delapan; Oh malam, sampaikan sayangku untuk Dia.

Start bij het begin
                                    

Iqbaal melihat Pelangi yang terlihat sedang sangat sangat senang. "Eh eh, Emak lagi seneng nih kayaknya. Kenapa, nih?"

Pelangi hanya tersenyum dan tanpa aba-aba langsung memeluk Iqbaal. "Baal, gua seneng bangeeet!"

Wajah Iqbaal sekarang kayak orang bego. Cengo karena tiba-tiba Pelangi meluk dia. Pelangi melepas pelukannya, sadar dengan apa yang dia lakukan, Ia tersenyum gugup.

Malu-maluin astaga.

Eh, sekalian modus sih, hehehe sabi.

"Kenapa, deh?" Iqbaal kembali bertanya.

Pelangi masih saja tersenyum dengan lebar, dan juga manis. Membuat Iqbaal ikut tersenyum. "Jangan senyum lagi dong, kopi gua mendadak manis nih."

Senyuman Pelangi bertambah lebar. "Apaan, deh. Danta."

Iqbaal lagi-lagi nyengir. "Kantin?" Pelangi mengangguk. Iqbaal tiba-tiba menekuk lengan kirinya dan menegapkan tubuhnya bak seorang pangeran.

Pelangi hanya mengerjapkan matanya dan memandang Iqbaal heran. "Ngapain lo?"

Iqbaal sontak menoleh ke arah Pelangi dan lengannya langsung Ia turunkan. Ia memasang wajah kesal (sok) di imut-imutkan. "Itu gua ngajak gandengan, Ngi, astaga."

"Oalaah! Bilang, dong!" Pelangi tertawa kecil. "Yaudah, yok." Pelangi menggandeng lengan Iqbaal menuju kantin.

Kali ini, giliran Iqbaal yang tersipu malu. Pelangi tertawa keras. "Baal muka lo!"

"Kenapa? Ganteng, ya? Iya gua tahu kok, makasih makasih."

Mungkin karena suasana hati Pelangi yang sedang baik, Pelangi tidak memperlihatkan wajah jijiknya, malah dia tersenyum. "Iya, lo ganteng, iya."

***

"Ngi," panggil Iqbaal saat mereka sedang di duduk di meja kantin. "Lo cantik deh, kalau senyum terus. Gini terus, ya, Iqbaal makin cinta, deh."

Pelangi melempar kacang yang sedang Ia makan. "Jangan gombal deh, gua lagi makan nih."

"Lah, emang kenapa kalau lo lagi makan?"

"Gua takutnya nanti gua muntah."

Iqbaal terbelak. "Jahaat banget," Bibirnya Ia majukan satu centi. Tiba-tiba, ada yang menggeplak bibirnya itu. "Bangsat, Tyo!"

Tyo dan Pelangi tertawa keras. Tyo bahkan sampai terjatuh duduk sangking ngakaknya.

"Sono, lu! Kutil badak emang." Tyo berlari menjauh dari Iqbaal yang sudah siap akan melemparkan botol teh bekasnya ke arah Tyo jika Tyo tidak pergi. "Sumpah, sakit ini."

Pelangi masih saja tertawa. Ia mengusap kedua pipinya. "Haduh, nangis gua."

Iqbaal yang gemas langsung menyubit pipi kiri Pelangi. "Lucu, deh."

Sambil mengusap pipi kirinya, Pelangi menatap Iqbaal kesal. "Gua balik nih." Pelangi bangkit.

"Eh," Iqbaal ikut bangkit dan menahan kedua lengan Pelangi–menyuruhnya untuk duduk. Iqbaal nyengir.

Pelangi ✖ idrWaar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu