Part 8

6.8K 467 28
                                    

Warning: Typo(s) bertebaran!

Rasanya sesak sekali. Namun Sarah tidak tahu pasti sejak kapan ia mulai mencintai Fathan? Sarah tidak tahu. Tetapi, yang dikatakan Fathan barusan itu membuat dadanya terasa sesak. Sarah yakin, yang dialami dirinya saat ini tidak sebanding dengan apa yang dialami Fathan waktu lalu saat Sarah menolaknya secara kasar bahkan sampai menghina Fathan.

Mengingat hal itu, Sarah langsung menutupi wajahnya dengan bantal. Gadis tengil itu menangis sambil tersedu.

"Sarah, waktunya makan malam!"

Cepet amat waktunya, udah makan malam aja. Gumam gadis itu di dalam hatinya.

Mendengar suara Satria dibalik pintu kamarnya membuat Sarah langsung menjauhkan bantal tersebut dari wajahnya. Lalu, gadis itu menghapus air matanya.

"Bentar." Gumamnya dengan suara paraunya.

"Cepat! Abang tunggu kamu di bawah,"

Sarah membalasnya hanya dengan gumaman. Dengan malas, Sarah melangkahkan kakinya menuju kamar mandi untuk membasuh wajahnya agar terlihat segar.

Setelah selesai, gadis itu pun melangkahkan kakinya menuju ruang makan. Saat kakinya sudah berada di ruang makan, di sana hanya ada abangnya dan... dan... oh, mata Sarah langsung membelalak lebar tak percaya dengan pandangan dihadapannya saat ini.

Fathan ada di meja makan sambil bermain ponselnya dengan... bertelanjang dada! Seketika napas Sarah langsung terhenti saat itu juga tatkala matanya terus memandangi dada bidang milik Fathan dan otot bisepnya yang kekar. Sarah yakin sekali kalau Fathan bisa dijadikan model iklan susu L-Men.

"Sarah ngapain di sana berdiri kayak patung? Ayo sini makan!" suara Satria menyentakkannya dari lamunan. Bahkan kini mata tajam milik Fathan beralih menatap dirinya yang seperti patung.

Dengan gerakan pelan, Sarah mengambil tempat duduk di sebelah Satria sedangkan Fathan duduk berhadapan dengan Sarah.

Sarah mengambil piring milik Satria yang masih kosong, mengisi piring kosong tersebut dengan nasi beserta lauk pauk yang sudah dihidangkan di atas meja.

"Terima kasih, dek." Ucap Satria yang hanya diangguki oleh Sarah.

Sarah menatap Fathan dengan canggung. Entahlah, rasanya aneh saja satu meja makan dengan Fathan mengingat ini bukanlah sekali Fathan makan bersama di rumah Sarah. Tetapi rasanya beda saja, apalagi Sarah mengira Fathan sudah pulang dan yang makan malam hanya ada dirinya dan Satria saja. Sarah jadi merindukan sosok kedua orang tuanya karena kedua orang tua Sarah masih bertugas di luar kota.

"Pak, nasinya mau diambilkan?" tanya Sarah pada Fathan karena Fathan juga belum mengambil nasinya.

Fathan mengangguk saja. Sedangkan Satria hanya berpura-pura batuk TBC.

"Uhuk uhuk... aduh, kok tenggorokan gue gatel ya?" ucap Satria pada dirinya sendiri.

"Apaan sih lo, Sat! Udah basi tau gak sama batuk kampungan begitu." Balas Fathan dengan gaya cool-nya.

Satria menanggapinya dengan cengiran khasnya. Sedangkan Sarah hanya menundukkan kepalanya.

"Habisnya, ngeliat kalian kayak ngeliat bokap sama nyokap gue tau gak! Sarah kayak nyokap gue dan lo kayak bokap gue." Celutuk Satria membuat kedua pipi Sarah memerah dan langsung meletakkan piring Fathan yang sudah ia isi dengan nasi dan lauk pauk di hadapan Fathan. Sedangkan Fathan yang melihat kedua pipi Sarah yang memerah membuat ia tersenyum tipis.

"Lo diam aja Sat! Gue udah nganggap Sarah adik gue sendiri."

Sarah tersenyum masam. Hal yang ia ketahui saat ini adalah hubungan antara Fathan dengan dirinya bukan hanya sebatas guru-murid melainkan abang-adik?

My Charming Teacher (Slow Update)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang