black and white (bagian 1)

7.3K 315 119
                                    

"Bun, boleh Yura beli ice cream?"
tanya gadis kecil dengan mata yang berbinar-binar, wanita paruh baya tersebut mengangguk mendengar permintaan putri tunggalnya itu.

"Hore..hore.." gadis itu berlari secepat kilat menuju truk ice krim.

"Om, Om vanilanya campur stoberi ya Om,"
"Yura.. jangan banyak-banyak ya sayang, nanti kamu sakit!" teriak wanita tersebut dari kejauhan.

"Yura!"
suara tersebut sontak membuatnya terbangun dari lamunannya, wanita dan putrinya itu, membuat Yura mengingat kenangannya bersama ibunya, waktu umurnya masih 6 tahun, disaat itu ibunya masih ada untuk mendampingi nya.

"Yaelah kak, jantungku bisa-bisa copot,"
"Ra, kalo kamu diem kayak gitu nanti ada yang masuk loh,"
usil gadis tersebut, sambil mengacak rambut Yura, dia adalah Farah, sepupu dari Yura.

"Jangan kak, kecantikanku nanti hilang," bentak Yura sambil tertawa

"Cantik darimana? dek, ngapain diam kayak tadi, ini di taman, kalo kamu diapain orang gimana? bahaya loh, jangan bilang kamu putus cinta atau doinya yang belum peka?"

"Ampun deh kak, aku jomblo, tapi bahagia."
sontak Yura berdiri dan pergi dari tempat yang didudukinya tadi.
"Yuraa, kalo kamu jutek kayak gitu, nggak bakalan ada yang mau".

***
"Assalamu'alaikum,"
terlihat seorang laki-laki paruh baya yang sedang membaca koran di ruang tamu.

"Wa'alaikum salam, Yura sudah pulang," terukir senyum dari wajah lelaki itu.

"Sudah Ayah, tadi Yura pergi ke taman dengan kak Farah, Ayah kenapa pulangnya cepat?"
Ucapnya berlari sambil memeluk ayahnya.

"Ayah ingin lihat putri Ayah siap-siap untuk pergi ke sekolah, dihari pertamanya besok,"

"Oo iya lupa," ucapnya sambil menepuk keningnya.

"Ayah,Yura mandi dulu, baru siapin semuanya ya Yah." tingkah gadisnya berhasil membuatnya tertawa lepas.

***

Terlihat bayangan pria yang berdiri didepan kamar, membuat Yura membalikkan badannya.

"Ayah, ada apa?"
Dengan raut wajah yang bingung ia bertanya-tanya kenapa Ayahnya berdiri didepan kamarnya, laki-laki itu mendekat dan mengatakan,

"Ternyata malaikat Ayah sudah besar" pernyataan yang disampaikannya, membuat gadis itu menjadi bingung, lalu dia melanjutkan kalimatnya,

"Bahkan Ayah tidak mampu memberikanmu kasih sayang seperti ibumu" gadis itu langsung memeluk Ayahnya.

"Ayah, aku tidak memerlukan kasih sayang Bunda dari Ayah, kasih sayang Ayah jauh lebih penting bagiku, karena bunda ada dalam alunan detak jantungmu dan jantungku, karena itu aku tidak akan pernah merasa kesepian" terukir senyum di wajah laki-laki itu.

"Yasudah, Ayah jangan mikirin itu lagi, Ayah tidur dan aku akan selesai sebentar lagi , love you Yah"
laki-laki itu mengusap rambut gadisnya dan perlahan meninggalkan kamar itu.

Air mata Yura mulai mengalir deras, dia bersikap tegar didepan Ayahnya walaupun hatinya saat ini sedang rapuh.

With YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang