Bab 10; Secangkir Kopi

1K 63 22
                                    

Entah Siwon harus senang atau malah takut, ia mencoba mencari tahu. Mungkin tepatnya Choi Siwon adalah pengecut, kenyataan selalu dia tolak mentah-mentah. Kyuhyun memeluknya! Dan ia tidak bisa berbuat apa-apa.

"Bodoh!" tandas Kyuhyun sembari mengeratkan pelukannya. Ia merasa sangat sesak. Siwon mungkin berpikir  bahwa ia gila. Tapi itu tidak masalah. Setidaknya untuk saat ini. Kyuhyun belum memikirkannya terlalu jauh. Tapi Kyuhyun benar-benar ketakutan.

Siwon bungkam, bahkan ketika Kyuhyun masih memeluknya. Itu cukup membuat Cho Kyuhyun kehabisan napas karena merasa terlalu sesak harus  memikirkan Siwon. Kemudian ia mengendurkan pelukannya. Untung mereka jauh dari keramaian. Dan setidaknya mereka hanya berdua.

"Jika kau melakukan kesalahan, jangan lari. Tapi jika kau benar, hadapi!" Kyuhyun tanpa sadar mengatakan hal yang bahkan ia sendiri belum tentu bisa melakukannya. Ia tidak mengenali suaranya sendiri. "Seharusnya kau berlari ke arahku dan bertanya bagaimana dan apa yang aku rasakan," sambungnya.

"Aku tidak tahu. Aku kehilangan diriku sendiri."

"Kau hanya takut."

"Tidak." Nada bicara Siwon seperti kehilangan arah, Kyuhyun perlahan melepaskan pelukannya. Ia ingin mencari tahu garis wajah Choi Siwon saat ini. "Tidak. Aku tidak boleh takut. Maksudku---"

"Won?!" Kyuhyun berteriak cukup keras hingga membuat Siwon bungkam. "Berhenti berpura-pura! Kubilang menjadi dewasa itu rumit! Kau jangan membuatnya bertambah rumit. Tidakkah membuatmu ingin mati ketika kau harus membohongi dirimu sendiri?" Kyuhyun tahu ia sudah kehilangan kendali di luar batasnya. Dan ia mungkin benar-benar sudah gila.

"ChoKyu...,"

Kyuhyun menatap mata kecil itu---yang tampak terlalu sedih dan tersimpan banyak luka.

"Aku mungkin tidak tahu apa yang sudah kau lalui. Dan aku benar-benar tidak tahu. Tapi, Won! Kau bersikap begini dan mengabaikanku! Itu membuatku seolah dicampakkan."

Siwon mungkin terbelalak dengan apa yang baru saja diucapkan Kyuhyun. Konteks Kyuhyun sudah terlalu jauh. Tetapi Siwon masih tidak mengerti kemana Kyuhyun akan menuju selanjutnya. Ia merasa sangat bodoh untuk sekarang.

"Maafkan aku." Ujar Siwon dengan wajah yang sulit dihindari Kyuhyun.

Cho Kyuhyun kesal, "Kubilang berhenti mengucapkan kata maaf, Won! Itu membuatku menjadi orang jahat."

"Ma--maksudku...,"

Mereka berdua terdiam cukup lama. Saling memandang satu sama lain seolah mereka sedang mengasihi satu sama lain. Sulit dipercaya, bahwa Kyuhyun, dia benar-benar menyukai Siwon sebagai pria. Itu membuatnya benar-benar terluka.

Bahkan angin lembut yang menyapu pipi Siwon mampu membuat Kyuhyun ingin menciumnya. Hasratnya tertahan begitu menatap mata kecil yang biasanya intens jadi terlihat menyedihkan.

"Aku...," Kyuhyun memulai katanya, ia gugup. "Aku... akan menunggumu di cafetaria." Ia bergegas begitu menyelesaikan ucapannya cepat-cepat. Ia tidak ingin terjebak ke dalam mata meyedihkan itu dan menghantui tidurnya nanti malam. Kau harus sadar Cho Kyuhyun!

***

Hampir jam tujuh lewat dan Kyuhyun masih setia duduk di cafetaria menunggu Siwon yang tak kunjung datang. Cangkir kopinya masih penuh dan dingin. Kyuhyun menghela dalam-dalam. Ia menjadi bingung dan khawatir.

Dengan mata terpejam dan menghela napas lagi, Kyuhyun bangkit dari meja dan meninggalkan secangkir kopinya yang sudah dingin. Ia tidak mencoba menelpon Siwon, karna itu percuma. Siwon mematikan ponselnya.

Kyuhyun sangat lelah. Ia benci jika sudah mengkhawatirkan sesuatu. Bahkan sekarang ia membenci dirinya sendiri.

"Maafkan aku, Won!" Katanya suram.

***

Cho Kyuhyun sudah berada di flatnya. Ia baru saja melepas sepatunya dan berganti sandal rumahan yang sudah kusam. Ia berjalan ke dapur setelah meletakkan tasnya yang berat di sofa ruang tengah. Kyuhyun kehausan karena menunggu. Ia merasa pedih, sangat. Ini hari yang sangat panjang dan melelahkan bagi Kyuhyun.

Rumahnya sangat sunyi. Tepat seperti yang Kyuhyun butuhkan. Kemudian kerongkongannya tercekat tetapi tidak ada air mata. Segala hal di dalam dirinya serasa bertentangan. Ia tidak ingin ditemani, tetapi dalam kesendirian, ia merasa pedih.

Kyuhyun ingin melarikan diri. Dari segala hal yang pernah ia lalui, ini begitu pelik. Semua bermula dari Siwon.

Siwon. Hatinya terasa remuk lagi, matanya memanas, dua titik air terbentuk di matanya. Saat itulah akhirnya Kyuhyun menangis. Ia menangis dengan perasaan marah dan terhina, frustasi---dan apa lagi?

Sebenarnya apa yang telah ia lakukan hari ini? Bagaimana sebenarnya perasaannya terhadap orang kaya itu, Choi Siwon? Ia menantang, jelas, dan itu membuatnya berbeda, menarik. Eksotis... menggairahkan.

Choi Siwon itu... iya, dia itu Choi Siwon. Dan dengan berengseknya, aku menyukai pria itu! Bagaimana bisa aku menolaknya? Dia membuatku gugup setengah mati. Saat aku melihat kakinya yang jenjang berjalan ke arahku, rambut hitam legamnya yang membuat tanganku gatal untuk menyisirnya dan dadanya itu... yang membuatku tak kuasa memeluknya.

Tapi ada alasan lain; bibir itu. Garis bibirnya yang membuat lututku lunglai karena sesuatu yang sangat berbeda dari rasa gugup.

Dan dari semua itu, Kyuhyun sangat mengagumi suara Siwon. Suaranyalah yang membuat Kyuhyun mengambil keputusan seperti itu kemarin, menetapkan tujuan untuk memilikinya. Suaranya sangat angkuh dan dingin saat ia pertama kali bertemu di E-Mart waktu itu. Tapi kebencianlah yang ia rasakan.

Kyuhyun merasa nelangsa lagi dan ia memutar pandangan ke sekeliling dapur. Ia tidak bisa menghadapi dirinya sendiri sekarang. Kemudian ia menegak lagi air dingin di dalm botol yang ia pegang sangat erat itu, sebelum akhirnya ia memutuskan untuk mengganti bajunya.

Ia berjalan gontai menuju kamarnya. Tubuhnya butuh sesuatu untuk bersandar sekarang. Tetapi, yang ia dapatkan lebih dari itu. Kyuhyun terbelalak tak percaya. Di sana, di ranjangnya yang super keras, si Kaya Raya Choi Siwon sedang tertidur pulas dengan kemeja putih lungsuh. Kancing pertama sampai ketiga terlepas hingga memamerkan lekuk dadanya yang indah. Kyuhyun lemas bukan main.

"Bagaimana mungkin?" Katanya tak percaya pada apa yang ia lihat sekarang. Kyuhyun merasa sangat frustasi dan ingin sekali menampar dirinya sendiri.

Kyuhyun menatap wajah Choi Siwon dari ambang pintu dengan putus asa. Ia menghela napas dan meraih knop pintu untuk menutupnya. Untuk hari ini, Kyuhyun tidak ingin ada kekacauan lagi. Terutama untuk hatinya.

TBC

NB: Anak-anak baik pasti memberi review^^

InkonfesoWhere stories live. Discover now