PART 14 : Badai

8.5K 580 105
                                    

LAKUNA
(Ruang hati yang kosong)

PART 14 : Badai

*****


KYUHYUN membanting pintu rumah dengan keras. Suara berdebum yang terdengar sangat keras itu membuat semua orang termasuk Bibi Oh—yang sedang membereskan ruang keluarga ikut berjengit. Wanita paruh baya itu mengusap dadanya dengan gerakan pelan, karena benar-benar terkejut. Ia melihat Kyuhyun yang berjalan cepat dengan wajah yang memerah serta rahang yang mengeras. Selanjutnya, ketika melihat berjalan melewatinya, ia segera menghadang pria itu. Kyuhyun berhenti. Menatap Bibi Oh dengan datar kemudian tersenyum. Senyuman yang tak sampai mata, membuat Bibi Oh menyimpulkan ada sesuatu yang tak beres pada tuan mudanya.

"Semua baik-baik saja, nak?" tanya Bibi Oh menyentuh lengan Kyuhyun.

Kyuhyun hanya mampu menjawabnya dengan senyuman serta gumaman lemah. Ia menyentuh tangan Bibi Oh yang berada di lengannya, kemudian menjauhkannya. Pikirannya sedang tak bisa diajak kerja sama. Ia takut, bukannya akan menenangkan Bibi Oh, justru melukainya—dengan perkataan keras. Kyuhyun kemudian berlalu tanpa menoleh kembali pada Bibi Oh yang masih berada di tempatnya sambil menatap punggungnya sendu. Bibi Oh tau dengan jelas bagaimana terpuruknya tuan muda-nya itu ketika dia kehilangan dua orang yang sangat di sayanginya. Termasuk kebenciannya pada Young Hwan—ayah Kyuhyun—dan kebodohan gadis yang meninggalkan pria itu sendirian saat acara pertunangan berlangsung. Bibi Oh mengetahuinya tanpa terkecuali, karena ia bekerja dengan Keluarga Cho sejak dirinya masih muda. Dan itu ketika Hanna dan Young Hwan—orang tua Kyuhyun—mempunyai puteri pertama cantik mereka yang diberi nama Cho Ahra.

Kyuhyun ketika sampai di kamarnya, langsung menutup pintunya dengan sangat keras, seakan tak memerdulikan pintu itu akan rusak atau dinding yang berada di sebelahnya akan roboh. Setelah memastikan pintunya terkunci, ia berjalan mendekati rak buku, kemudian menyentuh sesuatu alat berbentuk tombol di sisi samping kanan rak. Tiba-tiba rak buku itu bergeser, memerlihatkan ruangan putih bersih dengan ranjang berwarna sama putihnya. Serta semua perabotan dari almari kecil, meja di sudut ruangan, seperangkat meja kerja dengan laptop dan setumpuk map berwana, serta sofa-yang semuanya berwarna putih bersih. Tak ada warna selain warna putih disana—ya, kecuali untuk setumpuk map berwarna diatas meja.

Kyuhyun kembali menyentuh tombol di sampingnya, dan tak lama ruangan itu tertutup. Menjebak Kyuhyun di ruangan serba putih itu. Kyuhyun menghela napas, ia mengacak rambutnya hingga helaian-helaian rambutnya mencuat ke berbagai sisi, membuat rambut itu berantakan. Dengan tangan yang merogoh saku celananya, Kyuhyun berjalan mendekati meja kerja di tengah ruangan. Mendudukkan pantatnya di kursi besar itu, dengan mata yang menatap serius benda pipih berwarna abu-abu di tangannya. Kemudian ia mendekatkan benda itu ke telinganya, sambil menunggu seseorang di seberang panggilannya, ia meraih satu map berwarna merah marun di meja dan membukanya. Tangannya yang terbebas, meraih pena di depannya, kemudian menggoreskan tinta di lembar-lembar kertas di dalam map.

"Kirim data pria itu padaku sekarang," ucap Kyuhyun tegas tanpa mau mendengarkan kata sapaan pertama. "—sepuluh menit. Kutunggu," tambah Kyuhyun semakin tak bisa membuat seseorang di seberang teleponnya membantah.

Kyuhyun menjauhkan ponselnya dari telinga, ia kemudian meletakkan benda itu di meja dengan sentakan kasar. Ia menunduk, kedua tangannya menangkup wajahnya. Mengacuhkan map di bawah tangannya, ia menenggelamkan wajahnya disana sesaat, sebelum ia mendongak dan tangannya kembali meraih helaian rambutnya, dan lagi-lagi mengacaknya dengan kasar. Tak lupa ditambah dengan jambakan kasar. Kepalanya saat ini di penuhi dengan gadis itu. Gadis yang baru saja meretakkan hatinya kembali. Gadis yang ingin di capainya, namun tak bisa karena gadis itu nyatanya justru memilih orang lain. Salah satu tangannya meraih laptop di sampingnya, sementara yang lain menopang dagunya. Jari-jarinya bergerak aktif diantara keyboard dan mouse. Matanya sesekali menyipit ketika memerhatikan layar monitor laptopnya. Namun, fokusnya harus terpecah ketika ponselnya berdering. Ia meliriknya sebentar, mengecek nama si pemanggil di layar ponsel. Dengan malas, tangannya meraih ponsel dann kemudian mendekatkan benda itu ke telinganya.

LAKUNA [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang