Chapt. 38 - Kehidupan Baru

2.2K 84 16
                                    

Maaf kalau banyak typo, nggak di cek ulang.

Dan maaf update malem-malem, di malam jum'at pulak. Hahahha...

Anyway, itu mulmetnya foto Mas Yori sama Vitha tuh...

_________________

Vitha's POV

Pagi ini, setelah acara sarapan yang terasa awkward, aku dan Mas Yori langsung menuju Bandara untuk pulang ke Bandung. Seharusnya kita pulang besok, tapi Mas Yori diam-diam sudah memesan tiket pesawat.

Ya sudah, aku sebagai istri hanya bisa menurut. Aku tidak mau menambah kekesalan Mas Yori, aku tahu dalam hatinya banyak pertanyaan yang ingin dia tanyakan tentang Doni padaku.

Penerbangan kami berangkat lebih dulu dari jadwal penerbangan Mas Doni ke singapore.

Subuh tadi, tanpa sepengetahuan Mas Yori aku mengirim balasan chat kepada Mas Doni, hanya salam perpisahaan dan permintaan maafku.

Aku mengatakan bahwa aku sudah bersuami dan rasanya kurang etis jika aku menemui laki-laki lain tanpa seijin suamiku. Walau notabennya Mas Doni adalah kakak sepupuku.

Tiga jam berlalu tidak ada balasan dari Mas Doni, dia hanya ada tanda dua ceklis biru di chat ku. Yang berarti dia sudah me-read isi chat tersebut namun enggan untuk membalasnya.

Setelah menempuh perjalanan sekitar empat jam dari Bandung ke Cirebon akhirnya kami sampai juga di komplek batalyon.

Mas Yori memarkirkan mobil jazz ku di depan rumah yang di dominasi warna hijau, khas rumah dinas pada umumnya.

Tapi rumah ini sedikit berbeda dengan beberapa rumah dinas lainnya. Mungkin karena Mas Yori komandan, jadi Mas Yori dapat rumah dinas lebih besar.

Aku membuka sabuk pengaman lalu turun di susul Mas Yori.

Aku berjalan lebih dulu untuk meneliti rumah.

Di bagian terasnya ada taman kecil tertata rapi dan halaman untuk tempat garasi mobil. Saat memasuki rumah, rasanya adem, aku kira efek AC, tapi kata Mas Yori rumah ini belum terpasang AC, kecuali di kamar.

Ya semoga ini awal yang baik agar aku betah.

Aku masuk untuk meneliti seluruh ruangan. Sementara Mas Yori mengeluarkan koper dan barang-barang kami dari bagasi mobil di bantu dua orang yang aku sendiri belum tahu namanya. Nanti deh kenalannya.

Saat memasuki rumah, mataku langsung mendapati ruang tamu dengan kursi-kursi betawi melingkari meja. Rumah ini punya dua kamar tidur, yang satu kamar utama berukuran lumayan luas dan satu lagi berukuran sedang.

Aku memasuki kamar utama untuk melihat isinya, di dalam kamar ini sudah ada kasur berukuran king size dan lemari olimpik dua pintu. Belum banyak perabotan. Hanya ada baju-baju Mas Yori di dalamnya.

Setelah puas meneliti kamar, aku keluar menuju ruang tengah yang terhubung dengan dapur.

Di ruang tengah sudah ada meja bupet dan televisi LED berukuran 14 inchi dan kasur palembang di depannya. Sepertinya aku akan mengganti tivi kecil itu dengan ukuran yang lebih besar, bahkan di kamarku di Bandung saja pakai yang 32 inchi.

Mataku melirik ke ruang dapur, di sana sudah ada kompor beserta tabung LPG tiga kilo gram. Jangan tanya ada kitchen set atau nggak, ini dapurnya cuma ada kulkas dua pintu dan meja tempat menyimpan toples kerupuk, ranjang kotak yang isinya beberapa Mie instan, kecap, saus botol dan beberapa toples kecil berisi gula kopi dan teh.

Begitupun saat aku membuka kulkas yang isinya cuma ada telor, beberapa minuman kaleng juga botol-botol berisi air putih.

Astaga... Aku tidak menyangka jika kehidupan Mas Yori sesederhana ini.

You're MINE!Where stories live. Discover now