Saat asik berbincang dengan temannya, tiba-tiba saja ponsel Dave berdering pertanda panggilan masuk. Dave memberi kode agar ia bisa keluar.

" Siapa? Jennie? Bhakkk."

" Moga berhasil dah, mangat!"

ㅡ skip ㅡ

Dave berjalan menuju perpustakaan yang letaknya lumayan jauh dari kelas 11 namun dekat pintu gerbang belakang. Tak jauh dari sana ada seorang gadis yang berdiri sambil mengetuk-ngetukkan kakinya di lantai.

Dave berjalan dan menutup mata Jennie dari belakang sambil bertanya siapakah dia. Bocah memang, tapi kalo cinta kelakukan bisa apa?! (?)
Dave melepaskan tangannya dan merangkul Jennie. Gadis itu terlihat lesu seolah tak ada semangat hidup.

Dave dan Jennie berjalan pelan menuju gerbang belakang yang tidak dijaga satpam setelah istirahat pertama. Mengapa demikian? Karena pak satpam juga butuh asupan nutrisi bukan asupan kasih sayang aja.

Jennie memanjat gerbang yang tidak terlalu tinggi itu. Dave membalikkan badannya untuk menjaga daerah sekitar jika saja pak satpam balik.

" Jen senyum dong cemberut mulu kesel pangeran," Dave mencubit pipi Jennie.

" Males." ketus Jennie.

" Napa sih lu Jen yaela,"

" Sakit hati gobs."

" Kenapa?"

" Ntar aja, fokus tuh ke jalan kalo gua mati gimana? Belom aja kawin udah mati."

" Najis ngebet amat."

Hening. Hanya keheningan berada didalam mobil itu sampai akhirnya mereka berada di depan pintu gerbang yang kokoh. Mereka sudah tiba di rumah Jennie. Jennie keluar mobil dan segera masuk ke rumahnya disusul oleh Dave. Jennie masuk menuju kamarnya sedangkan Dave duduk dilantai ruang tengah sambil menunggu Jennie.

Alasan Jennie tadi pagi bisa berada di kamar Dave adalah tadi pagi ibu dan ayah Jennie berangkat ke Australia untuk mengurus bisnis mereka disana dan akhirnya kedua orang tua Jennie mengantar Jennie ke rumah Dave untuk ke sekolah bersama.

Dave tinggal bersama Ibu dan kakak perempuannya. Ayah dan ibu Dave bercerai sejak ia berusia 14 tahun. Kakak Dave yang kini berusia 21 tahun bekerja menjadi seorang designer.

15 menit berlalu, Jennie muncul sambil membawa dua bungkus es krim. Jennie menghempaskan tubuhnya ke atas sofa. Dave yang berada di lantai hanya bisa terdiam sambil mengambil es krim miliknya.

" Dave, besok minggu." Jennie turun dari sofa dan duduk disamping Dave.

" Terus?" Dave hanya melirik sambil bermain game harvest moon di smartphone miliknya.

" Bokap sama nyokap lagi keluar negri, gua sendirian dong,"

" Cantik-cantik kok ngenes si mba."

" Yang penting cantik. Besok ke taman lah ayooo."

" Mager."

" Yaudah deh gak usah."

Jennie mengerutkan dahinya dan mengerucutkan bibirnya. Dave tersenyum tipis dan meletakkan hpnya. Ia mencubit pipi Jennie dan tertawa gemas. Seandainya saja mereka lebih dari sekedar sahabat.

" Ih lepas, sakit bego!" Jennie menyentil tangan Dave yang berada di pipinya.

" Becanda, besok ya jam berapa? Ntar gua jemput." Dave melepaskan cubitannya.

Best Friend ZoneWhere stories live. Discover now