Michelle menghela nafas panjang dan bersandar pada sandaran kursi. Aroma mint segar menaungi mobil Harry, dan ini adalah salah satu aroma favorit Michelle. Tetapi gadis itu menahan senyumannya, dan memeriksa kaki kirinya yang terkilir. Tampaknya tidak begitu parah, dan dia bisa melakukan pengobatan sendiri. Meskipun begitu, sepertinya dia tidak akan bisa berjalan normal untuk dua hari ke depan.

Bunyi pintu mobil yang dibuka membuatnya memalingkan wajah, tahu benar bahwa Harry sudah masuk ke dalam mobil. Mesin mobil menyala, dan mereka mulai berjalan tanpa mengatakan apa-apa kepada satu sama lain.

Harry berdehem, merasa bahwa dia harus mengatakan sesuatu. Bagaimanapun juga, ini adalah salahnya.

"Aku minta maaf," Harry menelan harga dirinya sendiri, dan Michelle mendengus.
"Tak apa." Gadis itu tidak ingin mengucapkan apa-apa lagi, dia hanya ingin cepat pulang dan merawat kakinya.
"Motormu akan baik besok pagi. Akan kukirimkan nomorku dan nomor tempat rentalnya untuk memastikan." Harry menjelaskan, dan Michelle mengangguk singkat.

Harry sebenarnya bukan tipe orang yang banyak bicara. Dia memang usil, sangat. Tapi rata-rata orang yang diusilinya adalah orang yang pantas mendapatkannya, persis dengan konsep Michelle dan Louis. Bedanya, dia tidak pernah meninggalkan jejak tentang siapa pelakunya. Barulah ketika bertemu Michelle dia melakukan suatu hal yang baru.

Menurut Harry, ada sesuatu yang menarik dari gadis itu. Sebenarnya dia juga sudah memperhatikannya sejak hari kedua dia mendatangi kafe The Rain, dan juga merasa tertarik. Tapi dia tidak berminat untuk melakukan kontak pertama, sampai akhirnya dia melihat kesempatan yang bagus.

Ini kacau, Harry mengacak-acak rambutnya sendiri dengan tangan kiri, sementara tangan kanannya masih memegang setir. Kalau begini modelnya, rencanaku habis sudah.

"Oi, kau melewati rumahku." Suara Michelle membuyarkan lamunannya, dan refleks Harry menginjak rem. Untung saja Michelle sudah memakai sabuk pengaman, kalau tidak mungkin saja akan menambah daftar cederanya. Meskipun begitu, dia tetap memelototi Harry.

"Maaf, maaf." Harry cengengesan sendiri.

Harry memarkir mobilnya di depan rumah Michelle, dan menatap rumah bergaya rumah kabin itu, tapi berwarna putih. Segera dia melepaskan sabuk pengamannya, dan bergegas keluar untuk membantu Michelle. Harry membukakan pintu, dan gadis itu memelototinya, lagi.

"Ada apa sih, denganmu?" Harry bertanya, kesabarannya mulai menipis.
"Seharusnya aku yang bilang begitu. Aku bisa berjalan sendiri." Michelle membentak, dan Harry menyeringai kecil. Dia mempersilahkan Michelle untuk keluar sendiri dari mobil.

Gadis itu menggerutu, sambil mendorong badannya keluar mobil, didahului oleh kaki kanan yang tidak cedera. Kaki kanan mendarat dengan aman, dan dalam hati dia berdoa agar kaki kirinya juga akan baik-baik saja.

Tapi tentunya tidak. Saat dia melangkahkan kaki kirinya ke depan, dan berpijak di trotoar, rasa sakit menjalar di sekujur tubuhnya. Michelle berusaha menyembunyikannya dengan ekspresi datar, dan mendorong tubuhnya untuk berdiri.

Belum seratus persen dia berdiri, tubuhnya sudah terhuyung ke depan, dan untung saja ada Harry yang menahannya sebelum dia mencium trotoar.

"Kepala batu. Kuangkat kau." Harry mendecih, dan menggedong Michelle ala bridal style. Michelle terus menggerutu dengan suara kecil, tapi tidak melawan karena dia tahu itu akan memakan tenaganya sendiri. Barulah saat itu dia sadar kalau dia merasa lapar dan ngantuk, saat memberikan kunci rumahnya kepada Harry. Pria itu sempat bertanya tentang dimana orang tuanya, tapi Michelle sudah tertidur duluan.

+++

+++

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


(mulmed emang bukan barbs, cuma untuk memperdalam suasana kwkwkwk)

Harry tidak tahu magnet apa yang ada di dalam tubuh Michelle yang membuatnya tertarik. Dia sudah tahu kemana hal ini akan menuju, Harry tahu jelas. Ini persis dengan yang dialaminya saat dia masih duduk di bangku SMA, tapi itu semua sudah lalu dan Harry tidak ingin mengenangnya lagi. Gadis itu sudah bahagia dengan pilihannya, meninggalkan Harry yang berpura-pura turut berbahagia dengannya.

Pria berambut ikal itu menatap Michelle yang tertidur di kamarnya. Tidak, Harry tidak melakukan apa-apa. Dia hanya duduk, menunggu gadis itu bangun. Orang tua Michelle tidak ada di tempat, dan dari kondisi rumah, tampaknya Michelle memang tinggal sendiri. Harry sedikit tersenyum melihat coretan pilox di dinding kamar Michelle, tapi sedikit merasa bersalah juga, melihat dampaknya pada gadis itu.

"Kau terlalu memikirkan semuanya secara berlebihan," Harry berkomentar, berdiri dari kursi meja rias Michelle. Dia memutuskan untuk turun ke lantai bawah dan memasak makan malam, tidak berminat untuk merawat gadis itu karena dia tahu Michelle akan cepat salah sangka. Harry sedang malas berdebat saat ini.

Dia berjalan menuju dapur, dan membuka kulkas, sambil berbisik bahwa dia bukan pencuri atau penyusup tapi hanya ingin membantu pemilik rumah yang pingsan. Matahari sudah tenggelam di ufuk barat ketika Harry mulai memasak makan malam yang simpel, omelet. Ada bahan yang lain yang tersedia, tapi dia tidak berminat untuk memasak lebih banyak.

Setelah mendekorasi hasil masakannya dengan tomat, dan menaruh nasi di piring berbeda, Harry membawa piring Michelle ke kamarnya, lalu turun lagi untuk mengambil piringnya dengan jatah yang lebih sedikit.

"Oiii, Abraams, bangun," Harry menoel-noel pipi Michelle, dibalas dengan erangan kesal dari gadis itu. Harry menjadi tidak enak hati, dan membatalkan rencana membangunkannya. Dia lalu berdiri, dan memakan makanannya, setelah meminta maaf karena makan lebih dulu dari pemilik rumah. Setelah makan, dia kembali ke bawah, mencuci piringnya.

Harry berniat untuk pulang ketika kembali ke atas dan melihat Michelle masih tertidur, tapi saat dia melihat hasil karyanya di dinding, sebuah ide muncul.

"Hitung-hitung permohonan maaf, walaupun sama saja dengan menjilat ludahku sendiri," gerutunya sambil mencari alat-alat kebersihan di rumah Keluarga Abrams.

Chasing Summer [DISCONTINUED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang