2

98 9 10
                                    

Disaat semua orang didalam rumahnya sedang terlelap, lelaki yang berumur 18 tahun itu malah terlihat berjalan menuju dapur dengan langkah yang gontai serta mata yang setengah tertutup, tangan kanannya berusaha membuka lemari kaca. Rupanya ia hendak mengambil gelas, digenggamnya gelas itu ditangan kanannya lalu berjalan ke arah dispenser untuk mengisi gelasnya yang kosong.

Setelah meneguk habis air digelasnya, ia lalu menarik kursi di meja makan dan duduk terdiam disana. Ada satu hal yang selalu mengganggu pikirannya.

Ia menghela nafas panjang. Lalu menoleh ke arah jam dinding yang terpampang disebelah kanan.

it's 3 a.m and I'm here like an idiot, batinnya.

Dirinya teringat mimpi buruk yang barusan berhasil membangunkannya dari tidur yang indah. Karena tidak tahu akan berbuat apa di jam sepagi ini, ia lalu mengambil ponsel disaku kanan celananya dan membuka group chat via line kemudian mengetikkan sesuatu disana.

Dani Putra: gw ga bsa tdr

Satu detik

Sepuluh detik

Tiga puluh detik

Empat puluh detik

Satu menit ,

Tidak ada yang membaca pesan miliknya.

Ck. Dani berdecak lalu ia memutuskan untuk berjalan menaiki tangga ke lantai atas kamarnya.

Sesampainya di kamar ia langsung merebahkan tubuhnya dan mengeluarkan benda yang baru saja bergetar didalam sakunya.

Acoy geboy: lah terus?

Dani Putra: gw mimpi buruk

Acoy geboy: oh mimpi bsah?

Dani Putra: itumah mimpi indah

Acoy geboy: y jg y

Acoy geboy: jd knpa?

Dani Putra: keinget msa lalu

Acoy geboy: hm. ank muda jmn skrg

Dani Putra: gw menye bgt y

Acoy geboy: banget. smpe kbawa mimpi hahaha

Dani tidak membalas lagi pesan Acoy, ia kemudian meletakkan ponselnya diatas meja samping tempat tidurnya.

Dani lantas memejamkan matanya. Ia hanya memikirkan satu nama, satu wanita, satu-satunya orang yang selama ini terus menghantui pikirannya. Ia tidak habis pikir orang yang selama ini dia pikir menyayanginya tiba-tiba pergi meninggalkannya tanpa kabar, tanpa jejak sama sekali. Bahkan, Dani sama sekali tidak tahu wanita itu sekarang masih hidup atau tidak. Karena sibuk berkecamuk dengan pikirannya, Dani tidak sadar bahwa sekarang dia sudah terlelap, lagi.

***

Beberapa jam yang lalu Ibu Nia, Mama Dani mati-matian berusaha membangunkan Dani yang hanya menggeliat diatas tempat tidur, sama sekali tidak berniat untuk bangun apalagi pergi sekolah. Setelah mengancam akan menyita sepeda motor dan mobil milik Dani, akhirnya Dani berniat bangun dan mensucikan diri.

"Ma, Pa. Dani berangkat" izin Dani kepada kedua orang tuanya sesaat setelah menghabiskan sarapannya.

Sambil mengangguk, Pak Arta menjawab "Iya".

"Hati-hati, sayang. Sekolah yang benar, jangan bolos" teriak Ibu Nia saat Dani melenggang pergi.

"Kok, Mama tau kalo Dani mau bolos?" Dani menghentikkan langkahnya dan menoleh ke arah Mamanya.

"Dani!!" pekik Ibu Nia "Kamu mau Mama sita mo-" belum sempat menyelesaikan ancamannya, Dani sudah menyahut duluan sambil terkekeh kecil.

"Iya iya gak bakal, Ma. Udah ah, Dani jalan dulu"

Ibu Nia membuang nafas pelan lalu melambai ke arah anak tunggalnya itu. Sementara Pak Arta hanya tersenyum kecil sambil menyeruput teh yang dibuat oleh istrinya.

***

Setelah memakirkan motornya, Dani buru-buru berjalan menuju kelasnya yang berada di lantai dua. Masalahnya, yang mengajar jam pelajaran pertama adalah Bu Tia. Dani memang pemalas tapi dia tidak ingin absennya bolong, salahkan Mamanya yang mengancam akan menyita motor dan mobilnya sehingga Dani mendadak menjadi rajin begini.

Benar saja, saat tiba didepan kelas ia bersitatap dengan Bu Tia yang sudah berada didalam kelas. Rasanya saat ini jantung Dani berdetak lebih cepat, apakah ini yang namanya cinta?

"Dani Putra!" panggil Bu Tia,

"Iya, Bu" jawab Dani sambil tersenyum. Sesaat dia mengarahkan pandangannya kedalam kelas dan melihat ketiga temannya yang sedang menertawakannya, Dani melotot tajam ke arah mereka.

"Masuk! Untuk apa kamu berdiri disitu?" perintah Bu Tia.

Untukmu seorang, Bu.

Tentu saja itu hanya suara hati Dani.

Dani kemudian masuk kedalam kelas dan baru menyadari bahwa ada seorang gadis berambut lurus panjang berwarna kecokelatan yang berseragam sama dengannya berdiri disamping Bu Tia. Mungkin dia terlambat juga? pikirnya.

Karena tidak tahu harus langsung duduk saja atau berdiri didepan. Dani akhirnya memilih tetap berdiri saja.

"Kamu kenapa masih berdiri disini? Duduk sana" perintah Bu Tia, lagi.

Salah lagi dah, gue.

Dani lantas melenggang pergi menuju tempat duduknya di pojok belakang kemudian menaruh tasnya diatas mejanya. Acoy, Handi dan Alif sedari tadi sudah cekikikan melihat Dani yang serba salah dihadapan Bu Tia.

Tepat setelah Dani duduk, Bu Tia mulai bersuara lagi.

"Anak-anak perkenalkan... ini Kaliza Putrinia, pindahan dari Bandung".

"Ooh murid pindahan.. kirain dia telat" gumam Dani pelan hampir tidak terdengar.

Seisi kelas menaruh perhatian ke arah murid baru tersebut, gadis itu kemudian tersenyum sekedar menyapa.

Setelah itu Bu Tia menyuruhnya duduk, gadis itu berjalan ke arah satu-satunya tempat duduk yang kosong.

Dani menatap gadis itu sampai ia duduk dibangkunya, ia duduk disebelah Friska, tepat di seberang Dani. Dani masih memperhatikannya saat gadis itu menoleh ke arah Dani. Kemudian, gadis itu tersenyum.

Senyuman yang manis, batin Dani.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Nov 23, 2017 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

DANKALIZAWhere stories live. Discover now