6th

813 107 3
                                    

"Astaga! Sekarang sudah pukul sepuluh malam."

Aku berdiri di pinggir jalan, tepatnya di sebrang sebuah kafe. Seseorang yang aku tunggu belum juga datang. Sesekali aku merapikan rambutku yang tertiup angin. Aku ingin terlihat cantik di depan orang yang akan aku temui malam ini.

Tiba-tiba aku melihat seseorang di sebrang sana sedang melambai-lambaikan tangannya padaku. Aku kurang yakin apakah dia menatapku atau tidak.

Orang itu menyebrang jalan dan semakin dekat denganku. Aku dapat melihat wajahnya dengan jelas sekarang.

"Hai!" Sapanya padaku. Dia tersenyum cerah, secerah langit di siang hari. Menampilkan gigi kelincinya yang terlihat lucu sekali.

"H- hai!" Kata-kataku terlihat dipaksa. Aku tidak dapat berkata-kata dengan baik. Mataku tak berkedip sama sekali. Aku begitu terpesona dengan laki-laki ini.

"Kamu... terlihat lebih cantik dari pada yang kulihat di SNS."

"Eh? Ti-tidak juga kok." Aku tersenyum malu. Dia memberikan kesan pertama bertemu yang baik.

Laki-laki itu menggandeng tanganku, mengajakku jalan-jalan melihat indahnya kota Seoul di malam hari.

"Kamu tahu, aku sudah lama sekali ingin melakukan ini padamu. Aku ingin sekali bertemu denganmu." Kataku.

"Aku juga, kalau begini lebih asyik dari pada harus berhubungan di SNS. Aku ingin bertanya sesuatu padamu, Yeri."

"Apa?"

"Mengapa kamu menyukaiku? Padahal kita belum pernah bertemu sebelumnya. Ada banyak lelaki yang bisa kamu lihat setiap hari di sekolahmu."

Aku terdiam sambil terus menggandeng tangannya. Jalanan mulai sepi, entah kemana kita akan pergi.

"Aku tidak tahu. Perasaanku tumbuh dengan sendirinya. Aku lebih memilihmu karena.. karena perasaan ini tulus. Terus tumbuh setiap kali aku menghubungimu. Aku tahu ini aneh, dulu aku berpikir, bagaimana mungkin kita bisa jatuh cinta pada seseorang yang belum pernah kita temui sebelumnya?"

Dia menatap mataku dalam-dalam.

"Aku juga tahu ini aneh. Tapi, beginilah kita sekarang. Sejak kita berpacaran, rasanya aku ingin tinggal di Seoul saja."

"Aku juga. Rasanya ingin pindah ke Busan."

Kami berdua tertawa bersama. Ini pertemuan pertama yang mengesankan. Tak pernah terbayang olehku berhubungan dengan seseorang di SNS lalu jatuh cinta dan menjalin hubungan dengannya.

"Kau mau es krim?" Tawarnya padaku. Aku mengangguk manis. Dia menyuruhku untuk menunggu disebuah kursi panjang yang terletak di seberang minimarket.

"Baiklah, jangan kemana-mana. Aku akan kembali. Janji."

Dia mulai menyebrang jalan. Aku asyik dengan ponselku. Sampai-sampai aku tidak memperdulikan suara klakson di jalanan.

Tiba-tiba...

Braakkkk...

Aku menoleh. Sebuah mobil melaju dengan kecepatan yang lumayan tinggi menabrak kekasihku yang sedang menyebrang jalan.

Aku langsung berlari menghampirinya. Aku menangis histeris. Orang-orang mulai mengerubuni kami.

"JUNGKOOK!"

"Panggil ambulan, ku mohon panggil ambulan sekarang!" Aku berteriak kepada mereka.

Darah yang keluar dari kepalanya mengucur semakin deras. Aku meneriaki namanya. Tapi dia tak kunjung bangun. Ambulan datang dan melaju cepat menuju rumah sakit terdekat.

Sesampainya di rumah sakit, sudah ada dokter, suster dan beberapa perawat yang akan mengurus kekasihku. Aku hanya menunggu di luar.

Setelah selesai. Aku masuk ke dalam ruangan inapnya.

"Ju- jungkook."

Dia masih terbaring lemah di kasur. Pipiku basah lantaran aku menangis tidak tega.

"Apakah anda saudaranya?" Seorang dokter menghampiriku.

"I- iya dok." Aku berbohong demi bisa menetap diruangan itu. Ruangan sama sekali tak aku impikan.

"Bukan! Dia bukan saudaranya!"

"A-ayah.."

Aku terkejut melihat ayahku yang tiba-tiba saja berada disini.

"Kami bukan siapa-siapanya, dok. Yerimie, ayo kita pulang sekarang!"

"Tapi ayah..."

Ayahku menarikku keluar sebelum dokter menjelaskan semuanya padaku.

"Kau tidak lihat sekarang sudah jam berapa?! Hah?!"

"Aku tahu Ayah. Tapi..."

I need you girl wae honja saranghago honjaseoman ibyeolhae I need you girl wae...

Suara ringtone dari ponselku membangunkanku dari tidur yang lelap. Aku bangun lalu duduk di sofa. Aku mengusap-usap mataku kemudian memandangi sekitar. Aku masih di rumah.

"Ah.. Mimpi itu lagi."

Aku mengambil ponselku lalu melihat siapa yang menelepon ku tadi.

Jungkook pabo is calling...

"Jungkook. Jeon Jungkook... Itukah kamu? Kamu masih hidup atau hanya perasaanku?"

TBC

Lie ; j.j.kTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang