2. Azka Brian Hermawan

364 15 3
                                    

Azka.

Rutinitas sekolah menurut gue itu, dateng,
nyontek kalo ada pe-er,
cerita bokep,
cabut pelajaran,
makan,
main,
modusin cewek,
pulang.

Setidaknya itu buat gue seneng, hidup nggak selalu harus serius, kadang harus ada main-mainnya. Tapi banyak main juga nggak bagus.

Oke, omongan gue ini menjerus nge-hina diri sendiri.

Pulang sekolah, seperti biasanya, gue dan temen-temen yang lain, juga pada biasa ngumpul di warung yang nggak jauh dari sekolah. Kira-kira 100 langkah kalo gue itung lah.

"Lek pulang abis ini tempat mami ya?" Ujar Adit, baru saja masuk entah dari mana.

Raditya Sembiring, temen gue asli dari Medan. nakalnya juga 11:12 lah sama gue. Dia masih menggunakan logat bataknya yang menurut gue sedikit kasar.

Bukan kasar sih, keras.

Karna cara bicaranya itu. Pernah gue suruh coba bicara lo-gue malah gagok gitu dia. Gue juga nggak bayang, gimana cara Adit ngomong pake lo-gue tapi kasar. Tapi kadang dia juga suka pake lo-gue sih kalau kumat gilanya.

Kata Adit, sementara ini ia menggunakan bahasa daerahnya dulu, toh baru tiga tahun juga dia tinggal di Jakarta. Masih harus beradaptasi lah katanya.

Mami, merupakan tempat kumpulan gue dan temen-temen bejat gue lainnya, yang masih satu spesies sama gue. Cuma nggak family boy seperti gue.

Yaa intinya itu, gue sayang banget sama nyokap, nggak boleh ada yang ganggu nyokap. Masih Kalo ada yang berani, gue siap mati demi nyokap! Atau ada yang buat nyokap sedih, gue paling depan untuk buat doi senyum.

"Gue ada urusan njing, mau jumpa cabe-cabean."

"Ahh, nggak asik kau boy. Cabe aja pikiran kau itu monyet."

"Sialan, kayak lo nggak aja." Dia cuma menyeringai ngejek.

Gue diam, ambil handphone dari celana sekolah gue, mengabari untuk tidak jadi ketemuan sama cabe-cabean gue.

"Ahh yodahlah yodah aku, Gilang, Randa aja tempat mami." Katanya senewen. Ya, emang itulah Adit, mudah emosian. Mungkin darah bataknya, tapi dia setia kawan man.

Adit diam, sambil ngutak-atik ponselnya. Padahal guru lagi nerangin. Emang nggak ada otaknya dia itu. Dia ngasih tunjuk ke gue kalo dia ada tontonan baru, you know what i mean okeh? artis korea bro. Jepang kalah hotnya. Gilaa!! Adit memang pengepul video hina itu.

Disitu, kami berempat, gue, Adit, Randa, Gilang, ngambil posisi duduk di belakang.

Saat itu pelajaran Matematikan. Pak Dohlan. Untungnya dia guru nggak perdulian sama kami berempat. Alhamdulillah!! Kami berempat udah paling terkenal dikelas ini.

Sempat dapat predikat 'biang onar kelas'.

Salah satu guru pernah nyeletuk saat kami pernah diem seharian karena dapet azab dari kepala sekolah.

Saat itu guru-guru yang masuk pada heran, kenapa kami pada diem. Nggak usil, nggak bikin ribut kelas.

Gue kadang heran, disaat gue dan teman-teman gue ribut, guru-guru pada marah. Dan disaat gue dan teman-teman gue diem, guru-guru juga pada heran.

Heran gue.

Maunya apasih? Serba salah banget gue kayaknya di sekolah ini.

"Anjir, gila aja lo Dit,"

"Ah, udalah diam aja kau! Nikmati aja."

"Taiii,"

"Astagfirullah. Gue udah tobat teman." Celetuk Randa, dengan nada berbisik sambil mengelus dada. Sontak gue kekeh. Pandangan satu kelas teralih ke gue, pak Dohlan juga, gue jadi salah tingkah, terus gue bilang, kalau gue keceplosan.

So Far AwayWhere stories live. Discover now