1

30.7K 1.6K 163
                                    

"Gue suka elo, Tha."

Dengan tangan yang masih gemetar Dean mengucapkan kalimat itu.

Ardhyastha yang mendengar kalimat itu hanya bergeming sambil mengerjapkan matanya. Astha tahu, benar-benar tahu kalau Radean Wijaya adalah cowok straight alias lurus yang tidak mungkin dan tidak akan pernah mungkin bisa menyukai seorang laki-laki.

"Oh," hanya itu yang keluar dari mulut Astha.

"Oh?" Dean terheran dengan jawaban Astha. "Cuma itu yang bisa kamu jawab?"

Astha masih bergeming, ia melipat kedua tangannya di depan dada, menatap Dean dengan tatapan yang jauh dari kata ramah.

"Apa ini april mop?  Atau sekarang cara membully itu sudah berubah mendai prank yang berujung memalukan? Gak usah becanda, De. Nggak lucu."
Ucap Astha sambil berlalu.

"Tunggu Tha!" Dean menahan Astha, "gue gak lagi bercanda ataupun  ngebully elo."

Sudah bukan rahasia kalau teman satu kelasnya sudah tahu kalau Astha adalah seorang gay. Karena dia sudah mengaku saat dirinya mendapat ajakan kencan dari teman wanita di kelasnya.

"Elo itu lurus De, selurus penggaris." Ucap Astha enteng.

"Tapi gue beneran suka sama elo, Tha." Jelas Dean dengan nada memohon.

Astha melepaskan pegangan Dean di pergelangan tangannya. Dia melangkah mendekati Dean kemudian menatap wajah Dean.

"Lo jijik kan ama gue, De? Cara lo, sumpah! kampungan banget." Ucap Astha sambil mengusap wajahnya dengan kedua telapak tangan.

Astha melangkah lebih dekat dan mengacungkan telunjuknya ke arah wajah Dean, "dan elo harus tahu, walaupun gue gay gue gak segampang itu buat percaya  kebullshit-an dari mulut seseorang kaya elo gini." Ucap Astha mantap.

"Apa elo perlu bukti Tha?" Ucap dean.

"Gak usah dan gak perlu, minggat lo sana." 

Astha berlalu meninggalkan Dean yang masih terdiam di taman belakang sekolah. Matanya masih menatap punggung Astha yang berjalan menjauhinya.
Radean tahu ini hal gila, tapi nyatanya dia memang jatuh dalam pesona seorang gay yang bernama Astha.
Bukan karena Dean jelek, atau Dean tidak populer. Dean tidak kalah populernya dengan Astha, ya Astha memang terkenal akan kecerdasan otaknya. Jadi, meskipun dia seorang gay tidak ada yang berani meremehkannya.
Dean rela menolak semua teman cewek yang mendekatinya, hanya karena seorang Astha.

Dan kini setelah berbulan-bulan Dean meyakinkan hatinya apa benar, dia benar-benar menyukai Astha dan mengungkapkannya di depan Astha yang didapat hanya sebuah penolakan dari Astha.
Dean kira menyatakan cinta pada seorang lelaki tidak akan serumit ini.
Dan yang lebih parahnya lagi Dean kira Astha akan langsung menerima pernyataan cintanya, nyatanya Dean ditolak mentah-mentah oleh Astha.
Rupanya Dean harus meyakinkan Astha agar dia percaya kalau Dean memang benar-benar menyukainya.

****

Sementara itu di dalam kelas, Astha sudah bisa mengatur detak jantungnya untuk kembali berdetak normal. Jujur, tadi hampir saja dia pingsan mendengar pernyataan Dean yang bilang kalau dia menyukai Astha.

"Gila, gila, gila sialan,!!" Ucap Astha sambil mengacak rambutnya.

Astha harap dia tidak akan jatuh dalam hal bodoh seperti ini. Astha tidak ingin sakit hati lagi hanya karena menjalin hubungan lagi dengan seseoramg sudah cukup dia disakiti berulang-ulang. Dan Astha tahu jika saat ini Dean hanya membodohinya.

Astha duduk, memandang kearah depan, tepat saat itu Dean masuk. Tatapan mereka bertemu. Dean memberikan seulas senyum pada  Astha, tapi Astha membuang muka dan tak membalas senyuman Dean.

"Vin lo pindah tempat gue, gue mau duduk sama Astha." Dean menyuruh teman sebangku Astha untuk bertukar tempat duduk.

Astha menatap heran kearah Dean yang melakukan hal seenak jidatnya saja. Astha menahan lengan temannya, namun tampaknya teman sebangku Astha lebih takut dengan senyuman iblis yang Dean berikan padanya.

Dan di mulailah hari itu, Dean duduk dengan Astha.

Apa yang sebenarnya Dean mau, batin Astha. Rasanya Astha tidak pernah mengganggu hidup Dean, selain itu sejak satu kelas bersama pun Astha tidak pernah menegur Dean sama sekali. Intinya tidak ada interaksi diaantara mereka dan sekarang dengan tiba-tiba Dean menyatakan perasaannya. Monyet dari belahan planet mana pun gak bakal percaya kali.

Dean duduk di samping Astha sambil menatap wajah Astha,
"Gue bakal buktiin ke lo Tha, kalo gue beneran pengen jadiin elo milik gue."

"Bacot, lo" Astha mulai gerah dengan tingkah Dean.

Sepanjang jam pelajaran, Astha menyimak guru yang menjelaskan pelajaran di depan.

"Papan tulisnya di depan njing, gak usah lihatin muka gue mulu." Tiba-tiba ucap Astha pada Dean.

Dean hanya tersenyum dan mengalihkan pandangannya ke papan tulis, tapi sedetik kemudian dia sudah menatap wajah Astha dan begitu seterusnya sampai bel istirahat berbunyi.

Astha langsung menutup buku pelajarannya dan memasukannya kedalam tas miliknya.
Dean dengan entengnya menggandeng tangan Astha untuk keluar kelas menuju kantin.

"Lepasin anjing,! Lo gak malu apa di lihatin temen-temen lo gandeng-gandeng gay" bentak Astha, Dean hanya mengerjapkan mata dan menggerakkan telunjuknya ke kiri dan ke kanan.

"Mulai sekarang, gue jagain elo dan gue bakal buktiin kalo gue beneran suka sama elo dan mau jadi pacar elo." Jawab Dean dengan mantapnya.

Astha benar-benar emosi, kenapa gampang banget sih buat Dean ngomong kayak gitu, itu sama aja kalo Dean lagi ngerendahin diri Astha.

"Bacot, anjing" jawab Astha sambil menghentakkan tangan Dean yang sedari tadi menggenggam tangannya.

Dean kaget, melihat Astha yang sedikit marah, apa perkataannya menyinggung hati Astha? Pikirnya.

Tidak, tidak. Dean meyakinkan dirinya untuk bersabar. Dia yakin Astha bakalan jatuh kepelukkannya.
Hanya perlu bersabar dan berusaha dan semua akan cie cie pada akhirnya. Batin Dean dalam hatinya. Sebuah senyum terulas di bibir Dean.

Astha sudah melenggang pergi menuju kantin, dia benar-benar kesal dengan tingkah Dean yang gila.

Tbc.....
Gaje ya?? Semoga suka ... comment please.

I won't Give Up(let me love You)Where stories live. Discover now