1. Bokap-Nyokap

3.2K 257 32
                                    

Enjoy it!
Sorry for any typo(s)

Bel surga yang sedari tadi Lysa tunggu akhirnya berbunyi juga. Bel pulang.
Baginya, bunyi bel itu berbeda-beda. Bel masuk bunyinya sangat jelek dan nyaring, sedangkan bel pulang dan istirahat bunyinya sangat merdu. Walaupun sebenarnya bel yang dipakai sekolah ini sama saja.

Murid-murid di kelasnya langsung berhamburan ke pintu dan seperti biasa, Rafa menghalangi pintu sehingga hampir semua anak cewek berteriak marah.

Semua buku sudah masuk ke dalam tas Lysa dan tasnya sudah menggantung di bahu kanan. Ia masih duduk dan menunggu hingga pintu sepi.

Setelah benar-benar sepi ia keluar dengan santai dan ketika sampai di pintu pagar ada lima anak cowok kelas 12 sedang merayu setiap cewek yang lewat atau sesekali (mungkin) memalak cowok lugu.
Melihat mereka sungguh membuat Lysa ingin tertawa. Mereka aneh. Batin Lysa.

"Eh awas, ada jagoan lewat," seru salah satu cowok ketika Lysa melewati pagar. Ia melirik sambil menaikkan satu alisnya. "Iya, iya, ampun. Gue jangan diberi, gue gak mau foto gue tiba-tiba ditempel di mading." lanjutnya sambil menyatukan kedua telapak tangan didepan dada. Lalu teman-temannya tertawa terbahak-bahak.
Sumpah, apa mereka ngeselin banget. Gerutu Lysa dalam hati.

"Gadanta lo," desisnya lalu berjalan ke parkiran tempat ia memakirkan motor.

Lysa menaiki motornya lalu menyatukan rambut sebahu miliknya ke puncak kepala sebelum memakai helm. Ia menyalakan mesin motor lalu segera pergi meninggalkan kawasan sekolah.

Dengan kecepatan stabil, motor kesayangannya itu membawanya menuju tempat yang dalam satu waktu bisa dianggap sebagai tempat yang paling nyaman atau bisa juga tempat tersial sepanjang masa.

Dalam hati ia berdoa semoga hanya ada Mbok Sinah di rumah. Ia menekan klakson sekali, tak sampai lima detik pintu pagar terbuka lebar dan motornya mulai masuk ke pekarangan rumah.

Ia memarkirkan motor nya sembarangan dan langsung melangkah ke dalam rumah. "Allysa," panggil suara familiar yang jarang ia dengar akhir-akhir ini. Spontan, ia menengok. "Hm." jawabnya malas.

"Baru pulang?" tanya Mama menghampirinya. "Ya." jawab Lysa singkat.

"Tadi ke mana dulu sebelum pulang?" Lysa menaikkan satu alisnya. "Gak kemana-mana. Ini jam pulang sekolah yang paling normal."

Mama memandangnya ragu. "Jangan bohong kamu," ujar Mama sambil menyipitkan mata. "Aku gak kemana-mana, Ma!" jawab Lysa dengan nada tinggi.

Mata Mama membulat sempurna. "Bisa gak sih kamu menjawab Mama dengan sopan? Kamu itu gak punya sopan santun!" balasnya membentak.

"Ada apa ini?" Seorang laki-laki paruh baya muncul dari arah dapur. "Ini, Pa. Allysa masih bener-bener gak punya sopan santun."

Lysa memutar bola mata lalu menaiki tangga menuju kamarnya. "Allysa!" pekik Papa dari bawah yang tak ia hiraukan sedikitpun dan terus menaiki tangga.

Ia lebih senang ketika mereka sibuk dengan pekerjaannya daripada hanya di rumah dan mereka langsung mengganti profesi menjadi "tukang ngomel". Itu benar-benar membuatnya jengkel.

Papa adalah seorang jendral, yang lebih memerhatikan pasukannya daripada anaknya. Mama, bekerja di Kedutaan Luar Negeri yang lebih mementingkan berkas-berkasnya daripada anaknya.

Lysa menghela nafas dan meletakkan ransel biru dongkernya di lantai. Setelah memasukkan beberapa barang yang mungkin ia butuhkan, Lysa mengganti seragamnya dengan kemeja flanel dan skinny jeans lalu turun ke bawah dengan langkah cepat.

Bad HabitsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang