5. You Touch My Heart

16.9K 1.1K 58
                                    

ALFA

Aku hampir saja mengeluarkan liurku ketika Beth menuruni setiap anak tangga untuk sampai padaku. Dia begitu... cantik. Ah, bukankah kata cantik itu terlalu seriang aku gunakan untuk mendeskripsikannya, sehingga kini terdengar sangat biasa. Walau nyatanya yang kulihat ini adalah luar biasa.

Baju tanpa lengan itu melekat begitu pas ditubuh Beth. Sabrina memang selalu bisa diandalkan. Aku hanya perlu menyebutkan ukuran dan gambaran bagaiaman bentuk gaun yang aku inginkan, lalu wush, seolah dia memiliki serbuak ajaib yang membuat gaun itu terlihat sempurna seperti datang dari dunia khayal.

"Apa ini nampak aneh?" tanya Beth, aku bahkan tidak sadar dia sudah berdiri di hadapanku dengan wajah memerah karena aku terus menatapinya. Ugh! Dia menggemaskan sekali.

"Tidak terlalu buruk."

Beth mengerucutkan bibirnya, nampak sebal. "Tidak terlalu buruk itu artinya bagus atau jelek?"

"Yah... tidak jelek. Tapi tidak terlalu bagus juga."

"Terserah kau sajalah! Aku sudah siap. Ayo berangkat!" Beth sudah maju beberapa langkah, namun aku mencekal lengannya, membuatmya berhenti berjalan dengan wajah penuh tanda tanya.

Namun, raut itu berubah kemerahan ketika aku menyelipkan lengannya dalam gandenganku. Bersama-sama kami berjalan menuju keluar.

"Sempurna! ini sempurna!" gumamnya tidak jelas, lalu, seolah teringat sesuatu, dia mendongak, untuk menatapku. Ternyata sepatu sepuluh sentinya tidak cukup membantu. "Kita menyetir sendiri ke bandara?"

"Kau bercanda? Butuh aktu berapa jam dari sini ke bandara? Kita pakai heli."

Beth mendengus tawa, "Kenapa aku masih saja merasa terkejut? Tentu saja, kau ini Alfa Alexander!"

"Jangan bilang kau tidak pernah naik heli? Ayolah, keluarga Haze tidak semiskin itu!"

"Jangan mengejekku! Tapi Papa hanya menggunakan benda itu di saat yang genting! Bukan untuk menghadiri sebuah premier film."

"Bilang padanya, jangan terlalu pelit, sekali-kali kesenangan itu diperlukan."

"Kesenangan tidak berarti harus berhura-hura, sayang."

"Ugh! Ucapanmu seperti nenek-nenek!"

"Biarkanlah! Di mana helinya?" Beth melepaskan gandengan ketika kami sampai di beranda pondok. Di depan, halaman luas itu kosong. Aku melirik jam. Kami memang terlalu cepat untuk siap.

"Tunggulah sebentar lagi."

Dan memang tak lama, terdengar suara raungan mesin yang semakin lama sepakin memekakan telinga. Di langit, helikopter nampak berputar, putar, sebelum perlahan mendarat, membawa angin besar yang membuatku secara refleks melindungi Beth, merengkuh wanita itu ke dalam pelukanku untuk sekedar mengurangi angin kencang yang menerpanya.

Seorang co-pilot turun. Dari gerak tubuhnya dia nampak memepersilahkan kami untuk masuk ke dalam heli yang terparkir beberapa puluh meter dari kami.

Aku membimbing Beth untuk mendekat, sambil terus merangkul wanita itu. Aku hanya tak ingin kehilangan pasangan yang menawan, karena terbang tertiup angin. Walau tau itu hanyalah alasan konyol yang aku buat-buat. Yang sebenarnya adalah, aku merasakan dorongan kuat untuk melindungi Beth. Yang aku tak menegrti, karena apa?

"Bagaimana pelayananku, Nona? Apa kau terkesan?" tanyaku ketika aku membimbingnya duduk. Dalam jet pribadiku kali ini, karena di helikopter tadi kami sama sekali tidak bicara.

Bukan hanaya karena Beth yang terus saja menatap takjub keluar jendela, tapi karena perasaan senang anehku yang bisa mempersembahkan ketakjuban itu. Ya ampun! Sebenarnya dipakai untuk apa saja uang si Tua Peter Haze itu? Aku tidak percaya jika ini pertama kalinya Beth naik helikopter!

ALFA - BETH ✔️ (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang