6. Afraid

13.9K 1K 34
                                    

BETH

Sebuah pesta mewah di gelar di sebuah ballroom di salah satu hotel berbintang yang sangat mewah, setelah premiere film selesai. Pesta ini tertutup, tidak ada satupun wartawan dan tidak semua tamu undangan di premier diundang juga di sini. Katanya, pesta ini di selenggarakan oleh sang produser sendiri. Dan aku berpikir, untuk apa menghambur-hamburkan uang? Dia bahkan tidak tau, film ini akan sukses atau tidak.

Aku berdiri dengan segelas anggur di tangan, merasa sangat bosan dan ingin segera mengajak Alfa untuk pulang, tapi aku tidak ingin menjadi wanita rewel. Bahkan Alfa nampak begitu senang berada di sini. Ini adalahnya tempatnya, dia sama sekali tidak merasa canggung berada di sekitar orang-orang terkenal. Tidak seperti aku.

Aku tidak tau, kami akan menginap di kota ini atau langsung pulang ke Houston. Tapi, mengingat kami tidak membawa satu pun pakaian ganti, rasanya kami akan langsung pulang.

Menoleh ke sisi kanan, aku menatap lelaki itu dengan seksama. Dia sedang bicara dengan seorang wanita. Sesaat setelah mengambilkan minum untukku, Alfa mendadak jadi lelaki paling sibuk di dunia. Setiap wanita seolah ingin berbincang berdua saja dengan Alfa, membuat lelaki itu berpindah dari satu tempat ke tempat lain, dan seolah sudah lupa jika dia datang ke sini dengan seseorang.

Terlepas dari pembelaan Alfa sore tadi, lelaki itu menjadi asing lagi bagiku. Entah hanya perasaanku, atau Alfa terkesan sangat menjaga jarak. Bukan secara fisik, karena kami terus menempel saat red carpet seperti ada lem yang merekatkan kami. Tapi secara emosional.

Aku menyipitkan mata, merasa mengenali wanita yang kini bicara terlalu dekat dengan Alfa. Ya, dari sebelum pergi sebenarnya hati kecilku bertanya-tanya, dari sekian banyak wanita yang pernah menjadi teman kencan Alfa, sebagian besarnya berasal dari kalangan selebritis dan model, akankah mereka bertemu di acara ini? dan sekarang, aku tau pasti jawabannya.

Wanita itu, Sarah Morgan. Aku ingat, baru sekitar tujuh bulanan lalu mereka dekat, sebelum dengan mengejutkan Alfa menjalani hidup selibat –paling tidak kelihatannya dia hidup selibat–. Entah karena apa, setelah dikabarkan dekat dengan Sarah, Alfa tidak pernah lagi terlibat dengan wanita manapun. Apa sebenarnya hubungan mereka belum berakhir? Karena setelah kabar kedekatan tanpa konfirmasi itu, tidak ada kabar jika mereka putus. Tapi, bukankah Alfa memang selalu seperti itu? Dekat dengan seorang wanita, tanpa konfirmasi mereka pacaran atau tidak, lalu tiba-tiba muncul lagi dengan wanita lainnya.

Aku baru menyadari, kami sama sekali tidak mengenal satu sama lain, dan kenyataan itu membawa satu rasa sesak yang membuatku menunduk, dan memijat pangkal hidungku untuk menahan air mataku pecah dan tumpah di tempat ini.

"Apa kau pusing karena anggur, atau karena Alfa yang selalu di kelilingi wanita?"

Aku mengangkat kepala dengan kaget, dan mendapati Michael di depanku, menatapku dengan senyuman menggoda yang sepertinya terpahat selamanya di wajah aristokrat itu.

"Tidak keduanya, karena aku bahkan tidak meminum sedikitpun anggur dari gelas ini." Kataku, mengacungkan gelas.

Michael membulatkan matanya tidak percaya. "Jadi, dari tadi kau hanya berdiri di sini, tanpa minum apapun?"

Aku tersenyum malu. memutar gelas sebelum menyesapnya sedikit. "Aku tidak mengerti, aku selalu tidak suka dengan rasa anggur."

"Aku tidak percaya. Banyak orang meyakini, jika anggur adalah minuman yang cukup berkelas. Dan kenapa kau tidak menukar minumanmu?"

"Paling tidak, aku masih memaklumi champange. Walau sama-sama anggur, warna mereka ternyata sangat berpengaruh pada rasa." Rasanya Micahel tidak menyadari keenggananku menjawab pertanyaannya, karena dia menanyakannya lagi.

ALFA - BETH ✔️ (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang