Chapt. 25 - Menyelesaikan yang harus diselesaikan

1.9K 73 6
                                    


Author's POV

Cuaca kota udang siang ini sangat terik, sama seperti biasanya. Matahari tanpa malu-malu tebar pesona di atas langit biru nan indah. Jalanan padat merayap ramai sekali. Sedangkan asap kendaraan dan debu jalanan beterbangan mengotori udara sehingga membuat pepohonan penghias jalanan seperti dibedaki debu berwarna cokelat.

Perlahan Yori menatap mata gadis yang duduk dihadapannya. Yori sedang berada di kediaman pejabat tinggi TNI AD, Jenderal TNI Mulyono. Sesekali dia menatap ke arah Amelia yang sejak tadi menyeka air matanya. Amelia menangis karenanya, hal yang sangat Yori sesalkan. Dia tidak menyangka jika pada akhirnya menjadi seperti ini.

"Saya minta maaf Mel. Demi Allah dari awal saya tidak berniat untuk menyakitimu. Kamu sudah saya anggap adik sendiri. Saya tidak munafik, kamu cantik dan pintar, laki-laki mana yang tidak ingin menikah denganmu, tapi disini saya sudah mempunyai pilihan saya sendiri. Wanita yang selama 3 tahun ini menguasai hati saya. Dari awal memang saya salah karena seperti memberi harapan untukmu, saat itu saya hanya sedang berfikir bagaimana menjelaskannya padamu dan Komandan. Sedangkan Komandan Mulyono sendiri seakan tidak memberikanku kesempatan untuk memutuskan dan menjelaskannya. Saya minta maaf."

"Aku malu mas, aku malu sama kamu. Selama ini aku mengira Mas Yori menerima perjodohan ini. Nyatanya aku yang salah karena menyalah artikan kebaikan dan sikap Mas Yori padaku yang ternyata hanya menganggapku adik." Jujur Amelia ditengah isakannya.

Sejujurnya dia bukan marah hanya merasa malu karena cintanya bertepuk sebelah tangan. Dan baru mengetahui kebodohannya begitu menyadari bahwa hati mereka saling berseberangan.

Amelia menautkan jarinya. "Aku sadar sepertinya cintaku bertepuk sebelah tangan. Dan itu... memang menyakitkan."

Walau berat Amelia tetap menyelesaikan kata-kata nelangsa itu. Yori meringis melihat isakan Amelia yang terdengar miris.

"Saya yakin kamu akan mendapat laki-laki yang lebih baik dari saya Mel. Saya berharap kamu dapat membuka hatimu untuk pria lain, jangan tutup dirimu hanya karena saya. Mungkin kita memang tidak berjodoh dan kamu harus yakin kalau Allah telah menuliskan skenario yang lebih indah suatu hari nanti untukmu." Ucap Yori yang membuat tetesan air mata Amelia semakin jatuh ditangan.

Perlahan dia mengangguk menyetujui, ini pasti bisa dilaluinya. Amelia menerawang pada dimensi beberapa tahun lalu, apakah ini semacam karma untuknya?

Bukankah beberapa tahun lalu ia juga telah menyakiti seorang pria dengan penolakannya? Seperti inikah rasanya ditolak? sangat menyakitkan sekali

Amelia mendongak, dia mengelap bulir-bulir air matanya yang membanjiri pipi sambil tersenyum nanar.

"Nggak apa-apa. Mungkin aku yang terlalu berlebihan, mencintai bukan berarti harus memiliki kan?"

"Sekali lagi maafkan saya Mel.. Saya berharap setelah ini hubungan silaturahmi kita tidak putus."

Setelah semua ini bisakah silaturahmi tetap terjaga? Yori berharap tetap, karena bagaimanapun keluarga Pak Mulyono sudah sangat baik terhadapnya.

"Sudah aku maafkan, aku juga minta maaf karena sempat membuat kacau hubungan Mas Yori. Baiklah, nanti aku akan mencoba membicarakan ini dengan Bapak dan keluarga. Apa Mas Yori sudah bertemu Bapak?" Tanya Amelia. Yori menggeleng.

"Belum, mungkin besok jika Komandan sudah pulang."

"Aku akan membicarakan lebih dulu dengan Bapak, aku berharap Bapak juga bisa menerima. Amel akan bantu bujuk Bapak. Mas Yori tenang saja." Ucap Amelia yang membuat Yori bernafas lega.

You're MINE!Where stories live. Discover now