Part 5

12.1K 719 64
                                    

Warning: Typo(s) bertebaran!

Sarah melangkahkan kakinya menuju toko buku di suatu mall. Gadis itu mendengus kesal, jika dia pergi ke toko buku bawaannya selalu ingin buang air besar. Entah kenapa, dari kecil Sarah selalu ingin buang air besar bila ia memasuki kawasan toko buku.

Ini semua gara-gara Bang Satria yang menitip buku hardware kepadanya, kalau ia menolak nanti Bang Sat pasti selalu mengancam.

Sarah menajamkan matanya, mencari buku pesanan Bang Sat.

"Ngapain Sar?" Tanya Divan, teman sekelas Sarah yang berwajah tembok. Mengapa dijuluki wajah tembok? Karena wajah Divan itu rata, tidak pernah senyum, dan kalau kita bertanya sama dia, Divan pasti menjawab 'hem', 'apa', 'oh', 'iya', 'kamu barusan ngomong apa?'. Ugh, pokoknya kalau ngomong sama Divan itu menguras emosi jiwa dan raga.

Dan lihatlah mimik Divan sekarang, menatapnya datar seolah-olah Divan sedang tidak bertanya kepadanya.

"Barusan kamu ngomong apa? Gak kedengaran aku." Ucap Sarah cuek, bukan cuek sih, sebenarnya. Dia hanya ingin balas dendam dengan pria itu karena Divan kalau diajak ngomong juga bilangnya kayak Sarah barusan ngomong.

Terdengar suara decakkan dari mulut Divan, "kamu budek, ya?"

Hiyah, mendengar pertanyaan berupa sindiran dari Divan itu membuat Sarah naik darah. Sarah tidak terima karena Divan mengatainya budek. Dia, kan, gak budek. Cuma ingin balas dendam aja sama pria tembok itu. Kok malah Sarah yang kena imbasnya. Aish.

Sarah melirik Divan dengan sinis. "Heh, siapa yang budek? Kamu kali yang budek. Dasar muka tembok." Ujar Sarah dengan kesal. Lalu tak sengaja Sarah menemukan buku yang sesuai permintaan Bang Sat. Dengan cepat Sarah mengambil buku tersebut. Namun, Divan menahan tangannya.

"Itu buku aku, aku tadi mau mengambilnya."

Sarah langsung memukul tangan kanan Divan, membuat Divan meringis kesakitan.

"Enak aja, daritadi aku sudah nyari buku ini, tahu!" Ketus gadis itu seraya menatap temannya dengan sinis.

"Argh, baiklah, aku mengalah karena kamu cewek. Dasar Sarah budek." Ejek Divan lalu meninggalkan Sarah.

Mata Sarah langsung terbelalak lebar, tidak terima karena ia dikatai budek oleh Divan si muka tembok.

"Dasar muka tembok!" Bentak Sarah, dari jarak dua meter, Divan menahan senyumnya karena Sarah memberikan julukan 'muka tembok'.

***

Saat sudah memasuki rumahnya, Sarah membanting tas dan plastik yang berisi buku Satria di atas sofa. Langkahnya terbirit-birit menuju kamar mandi sembari memegang perutnya yang mulas.

Sang Bunda hanya menggelengkan kepalanya melihat tingkah Sarah yang masih suka sembrono.

Sarah mendesah lega saat 'sesuatu' sudah keluar.

Lantas, ia keluar dari kamar mandi, mengambil tas dan buku Satria.

Tok tok tok....

Sarah mengetuk pintu kamar Satria, selang beberapa menit, akhirnya Satria muncul.

"Lama banget, sih, cuma buka pintu doang lamanya kayak siput berjalan." Omel gadis itu membuat kedua mata Satria memutar dengan malas.

"Bawel. Mana bukunya?"

"Nih,"

Saat Sarah sudah memberikan buku tersebut pada Satria, tiba-tiba matanya tak sengaja melihat punggung lebar milik seorang pria.

"Bang Sat, di dalam ada siapa?" Tanya Sarah ingin tahu. Kalau bahasa jaman sekarang, kepo.

Satria menoleh ke belakang, lebih tepatnya ke arah kamarnya. "Oh, itu, dia teman abang. Ganteng loh, masih muda kayak abang. Umurnya 22 tahun. Beda enam tahun sama kamu."

My Charming Teacher (Slow Update)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang