Bab 2; Kyuhyun

1.9K 95 18
                                    

Cho Kyuhyun hampir saja menjatuhkan vas bunga kesayangan Jungsoo dengan ranselnya, jika pria berkacamata yang duduk di kursi empuknya tidak dengan gesit menangkap benda kaca tersebut. Dan Jungsoo tidak berniat memaki Kyuhyun karena memang bocah cerdas itu tidak sengaja. Tapi jika itu sekelas Jongin atau Kangin, Jungsoo mungkin tidak akan mentoliler hal semacam permintaan maaf tak disengaja. Tapi ini Kyuhyun; anak didiknya yang paling ia sayangi.

Jungsoo mencoba tersenyum--meski dikenal ramah, mereka juga tahu bahwa di dalam diri Jungsoo bersemayam bom yang kapan saja bisa meledak karena kesal. "Donghae menyuruhmu?" tebakan yang mantap. Kyuhyun mengangguk.

"Donghae Seonbae sibuk, Pak."

"Letakkan saja di situ!" seru Jungsoo sambil mengarahkan telunjukknya di meja kerja sebelah kanan jendela yang terbuka. Ruangan itu tanpa AC, tapi tidak pernah panas. Mungkin karena pohon-pohon ek dan maple besar sangat segar, hingga rasanya seperti di surga. Mungkin.

"Kyuhyun...."

Kyuhyun tidak tahu kenapa suara Jungsoo berubah serak. Ia menoleh dan meliat Jungsoo mengambil sebuah map cokelat tua dari laci dan berjalan ke arahnya. Kyuhyun tahu dirinya merasa gugup, tapi faktanya ia susah payah menepis rasa itu jauh-jauh.

Kyuhyun nyaris kehilangan suaranya, "Ya?"

"Kau tahu ini tanggal berapa?"

Hal yang paling ditakuti Kyuhyun adalah 'tagihan kampus' yang akan keluar dari mulut Jungsoo. Keringat dinginnya nyaris menguap seiring terbukanya mulut Jungsoo.

"Ya?" jawaban Kyuhyun tersangkut di lehernya, ia gugup.

"Kau...," Jungsoo sengaja menggantung kalimatnya, ingin tahu apa yang tergambar di wajah Kyuhyun saat ini.

"Kenapa kau terlihat pucat, Kyu?" Jungsoo menggantung map di udara, tangannya mengibas angin. "Sarapanmu dimakan kucing lagi?"

Suara debaran jantung Kyuhyun seirama dengan gelak tawa Jungsoo. Park Jungsoo tidak tahu kenapa ia harus tertawa mengingat cerita Kyuhyun tempo hari tentang sarapannya yang dimakan kucing.

Kyuhyun mendelik, menatap tajam Jungsoo yang belum berhenti dari khayalannya.

"Maaf," Jungsoo memegangi perutnya yang kaku, "aku terlalu bersemangat."

"Jadi, Bapak bisa beritahu saya." Meskipun gugupnya belum berhenti di situ, Kyuhyun mencoba terlihat tenang.

"Maafkan aku." Park Jungsoo menutup mulutnya yang cengingisan. "Ingat ini hari apa?"

"S-sabtu?" katanya tersendat.

"Dan...?" Jungsoo menunggu kelanjutan dari Kyuhyun. Memintanya menebak.

"Dateline bayar uang kuliah?" Hati-hati Kyuhyun mengucapkannya. Ia menunduk lega bercampur sedih. Lega karena kata-kata yang sempat mengganjal kerongkongannya sudah tersampaikan dan sedih bahwa kenyataannya sekarang ia pengangguran. Ketiga tempat kerjanya tiba-tiba tutup secara bersamaan. Kyuhyun nyaris memaki hari ini jika undang-undang melegalkan warga Korea mengumpati pemerintahan tentang mahalnya biaya hidup sekarang.

Tapi Park Jungsoo malah kembali tertawa. "Kau bercanda?" Keriput di sekitar matanya terlihat jelas dan bekas pelembabnya juga meninggalkan bekas bergaris-garis.

"Aku hanya ingin mengingatkan bahwa hari ini pengumuman lomba Matematikamu minggu lalu di Seoul Town. Pantas wajahmu menegang." Kepala devisi itu kembali tertawa dan menepuk map cokelat tua itu di atas meja kaca. Kyuhyun malu sendiri. Bodoh sekali dia. Harusnya dia tidak ke-geer-an. Kyuhyun lupa jika masalah tagihan kuliah bukan urusan kepala devisi, melainkan pegawai administrasi tata usaha.

InkonfesoWhere stories live. Discover now