Bab 4; 함께

1.4K 88 7
                                    

Mungkin saja, ketika Choi Siwon berhenti membuat dirinya terlihat bodoh karena terus mengekori Kyuhyun, ia merasa aneh. Seharian dirinya mengikuti Kyuhyun ke perpustakaan, ruang dosen, kantin, klub Match, dan berakhir di kelasnya. Kyuhyun seperti majikan dibuntuti oleh anjing setianya. Changmin dan Zhoumi jadi heran. Bukan Siwon sama sekali. Jadi, saat Kyuhyun mulai merasa risih, ia berkomentar agar Siwon tidak melakukan hal itu terhadap dirinya. Jadi Siwon kecewa.

Siwon menghela napas saat Kyuhyun mulai merapalkan semua rumus yang ia pelajari di perpustakaan tadi. Berharap jika otaknya tidak ikut nyut-nyutan karena Kyuhyun adalah master merapal.

"Kumohon. Malam ini," kata Siwon sembari duduk di depan Kyuhyun dengan posisi berhadapan. Kyuhyun berhenti bergumam, menatap Siwon dengan intens, seolah ia baru pertama kalinya melihat radio berisik ada di hadapannya.

"Tolong. Minggirlah. Tuan. Asing!" Kyuhyun menekan nada-nada di setiap katanya, bertujuan untuk mengusir Siwon. Tapi pria jakung itu malah tersenyum, pasalnya setelah seharian ini Kyuhyun baru mau bicara padanya--yang sebenarnya terdengar terganggu olehnya. Tetapi dasar Choi Siwon yang mulai enggan menjadi dirinya sendiri--dingin dan angkuh--sekarang malah terlihat begitu idiot di mata Kyuhyun. Pemuda kurus itu memutar bola matanya, berharap Siwon akan menjauh. Tapi demi Tuhan dan langitnya, Siwon malah terkekeh. Saat Kyuhyun menutup bukunya, ia bangkit, dan disusul Siwon dengan bingung.

"Mau ke mana lagi?"

Kyuhyun menghela napas, mengibaskan tangannya di depan muka Siwon. "Piknik. Ya Tuhan..., jelas sekali ingin mengajarimu."

Tubuh Siwon bergejolak senang. Tentu saja ia mengaharapkan malam ini diajari Kyuhyun. Jadi ia ingin dewa batinnya melompat sambil salto. Tapi, oke, dia berlebihan. Tidak selebay itu masalahnya, jadi Siwon hanya tersenyum lebar hingga membuat Kyuhyun bergidik, ia tidak pernah melihat yang semanis itu, dalam pikirannya.

"Oke, tapi kita belum punya kesepakatan," ujar Siwon begitu mereka berdua berjalan beriringan keluar dari kelas Kyuhyun yang terlihat mengerikan. Well, mereka hanya kutu buku, bukan monster yang gemar baca buku kalkulus yang tebal. Siwon mengacuhkan Kyuhyun yang terlihat berpikir, ia terus mengganggu pemuda itu dengan ucapannya yang terasa seperti radio rusak.

"Plis, Won. Aku perlu berpikir!"

"Tapi kamu selalu berpikir, Kyu. Kamu kebanyakan berpikir, malah." Siwon tersenyum lebar, mengulum malunya ke dasar jurang karena ia butuh nilai yang memuaskan--yang paling tidak, yang bisa membuat dirinya tidak mendapat hinaan dari orang tuanya.

Kyuhyun menghela, "Berisik!"

"Maaf," seloroh Siwon begitu mereka berdua sudah ada di dasar tangga. Kyuhyun mencengkeram tangannya sendiri, kemudian menarik ujung sweater Siwon yang harganya selangit itu. "Ada apa?"

"Di rumahku saja."

"Malam ini, 'kan?"

"Ya."

"Oke."

°°°

Cho Kyuhyun mungkin lupa jika hari ini adalah hari mengenang mendiang neneknya. Tetapi hari ini ia banyak janji dan Chongup sangat jauh jika Kyuhyun tidak ada ongkos naik pesawat. Jadi saat Kyuhyun pulang ke rumah dan mendapati bingkai foto dirinya saat kelulusan SMP bersama neneknya, Kyuhyun merasa seolah klise, roll film yang dulu pernah abadi di benaknya bersama nenek sampai sekarang, kini bermunculan kembali. Ia ingat dulu neneknya sering membuat kimchi segar saat merayakan ulang tahunnya dan hari besar lainnya, membuat minyak wijen, juga memanggang dan menggiling biji-biji wijen serta perilla, saking banyaknya hingga terkadang Kyuhyun sampai membawanya ke sekolah. Tapi beberapa ingatannya kembali ke dua tahun lalu saat neneknya sedang mengelap guci-guci berisi minyak wijen dan gochujang di halaman belakang rumah. Kyuhyun tahu tadinya Myungja--nenek Kyuhyun--sedang duduk berlutut di depan guci-guci itu saat ia menjemur baju di samping lumbung. Tetapi saat Kyuhyun masuk rumah untuk menaruh ember dan kembali untuk membantu neneknya, Myungja tidak ada. Kyuhyun bingung, ia menuruni anak tangga dari batu, karena siapa tahu ia akan menemukan neneknya sedang mencabuti rumput di sana. Namun nihil. Neneknya tidak ada. Dengan sekuat tenaga, dan mengelap keringat di pelipis, Kyuhyun kembali menaiki tangga batu, berlari mengelilingi halaman belakang. "Nenek! Nenek!" serunya hampir limbung ke muka ketika kakinya tersandung patok. Dan saat ia melewati lumbung dan menyibak jemuran yang masih menetes-netes, Kyuhyun terbeliak. Ia mendapati neneknya sedang tertidur di sana dengan kaki telanjang dan napasnya yang pendek-pendek.

InkonfesoWhere stories live. Discover now