5th

856 110 3
                                    

Setelah bertemu dengan Jungkook di taman tadi, aku memutuskan untuk bersenang-senang sendirian di mall yang tak jauh dari sini. Tidak ada barang yang ingin aku beli. Aku hanya ingin berjalan-jalan mengelilingi mall ini. Satu persatu toko aku kunjungi, melihat barang-barang disana tanpa berniat membelinya.

Disalah satu toko baju, aku melihat beanie yang digunakan Jungkook tadi. Aku mengambil beanie itu lalu menatapnya.

God, aku merindukannya, aku merindukan Jungkookie.. Apakah dia tenang disana? Atau... Dia masih hidup? Aku takut dengan firasatku sendiri.

"Excuse me miss, apakah beanie-nya mau dibeli?" Salah satu shopkeeper menghampiriku dengan tersenyum manis.

Aku menoleh dan terbangun dari lamunan. Tanpa sadar mataku berair. Tapi aku mengusapnya sebelum jatuh.

"Apa ada yang warna biru?"

"Maaf, miss, tidak ada. Sedang kosong."

"Oh, baiklah. Kalau begitu terimakasih."

Aku pergi keluar dari toko baju tersebut dan menuju ke sebuah toko buku. Hari ini, toko buku tidak seramai biasanya. Mungkin karena orang-orang lebih memilih membeli baju dari pada membeli buku.

Aku pergi ke rak buku yang bertuliskan 'Novel'. Banyak sekali novel keluaran terbaru bulan ini. Aku berlanjut untuk mengambil buku yang paling atas.

Aku bersusah payah untuk mengambil buku itu. Raknya yang terlalu tinggi atau aku yang terlalu pendek? Entahlah. Ketika tanganku hampir sampai menggapai buku itu, seseorang mengambilnya dariku.

Aku menoleh, melihat siapa yang mengambil buku itu.

"Eh, bukankah kau-"

"Kau.. Pelayan di restoran Yoongi hyung, kan?"

Astaga, pria ini lagi! Park Jimin, lelaki galak yang mengomel waktu di restoran.

"Ya, sedang apa kau disini?" Aku bertanya dengan santai.

"Memangnya kau pikir aku akan apa selain membeli buku?"

Astaga, kengapa dia galak sekali?

"Entahlah. Oh iya, aku ingin bertanya padamu, Jimin. Apa kau yang menelepon Yoong- ehm, maksudku boss Yoongi masalah di restoran waktu itu?"

"Ya, memangnya kenapa? Aku tidak puas dengan pelayanannya."

"Begitukan, Jimin? Memangnya kamu siapanya boss Yoongi?"

"Dia teman ayahku. Mengapa kamu bertanya?"

Pantas saja dia bisa menelepon boss Yoongi sesuka hatinya!

"Tapi bukannya aku sudah meminta maaf padamu? Haruskah aku memohon-mohon padamu, begitu? Gara-gara kamu aku dihukum sama boss Yoongi!"

"Oh ya?"

Aku mengangguk. Ekspresi Jimin sungguh datar sekali. Bahkan tidak ada kasihan sedikitpun padaku.

"Kalau begitu, kau pantas mendapatkannya."

"Hei, kenapa begitu?"

"Ya karena memang begitu."

Hhh.. Aku menghembuskan nafasku dengan kasar. Kalau saja Jimin tidak ada hubungan apapun dengan Yoongi, aku sudah pasti akan memukulnya dengan sepatu sekarang.

Aku meninggalkan Jimin yang masih memegang buku. Aku menyesal telah berbicara dengannya. Menyebalkan. Untuk kedua kalinya aku dibuat kesal olehnya.

Karena sudah sore, aku memutuskan untuk pulang saja ke rumah.

Langit sudah tidak secerah tadi pagi. Udara juga semakin dingin. Aku merasa lelah. Padahal aku tidak berkerja hari ini. Bertemu Jungkook dan Jimin hari ini berhasil menguras tenagaku dan menguji kesabaranku. Mataku perlahan menutup, aku tertidur di sofa.

TBC

Lie ; j.j.kTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang