"Lepaskan dia!" teriak Adrian.

Avelyn bisa mendengar Adrian menerjang pria itu.

Namun pria itu melayangkan tinjunya ke arah Adrian dan membuat Adrian tersungkur ke meja bar. Beberapa tamu yang berada di sana berlalu lalang dan berkumpul untuk melihat kejadian itu, sedangkan Avelyn masih berusaha memberontak ketika pria itu dengan kasar menarik rambutnya dan memaksa kepalanya agar mendongak.

Lidah pria itu memaksa menyusup masuk ke dalam rongga mulutnya dan tangannya menahan rahang Avelyn untuk menerima ciuman itu. Ciuman itu terasa menjijikan baginya, rasa alcohol menyeruak ke dalam mulutnya dan seluruh tubuhnya bergidik karena ciuman itu.

Sialan. Avelyn, tendang pria itu. Aku akan-

Sebelum ia melakukan hal yang ingin dilakukannya itu, mendadak ciuman menjijikan itu beserta dengan tarikan pria itu pada rambutnya menghilang dan tubuhnya terhuyung ke samping. Avelyn berpikir bahwa lebih baik pingsan dan muntah dibandingkan mendapatkan perlakuan kasar dari pria yang tidak dikenalnya.

Bahkan, Bryan tidak pernah menyentuh tubuhnya dengan kasar. Kenyataan itu membuat Avelyn merasa jijik dan tubuhnya mendadak limbung, entah karena pengaruh empat gelas martini atau karena ciuman kasar yang baru saja terjadi

Ketika ia merasa akan jatuh, mendadak Avelyn merasakan tubuhnya didekap oleh seseorang.

Siapa?

Dengan sedikit paksaan Avelyn mengangkat wajahnya untuk melihat pria yang tengah mendekapnya dengan tangan kekarnya. Pria itu terlihat lebih tua daripada dirinya dan ia bisa melihat pria itu memiliki rahang kokoh dengan rambut halus disekitarnya. Avelyn bahkan bisa melihat mata yang memiliki warna senada dengan dalamnya lautan.

Mendadak hatinya memberikan signal bahaya padanya namun anehnya seluruh tubuhnya merasa rileks seakan-akan ini adalah kali pertamanya Avelyn merasakan ketenangan seperti ini.

Rasanya sama seperti saat ia tertidur di lapangan penuh ilalang, sangat tenang, aman dan menyenangkan.

Lalu perlahan-lahan matanya tertutup dan Avelyn membiarkan tubuhnya masuk ke dalam kegelapan yang menenangkan itu.

*

Warren memasuki Output Club bersama dengan pasangan one night stand-nya, Bella. Ia menginginkan percintaan yang panas, hebat dan mampu meredakan ketegangannya dan dari semua gadis yang pernah menjadi teman kencan one night stand-nya, Bella adalah pilihan yang paling tepat.

Hal yang tidak pernah dipikirkannya atau dibayangkannya adalah bertemu dengan gadis yang memiliki wajah yang hampir mirip dengan mantan tunangannya.

Hal kedua yang tidak pernah dibayangkan Warren adalah gadis itu mendapatkan perlakuan kasar, dari pria yang tidak dikenalnya dan Warren tidak ingin terlibat

Itu sama sekali bukan kewajibannya.

Namun persetan dengan segala logika, tubuhnya bergerak sendiri dan mendekati gadis itu yang tengah berteriak karena pria bertubuh tinggi dengan wajah memerah sedang menarik kasar rambut gadis itu lalu menyusupkan lidahnya dengan cara yang paling menjijikan yang pernah dilihat Warren dan ia tidak menyukai pemandangan yang dilihatnya.

"Tunggu disini, Bella" ucap Warren singkat dan mulai beranjak untuk mendekati kerumunan itu.

Bella menarik tangannya dan mendekatkan lengannya di tengah payudaranya,"Bukankah kita mau bersenang-senang, Warren? Kenapa kau malah ingin melihat kerumunan itu?"

"Bella, aku hanya akan membantu memisahkan mereka berdua dan kembali kesini" Warren mulai tidak tertarik menjelaskan apa yang ingin dia lakukan.

"Kau tidak memiliki kewajiban untuk menolong gadis itu"

Ia mulai menatap Bella dengan sikap tidak sabar, "Bella, bisakah kau membiarkanku meninggalkanmu sebentar? Atau kau mau meninggalkanku dan mendapatkan kepuasan di tempat lain? Kau bebas memilih dan aku tidak akan perduli. Okay?"

Kemudian Warren menarik tangannya dari Bella dan mulai berjalan kearah kerumuman itu. Ia bahkan mengabaikan protes marah dari gadis itu, karena ia tidak benar-benar perduli. Gadis itu bebas mendapatkan kepuasan di manapun dan ia tidak akan menaikkan satupun alisnya.

Ketika mendekati kerumunan itu, Warren menatap Adrian yang tersungkur di meja bar dan kembali menerjang pria besar itu dengan marah. "Lepaskan Avelyn, brengsek!"

Adrian Storm yang dikenal Warren bukanlah pria yang cocok untuk mengucapkan caci maki seperti yang baru saja didengarnya dan itu cukup membuatnya shock, Warren cukup lama mengenal Adrian untuk tahu bagaimana perangai pria itu.

Saat pria besar itu hampir saja melayangkan pukulannya ke wajah mulus Adrian, dengan cepat Warren menahan kepalan tangan itu dengan tangannya sendiri.

Bagi Adrian mungkin pukulan itu terasa sangat menyakitkan namun bagi Warren itu sama sekali tidak berarti apapun. "Lepaskan gadis itu, dude"

"Jangan ikut campur! Itu sama sekali tidak ada urusannya denganmu!" pria itu berteriak dan mulai melancarkan pukulan ke arahnya.

Warren bisa melihat gadis di dalam dekapan pria besar itu mulai meronta dan merintih kesakitan. Beberapa helai rambut coklat lembut gadis itu mulai terjatuh begitu saja. "Gadis ini bersikap sombong dengan menolakku" setelah mengucapkan itu, pria itu meremas payudara gadis itu dengan keras sehingga membuat gadis itu merintih.

Brengsek!

"Lepaskan Avelyn!" teriak Adrian dan mulai menyerang pria itu.

Jangan ikut campur, Warren. Itu sama sekali bukan urusanmu, jangan- Sialnya, tubuhnya malah bergerak ke arah rahang pria besar itu dengan keras.

Seketika tangan pria itu terlepas dan tubuh gadis itu limbung. Dengan sigap Warren menangkap gadis itu dan membiarkan tubuh lembut itu terjatuh didalam dekapannya.

Untuk menit pertama, nafasnya terasa membeku. Ia tidak mampu menggerakkan satu inchi pun dari tempatnya berdiri bahkan yang bisa dilakukannya adalah mendekap gadis itu dengan sebelah tangannya.

Tubuh gadis itu terasa lembut dan berlekuk ditempat yang pas. Dan, yang anehnya aroma yang menguak dari seluruh tubuh gadis itu membuat seluruh ototnya tenang, sesuatu yang tidak pernah dirasakan sebelumnya.

Mata Warren terpaku pada gadis berambut coklat yang kini berada didekapannya. Kedua alis gadis itu mengerut untuk sesaat dan kembali normal setelahnya kemudian Warren mendengar geraman kasar dari depannya, ia mengangkat wajahnya dan menampakkan raut wajah dingin kepada pria besar itu.

"Lepaskan gadis itu, Bung. Aku bisa membunuhmu karena mengambil milikku" Geram pria itu.

Warren menatap pria itu sekilas,"Milik? Aku bisa melaporkanmu atas tindakan kekerasan, dude" kemudian ia menarik kerah pria itu dengan satu tangan dan berbisik pelan,

"Aku bisa membuat mayatmu mengambang di sungai Brooklyn tanpa diketahui siapapun. Jangan memaksaku untuk melakukan hal yang tidak ingin aku lakukan, Bung"

Lalu Warren melepaskan genggamannya pada kerah pria itu. Matanya teralihkan kearah Adrian yang berusaha bangkit.

"Warren? What are you doing at here, Man?"

"Aku ingin bersenang-senang sampai kejadian barusan menghilangkan hasratku, Dri" jawab Warren dan menyelipkan lengannya pada tubuh belakang gadis itu dan mengangkatnya. "Kau mengenalnya?"

Tentu saja Adrian mengetahui apa yang sedang dibicarakan oleh Warren, pertanyaan itu adalah mengenai Avelyn yang tengah tertidur dipelukan temannya itu. Adrian mengangguk cepat. "Dia adalah pasangan Bryan"

Pernyataan itu cukup membuat Warren terdiam dan matanya menatap kearah gadis yang tengah tertidur pulas dipelukannya.

"Kalau begitu aku akan membawanya. Kau bisa menyuruh Bryan untuk menjemputnya ditempatku" ucapnya sambil membawa gadis itu didalam pelukannya, menjauh dari kerumunan yang mulai ribut karena perkelahian barusan.

TBC | 24 September 2016

Soprano Love [COMPLETED] SUDAH TERBIT.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang