O N E

9 2 0
                                    

"Kamu beneran mau ke Jepang?"tanya seseorang diseberang telepon.

"Ya jadilah. Kan aku mau kuliah disana,"jawab Skandy.

"Sendiri?" terdengar nada khawatir dari sebrang.

"Aldy... Berapa kali harus aku bilang ke kamu. Aku sama temen temen aku," jawab Skandy.

Aldy atau Aldyanshya Frandra. Biasa dipanggil Dyan oleh yang lain. Sahabat laki laki Skandy.

"Iya sih Lau. Tapi, aku tetep aja khawatir sama kamu. Kalo kamu kenapa napa gimana? kalau ada apa apa, aku harus ngomong apa ke Mama? Nanti malah aku dibilang gak becus jagain kamu Lau," kata Aldy panjang lebar.

Empat tahun yang lalu, kedua orang tua Skandy meninggal dalam kecelakaan pesawat. Dan sejak saat itu, orang tua Aldy ikut merawat Skandy. Meskipun tidak semua kebutuhan Skandy orang tua Aldy yang mengurus. Karena sebagian, Skandy mendapat warisan dari orang tuanya untuk mencukupi biaya kebutuhan Skandy.

Sedangkan kakaknya, William. Memilih untuk tinggal di luar negeri untuk melanjutkan kuliah. Belanda. Meskipun banyak komunikasi yang aktif. Kedua kakak beradik ini tak pernah berkomunikasi satu sama lain selama empat tahun terakhir.

Besok, Skandy dan ketiga sahabatnya akan pergi ke Jepang untuk melanjukan kuliah.

"Udah deh Al. Aku kan udah gede. Masa iya kamu atur aku terus? Lagian aku perginya gak sendiri kan?"

"Iya deh. Tapi nanti malem kamu kerumah ya. Mama mau ketemu."

₪∆lways₪

"Skandy jadi ke Jepang?" tanya Mama Dyan.

Saat ini, Skandy sedang makan malam bersama keluarga Frandra.

"Jadi dong Ma. Skan kan mau ngelanjutin kuliah disana," jawab Skandy.

"Tapi... Kalau ada apa apa gimana?" tanya Mama dengan nada khawatir. Khawatir kejadian empat tahun lalu terulang.

"Mama gak usah khawatir. Kan Kak Skan bareng temen temennya," Widy, adik Dyan, ikut berbicara mendukung Skandy.

"Meskipun begitu... Kalau Skan—" ucapan Mama terpotong oleh Papa.

"Gak papa dong, Dy. Kan Skan ke Jepang buat meneruskan cita-citanya jadi dokter. Ya kan, Skan? Kita berdoa aja semoga Skan baik baik aja disana," ucap Papa menenangkan Mama.

Papa tahu kalau Mama khawatir apabila kecelakaan 4 tahun lalu terulang. Pasalnya, orang tua Skandy adalah sahabat baik Mama dari kecil. Jadi wajar kalau ada rasa khawatir pada Skandy.

"Yaudah deh. Tapi besok Skan dianter Dyan ya berangkatnya," ucap Mama mengalah.

₪∆lways₪

"Beneran pergi?" ucap Dyan, sambil menatap wajah cantik Skandy dengan sendu.

"Al..."

"Okay, okay. Kamu hati hati ya disana. Sering sering telpon. Kalau ada apa apa kami bilang ke aku. Ingat kamu masih punya keluarga yang sayang sama kamu di sini," kata Dyan sambil memeluk Skandy.

Skandy membalas pelukan Dyan sambil berkata, "Aku tahu, Al. Aku akan sering sering telpon kamu. Tenang aja."

"Love you, Lau." Dyan melepaskan pelukannya.

"Love you too, Al."

Tidak ada yang pernah tahu, kapan kita akan bertemu lagi...

Mungkin bila kita tak dipertemukan lagi, aku akan tetap mengingatmu sambil menahan rindu ini sendiri...

-ANT

₪∆lways₪


A/N : Maaf, saya repost ini cerita. Karena sebelumnya, Always yang lama feel nya ga jelas dan menurutku itu... absurd banget. Jadi, saya repost ulang, sebelum repost ini selesai, saya gak akan menghapus yang lama...

Tenang, yang sudah baca, baca aja. isi nya aku beda in kok dari yang pertama. Meski alurnya sama aja...


Sekian dari saya, jangan lupa vote dan comment. Terima kasih...

-ANT.

Always -Repost-Unde poveștirile trăiesc. Descoperă acum