Pintu Surga Yang Tak Pernah Dirindukan

298K 10.6K 1.7K
                                    

"Aku mendengar Rasulullah saw bersabda diatas mimbar: "Bani Hisyam bin Mugiroh meminta ijin padaku agar Ali menikahi salah satu putri mereka, aku tidak mengijinkan... Aku tidak mengijinkan... Aku tidak mengijinkan, kecuali Ali memceraikan putriku dan menikahi anak mereka, Dia Fatimah adalah bagian dari diriku, aku terganggu jika ada yang mengganggunya, aku tersakiti jika ada yang menyakiti Fatimah."

Fatimah Az-Zahra adalah sebaik-sebaik wanita mu'minah dan menjadi Sayidah wanita-wanita mu'minah di surga.

~ • ~

Zahra menatap Ali dengan pandangan sendu. Jawaban yang beberapa detik lalu terucap dari bibir Ali begitu menyakiti hatinya.

Tidak tahu, bukanlah jawaban yang Zahra harapkan. Sebenarnya sejauh manakah hubungan Ali dan Ayana dibelakangnya?

Zahra melangkah pelan menjauh dari Ali, ia sama sekali tak menghentikan langkahnya meskipun Ali terus memanggil namanya.

Hatinya kembali hancur dan ia tidak yakin akan dapat kembali menata hatinya yang kini telah benar-benar hancur.

Zahra tidak lagi dapat menahan tangisnya saat melihat Mamanya yang sedang memeluk tubuh Ayana yang bergetar hebat. Ia pun membutuhkan pelukan mamanya saat ini, dia benar-benar telah hancur.

Tubuh Zahra diam terpaku saat ada sepasang tangan yang memeluk bahunya dari belakang.

"Aku mohon tetaplah berada disampingku Ra."

Ingin rasanya Zahra mengeluarkan caci maki pada Ali. Bagaimana ia dapat tetap berdiri disamping Ali? Disaat kenyataan menyakitkan ini membelenggu hatinya?

Zahra mencengkram erat lengan Ali yang masih setia memeluknya "Aku tidak bisa berada disampingmu Mas karena kini posisi itu bukanlah milikku." Zahra melepaskan tangan Ali dari bahunya, ia membalikkan badannya hingga kini ia dapat menatap wajah Ali yang terlihat gusar "Bila memang itu darah dagingmu, jagalah dia Mas jangan sampai kau kembali kehilangan darah dagingmu, calon penerusmu di masa depan." Zahra berucap begitu pelan.

"Aku tidak tahu Ra. Aku mohon tetaplah berada disampingku!" mohon Ali. Wajahnya yang memang sudah pucat terlihat semakin pucat.

Zahra memejamkan matanya, mencoba meredam emosi yang kini bergejolak dihatinya.

"Andai saja kau berucap yakin kalau janin yang kini mbak Aya kandung bukanlah darah dagingmu, tanpa kau minta aku akan tetap berdiri disampingmu, menopangmu, mempercayaimu dengan sepenuh jiwaku, namun kini apa yang harus kulakukan saat kau pun ragu pada dirimu sendiri Mas?" suara Zahra sudah mulai bergetar.

Ali meraih telapak tangan Zahra menggenggamnya dengan erat "Aku mohon tetaplah berdiri disampingku menopangku, mempercayaiku dan mencintaiku Ra." Ya, Ali yakin kalau Zahra masih mencintainya. Dia bingung sungguh benar-benar bingung akan apa yang terjadi saat ini.

Zahra menggelengkan kepalanya menandakan kalau ia tidak bisa, biarlah ia dicap sebagai istri yang tidak baik, istri yang malah pergi disaat suaminya membutuhkan dukungannya, ia sungguh tidak peduli.

Namun sebenci apapun ia pada Ali, disaat tubuh Ali mulai limbung tak mampu mempertahankan kesadarannya rasa panik langsung menyergap Zahra. Tubuh Ali luruh di dalam pelukannya.

Lagi-lagi Zahra tidak dapat menahan tangisnya saat dokter mengatakan kalau keadaan Ali kembali drop, kadar trombosit dan hbnya menurun hingga kini Ali harus kembali masuk ruang HCU.

Cinta Dalam Diam | ENDWhere stories live. Discover now