Bab 2. Weird

Mulai dari awal
                                    

Aluna mengangguk dan berbalik. Dia melangkah menuju halaman toko buku dan menjangkau trotoar. Sejenak Aluna berhenti sebelum berjalan ke arah halte busway yang ada tepat di depan toko buku. Dia segera berada dalam antrian untuk masuk ke shelter.

 Dia segera berada dalam antrian untuk masuk ke shelter

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Boleh aku antar?"

"Eh? Aku naik busway." Aluna menunjuk ke arah dalam selter.

"Kalau begitu aku juga naik busway."

Bara mengeluarkan sebuah kartu dan memindai harga karcis untuk 2 orang.

Aluna tertegun saat Bara dengan sigap meraih barang belanjaannya dan menggenggam tangannya. Bara menarik tangan Aluna lembut untuk masuk ke shelter.

"Eh?" Aluna menatap tangannya yang digenggam erat oleh Bara. Mereka akhirnya berdiri bersisian dalam antrian bersama beberapa orang lain. Aluna menghela napas dan membenarkan letak tas selempangnya. Dia menggigit bibir dan merutuk karena digandeng seperti itu terlihat murahan karena mereka baru saling mengenal. Tapi, Aluna bahkan merasa enggan melepaskan tangannya. Dia bahkan berdesir ketika sambil merunduk ke arahnya, Bara mengeratkan genggaman tangannya.

Bara mendorong Aluna untuk masuk perlahan ketika akhirnya busway datang. Bara tersenyum ketika Aluna duduk dan dia terpaksa berdiri. Dia tidak melepaskan barang belanjaan Aluna sementara satu tangannya memegang ring busway. Aluna menghembuskan napasnya pelan. Dia tersenyum tak enak hati ketika Bara lekat menatapnya. Aluna menyadari satu hal, Bara sepertinya tidak mudah menyerah.

Busway terus melaju. Berhenti di halte dan menambah muatan. Penuh sesak Jakarta tercermin oleh suasana di dalam busway itu tapi sepertinya Bara tidak merasa terganggu atau kesal.

"Kau baik-baik saja, Luna?"

"Huum?" Aluna mengangguk dan tersenyum tipis. Bukankah seharusnya dia yang bertanya hal itu pada Bara?

Enam kali pemberhentian. Akhirnya mereka sampai di daerah Kelapa Gading. Aluna turun di selter dan berjalan keluar. Dia berdiri di pedestarian dan menatap Bara yang berdiri di depannya.

"Aku tinggal di belakang ruko ini. Terima kasih sudah mengantar."

Aluna meraih barang belanjaannya namun Bara menggeleng.

"Aku harus melihatmu masuk rumah."

"Eh?"

"Ayo."

Bara menarik tangan Aluna dan mengajaknya berjalan di trotoar. Lagi-lagi Aluna menatap tangannya yang digenggam oleh Bara.

"Kau lapar?"

Aluna reflek mengangguk dan segera menyesalinya.

"Aku akan memesan sesuatu nanti kalau sudah sampai rumahmu."

"Itu...rumah kost. Aku tinggal dengan enam orang lain."

"Oh...baiklah. Kita pesan makanan untuk mereka juga."

ALUNA UNTUK BARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang