22. Semak Membara - 1

En başından başla
                                    

"Kamu nggak kedinginan?" bingung dengan pertanyaannya, aku hanya menggelengkan kepalaku perlahan. "Bajunya." Ucapnya seraya melihat punggungku dengan tatapan tidak suka.

"Nggak, nggak dingin."

"Punggungnya kebuka gitu, terus bajunya terlalu pendek, paha kamu kelihatan." Aku menatapnya tak percaya, masa segini pendek. "Kamu nggak pernah pake baju terbuka, aneh aku lihatnya. Kenapa sih kamu beli baju model begitu?"

"Anak-anak yang pilihin kok kemarin pas ke mall, kata mereka bagus."

"Nggak bagus!" sangkalnya cepat. "Ganti!"

"Apaan sih Rey. Punggungnya nggak kebuka, ada rendra yang nutupin. Lagian dressnya juga nggak pendek-pendek amat."

"Aku nggak suka, ganti!"

Aku menghela nafas kasar. "Kamu kenapa sih?"

"Nggak kenapa-napa, aku nggak suka baju yang kamu pakai, terlalu terbuka. Ganti!" Rey mulai berteriak.

Kesal dengan kemarahanya, aku mulai mengancam "Aku nggak usah pergi."

Rey melengkungkan alisnya, menatapku penuh pertimbangan. "Aku cuma minta kamu buat ganti baju, bukan ngajak berantem. Bisa nggak sih kamu ikutin apa mauku tanpa membantahnya?"

"Bisa nggak sih kemauan kamu masuk akal, jadi aku bisa menerimanya tanpa ada bantahan." Balasku sinis. Kebiasaan Rey yang ingin semua orang mengikuti kemauannya lama-lama membuatku jengah.

"Alasanku masuk akal, baju kamu terlalu terbuka, aku nggak mau kamu kedinginan dan orang lain melihatnya."

"Segini mana terbuka sih, Rey." Bantahku.

"Kalian mau sampai kapan berdebat, acaranya bisa selesai duluan sebelum kalian sampai sana." Celetuk Opa, aku berbalik dan menatapnya penuh maaf. Sejak tadi kami mengabaikan keberadaannya. "Kamu Rey, kalau ngerasa baju istri kamu terlalu kebuka, jangan langsung nyuruh dia ganti baju gitu aja. Kamu bisa nawarin dia pakai jaket atau sesuatu lain buat nutupin. Kejora, kamu juga. Sebelum pakai baju mending kamu tanya dulu sama Rey dia keberatan nggak. Hidup berkeluarga boleh berdebat, tapi jangan keseringan nggak baik. Nanti yang ada kalian sering salah paham."

"Iya, Opa." Jawabku dan Rey bersamaan.

Aku menoleh pada Rey dan bertanya, "Aku perlu ganti baju?"

"Nggak usah, pakai jaket aja. Sebentar aku ambilin di atas sekalian manggil anak-anak."

Tak lama kemudian Rey turun bersama Si Kembar, Mada mengikuti di belakang mereka. Keduanya langsung berlari ke arahku dan memeluk pinggangku.

"Mama cantik." Puji Luys.

"Baju yang kita pilihin bagus." Tambah Luce.

"Makasih, siapa dulu dong yang milih. Anak mama."

Rey berjalan melewatiku, lalu menyampirkan Jaket kulit berwarna hitam di bahuku. "Bahunya jadi nggak kelihatan." Bisiknya.

"Nggak aneh yah?" tanyaku seraya berbalik menghadapnya.

Rey hanya menggeleng dan tersenyum kecil. Mada justru yang menjawab pertanyaanku "Nggaklah Mba, malah keren. Aku suka motif bordirannya. Mba beli di mana jaketnya?"

"Rey dulu yang beliin."

"Wah... Mas Rey romantis banget, Beliin istrinya jaket. Aku jadi iri."

ReconciliationHikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin