan kebahagiaan itu, pasti pada akhirnya kebahagiaan itu akan berakhir. Tidak ada kebahagiaan yang abadi di dunia ini.

.

.

Author akan lebih menceritakan ff ini dari sudut pandang Baekhyun. Oke sekian, selamat membaca. ^^

.

.

Baekhyun Pov:

Rintik air mulai membasahi tanah, tak lama hujan pun turun begitu derasnya. Kulihat orang berlalu lalang mencari tempat untuk berteduh, namun tidak denganku, aku lebih memilih untuk berdiri sambil memandangi sungai Han.

Tes ...
Airmataku mulai menetes, aku mulai mencoba menyalurkan rasa sesak yang kupendam sejak satu jam yang lalu.

"Hiks, wae? Kenapa harus aku yang menghadapi semua ini?" Aku pun berteriak sambil menangis.

Biarlah, biarlah hujan yang menghapus semua kesedihan yang kualami.

.

Puas menangis, aku pun memutuskan untuk pulang ke rumahku. Kulangkahkan kakiku perlahan, bibir serta badanku mulai bergetar karena kedinginan.

Kutekan bel rumahku, tak butuh waktu lama, pintu rumahku pun terbuka.

"OMO OMO, Baekhyun-ah waeyo?" Ibuku terlihat begitu shock melihatku yang kebasahan.

"Umma ada ap- Astaga Baekhyun kau kenapa???" Taehyun tak kalah terkejut saat melihat diriku yang kebasahan.

Aku terdiam dan hanya bisa menahan rasa dingin yang menusuk tulangku. Rasa sesak pun mulai menghantuiku, namun aku mencoba untuk bersikap normal.

"Ayo ikut umma." Umma mencoba menuntunku untuk berjalan.

Kulangkahkan kaki kananku, namun rasa pusing mendadak menerpa kepalaku, tubuhku terasa lemas, akupun terjatuh di atas lantai. Perlahan mataku memburam, tak lama semuanya menjadi hitam.

.

.

Kubuka kedua mataku perlahan, kuedarkan pandanganku ke penjuru ruangan. 'Kamar ... ini kamarku.'

"Umma, aku pergi dulu ya, bersama Suho, chen, dan Kyungsoo." Teriak Taehyun dari luar.

"Ne Tae, hati-hati!" Teriak umma.

Aku mampu mendengar teriakan Taehyun. Aku sedih karena mereka berkumpul tanpa diriku. Kenapa? Kenapa sekarang aku merasa mulai disisihkan?

Cairan bening kembali membasahi pipiku.

Clerrkkk ...
Pintu kamar terbuka, dengan segera kuhapus airmataku.

"Hei umma." Ucapku pelan.

"Ah syukurlah kau sudah sadar sayang." Umma mendekatiku dan duduk di sudut ranjangku. Kemudian ia mulai mengusap kembali keningku.

"Syukurlah demammu sudah turun Baek."

"Mianhae umma, aku merepotkanmu."

"Tidak apa-apa Baek, kau kan anak umma, jadi umma harus merawatmu sayang."

"Gomawo umma."

.

.

Seminggu kemudian ...

Kulihat sahabat-sahabatku sedang berkumpul di kantin kampus untuk makan siang. Kuhampiri mereka, "Hai." Ucapku dengan semangat, tak lupa kupamerkan senyumanku pada mereka.

Are You Okay, My Twinnie?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang