Chapt. 4 - Hujan

3.3K 90 3
                                    

Dear readers...
di part ini mas Yori datang....

__________

Yori's POV

Terompet bangun pagi ditiup sekitar jam 4.30. Seperti biasa selesai sholat subuh aku dan beberapa rekanku tengah sibuk bersiap diri untuk apel pagi sebelum latihan gabungan terakhir dilakukan.

Syukurlah akhirnya kegiatan ini selesai. Sudah berhari-hari kami berada di Situbondo meninggalkan keluarga.

Aku sudah berniat setelah sampai di kantor nanti ingin mengajukan cutiku yang tahun kemarin belum ku ambil.

Aku merasa setelah kepulanganku dari misi perdamaian di Libanon dua tahun lalu tugasku semakin berat saja. Selain mendidik para tamtama juga harus mengikuti kegiatan komandanku mengikuti Latihan gabungan bersama prajurit TNI AD, TNI AL dan TNI AU.

Ya, seperti inilah salah satu kegiatanku. Kali ini latgab dilakukan di desa Banongan, kabupaten situbondo jawa timur.

Banongan menjadi tuan rumah para prajurit dari pangkat terendah hingga para jenderal karena menjadi lokasi pertempuran pada Latihan Gabungan (Latgab).

Pada Latgab tahun ini melibatkaan 15.000 lebih prajurit TNI AD, TNI AL dan TNI AU. Ratusan jenis alat utama sistem senjata (alutsista) dikerahkan untuk menyukseskan latihan ini.

Mereka adalah prajurit-prajurit penjaga kedaulatan negeri yang kini berjibaku dengan peralatan. Bagi yang berkeluarga, sudah berhari-hari mereka tidak jumpa anak istri.

"ijin lapor Komandan, pasukan sudah siap" lapor rekan perwiraku yang berpangkat dibawahku.

Aku mengangguk.

***

Sore hari Situbondo di guyur hujan. Hawa dingin yang menusuk membuat siapapun saja ingin bermalas-malasan tapi tidak dengan ku. Tugas tetaplah tugas bagaimana hujan adalah waktu untuk bekerja lebih keras. Aku rela bekerja menembus derasnya hujan, teriknya matahari dan menerjang badai sekalipun.

Aku mengedarkan pandanganku, kini hujan mulai berganti rintikan hujan, namun genangan air mengubah keadaan lapangan  secara drastis.

Untung saja ini hari terakhir. Gerutuku.

"Sudah aman ndan"

"Basah kuyup aku rek! Kenapa yang diturunkan berpangkat semua. Asem! Seharusnya ini yang kerja para tamtama itu. Seenaknya saja mereka ikut perdiklat, leha-leha sedangkan kita basah kuyup begini"
Teriak rekan perwira seangkatan ku, Lettu. Inf Wiranto pada rekan yang lain. Semua rekan terdiam mendapat cipratan emosi darinya.

Aku yang dari tadi cuma mendengarkan percakapannya cuma tersenyum. Aku memang lumayan kesal dengan pemberian tugas yang bisa dibilang tidak adil ini.

Seharusnya dalam satu tim beranggotakan satu perwira untuk menjadi pengarah bagi tamtama nya. Tapi mengingat sedang diadakan latgab dan juga diklat utk para tamtama maka turunlah semua perwira yang bertugas dilapangan untuk saat ini.

"Jangan emosi dulu komandan, lagian setelah ini kita bakal dapat tambahan besar kan" ujar rekanku, Adimana.

"Heh, Adi, di otakmu ini uang saja yang kau pikirkan. Badanku sudah sakit begini. Alamat meriang aku"

Rekanku, adi hanya terdiam sambil cengengesan. Aku menggeleng-gelengkan kepalaku.

"Kasuh!" Panggilnya.

"Apa?"

"Dingin tidak kau?" Tanyanya padaku.

"Nenek-nenek juga tahu, kalau kehujanan begini pasti kedinginan"

You're MINE!Where stories live. Discover now