19. Hopeless

10.4K 1K 161
                                    


BETH

Bukan kesadaran seperti itu yang aku inginkan. Bukan tentang dirinya yang tidak pantas mendapatkan orang yang dia sayangi tetap di sisinya. Bukan tentang mendorongku pergi, karena takut kehidupan akan menjauhkanku darinya dengan cara yang kejam seperti kehidupan mengambil keluarga dan bibiknya. Bukan tentang semua itu. Aku menghapus kasar air mataku sebemum meraih kepalanya untuk kujauhkan dari pelukanku.

Jemariku mencoba menghapus setiap air mata di pipinya, tapi tak kuasa menghaapus kepedihan dari hatinya. "Dengarkan aku, Alfa. Semua ini bukan tentang secara tidak adil kehidupan mengambil semua yang kau sayangi. Harus kau ketahui, jika kepergian keluargamu adalah takdir. Dan masalah Jane, dia bahkan tidak pantas untuk kau tangisi."

Dia tidak mendengarkanku, bahkan menolak untuk menatapku. Oleh karena itu aku kembali menariknya ke dalam dekapanku, membiarkannya menangis sampai tenang.

Saat bahunya sudah tidak lagi berguncang karena tangis, aku mencoba untuk bicara padanya lagi. Aku meraih tangannya untuk berdiri dan menuntunnya menuju sofa. Tapi ketika aku duduk di sisinya, dia malah membaringkan kepalanya di pangkuanku, dan aku membiarkannya.

"Apa yang akan kau lakukan selanjutnya?" tanyaku, membelai lembut kepalanya.

Dia menggelang, mengubah posisinya sehingga wajahnya menghadap ke perutku. Dia masih belum mau membahasnya, dan aku memberikannya waktu.

"Menurutmu, dia perempuan atau lelaki?" tanyanya pelan, mengelus lembut perutku.

"Aku tidak tau. Apa yang kau inginkan, Alfa?"

"Laki-laki. Agar dia bisa menjagamu, menggantikan aku."

Tenggorokanku tercekat oleh gumpalan yang menyakitkan. "Dia akan mirip dengan dirimu. Rambut ikal, mata biru, rahang kotak. Dia akan semenawan dirimu, setiap perempuan yang melihatnya, akan langsung bertekuk lutut di bawah kakinya."

"Tapi di matanya, wanita paling cantik tetaplah ibunya."

Lagi-lagi, dengan mudahnya air mata meluncur di pipiku, menetes di puncak kepala Alfa. Alfa berada di pangkuanku, namun dia terasa sangat jauh, seolah bumi telah terbelah dan menciptakan jurang di antara kami.

"Berjanjilah padaku, Beth... berjanjilah jika kau akan menjaga anak kita sebaik mungkin. Dan kenalkan aku padanya. Ceritakan tentang aku, sehingga di manapun dia bertemu denganku, dia akan mengenali jika aku adalah ayahnya."

"Kenapa kau bicara seperti itu? Aku tidak akan pergi ke manapun sehingga kau bisa terus berada di sisinya. Atau jangan-jangan...."

"Secara fisik, aku memang tidak akan ada di dekatnya, tapi percayalah, hatiku selalu ada di bersamanya. Bersama kalian. Aku mencintai kalian."

Dan Alfa memaksaku memenuhi janji itu, dengan cara menghilang. Sejak malam itu, dia tidak lagi bisa ditemui. Dia menghilang, seolah jurang yang sebelumnya memisahkan aku dengannya, menutup, dan membawa Alfa tenggelam di dasarnya. Semua jaringan usaha Alexander dipegang oleh Nathan, asisten sekaligus orang kepercayaan Alfa. Dan manusia loyal itu tidak sekalipun menyebut keberadaan Alfa, walau sepucuk senjata tertodong dipelipisnya.

Dari surat kuasa yang ia berikan, salah satu poinnya adalah dia akan membiarkan Jennifer, melepaskannya, dengan syarat wanita itu harus rutin berkonsultasi pada psikiater dan terus diawasi. Tidak ada batas akses untukku, jika aku membutuhkan bantuan finansial, terlebih setelah anak kami lahir. Tapi sayangnya, setelah semua yang dikembalikan oleh Jennifer, aku tidak membutuhkan bantuan apapun. Keuangan keluargaku berangsur membaik dan lebih baik lagi, sampai rasanya hanya mimpi kami pernah diambang kebangkrutan.

ALFA - BETH ✔️ (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang