Chapter IV

765 165 13
                                    


"

A-paan ini, Al?" Semburan pertanyaan disertai sebuah tatapan penuh tanya dilayangkan kakak semata wayangnya. Al terlihat gelagapan dan tidak siap menjelaskan segala sesuatunya pada sang kakak. Karena jawaban jujur yang Al berikan tentu saja akan membuat kakak semata wayangnya itu marah.


Dalam dekapannya, Rio bisa merasakan tubuh gadis itu gemetar hebat. Namun karena Al tidak kunjung menjawab pertanyaannya, Rio terpaksa mendorong bahu gadis itu perlahan untuk menanyakan sendiri apa yang sebenarnya terjadi di apartment pribadi adiknya ini. Apa adik bungsunya itu melakukan penculikan? Atau terlibat dalam tindak kekerasan dan penyiksaan? Dan siapa sebenarnya gadis ini?

Betapa terkejutnya Rio saat menyadari bahwa gadis itu adalah gadis yang sama dengan gadis yang ditolongnya ke rumah sakit beberapa hari yang lalu saat pingsan di tengah jalan.

Gadis itu pun tampak menatapnya dengan keterkejutan yang sama. Iris hazel-nya tampak berpendar gelisah saat melihat wajah Rio. Jadi... pemuda ini adalah kakak dari sang kekasih? Anggota keluarga yang tak pernah sekalipun Yuki kenal dari kekasihnya itu?

Al memang jarang sekali berbicara tentang keluarganya. Hampir tidak pernah bahkan. Dan Yuki hanya sekali menanyakan perihal keluarga kekasihnya itu. Dan jawaban --serta sikap-- Al yang berubah tidak ramah padanya membuat Yuki harus menahan rasa penasarannya.

"Kamu nggak papa? Apa yang terjadi?" Tanya Rio lembut pada gadis itu. Manik hazel gadis itu berpendar gelisah. Sesekali terlihat mencuri pandang ke arah adiknya seolah ketakutan. Apapun jawaban yang Yuki berikan akan memicu kemarahan Al. Jadi gadis itu memilih diam.

Pandangan iris hitam milik Rio kembali menyapu wajah adiknya. Di sana, sang adik terlihat gelisah. Seolah Rio menangkap basah dirinya melakukan sesuatu yang salah.

Ini sama seperti beberapa tahun lalu. Saat sang kakak memergoki dirinya yang saat itu masih duduk di kelas 1 SMA tengah teler berat akibat mengkonsumsi obat-obatan terlarang. Dan di saat setengah sadar itulah, Al meniduri seorang gadis yang ternyata adalah gadis yang selama ini sang kakak cintai.

Gadis itu sedang berkunjung ke rumah Rio yang merupakan teman dekatnya. Rio menyayangi gadis itu lebih dari seorang teman, meski gadis itu hanya menganggap kedekatan mereka sebagai persahabatan.

Rio yang sedang tidak enak badan membuat gadis itu berniat menjenguknya di rumah. Sesampainya di sana, gadis itu bernasib sial saat berpapasan dengan Al, adik lelaki satu-satunya Rio yang saat itu tampak seperti sedang mabuk. Pemuda itu tertawa-tawa kegirangan seolah menemukan mainan yang dicarinya saat melihat gadis itu.

Al yang saat itu dalam kondisi setengah sadar akibat pengaruh narkotika, melakukan tindakan keji dan tidak senonoh padanya setelah menyeretnya paksa ke dalam kamar. Gadis itu berusaha menjerit dan berteriak, namun tangan Al selalu mendekap mulutnya erat.

Rio yang terbangun dari istirahatnya merasakan kejanggalan karena mendengar suara-suara aneh di kamar sang adik yang berada tepat di sebelah kamarnya. Dan pemuda baby face itu memutuskan untuk memeriksanya.

Betapa hancur hati Rio kala itu. Gadis yang disukainya sejak lama ditiduri oleh sang adik saat kondisinya mabuk akibat pengaruh narkotika. Rio memergokinya sendiri. Bagaimana mereka berdua masih dalam posisi tidak senonoh dengan gadis itu yang tampak menangis--hingga pasrah-- saat kegadisannya direnggut paksa oleh adik dari teman dekatnya.

Perbuatan Al tidak hanya membuat Rio marah, tapi seluruh keluarga murka padanya. Terutama sang Ibu. Wanita single parent yang selama ini berjuang seorang diri menghidupi kedua putra itu merasa malu luar biasa oleh kelakuan putra bungsunya.

Rio sendiri terpuruk bukan kepalang. Karena tidak sanggup melihat sang adik, selama beberapa waktu Rio memutuskan untuk pergi dari rumah. Menyendiri. Dia butuh ketenangan. Karena tiap kali melihat Al, dia melihat kebencian di dalam dirinya saat menatap wajah adik kandungnya itu.

Gadis itu sendiri bak hilang ditelan bumi pasca kejadian memalukan yang menimpa dirinya. Rio sudah berusaha mencari gadis itu semampunya. Namun hasilnya tetap nihil. Tak ada seorangpun yang tahu kemana dia pergi setelah semua hal buruk itu terjadi.

Cukup lama waktu yang seorang Rio Haryanto butuhkan untuk membuat dirinya lebih baik. Di saat masa pemulihan itulah dirinya bertemu dengan seseorang yang sekarang menjadi sponsor dan mengorbitkan dirinya menjadi pembalap. Termasuk menembus kejuaraan Formula 1 (F1) dan menjadi satu-satunya wakil Asia dalam kejuaraan paling bergengsi balap mobil tersebut.

"Apa lo melakukan hal buruk lagi pada gadis ini?" Tanya Rio tajam. Al tampak salah tingkah.

"Lo mau ngancurin masa depan cewek lagi, hah?!" Bentak Rio penuh amarah. Tadinya dia sudah cukup yakin bahwa dia pasti bisa memaafkan perbuatan sang adik pada gadis itu. Tapi melihat gadis ini, melihat gadis yang tampak tak berdaya ini membuat memoar masa lalu Rio akan gadis itu kembali menyeruak.

"Mulai sekarang, lo jauhin cewek ini !" Kata-kata Rio membuat Al menatap marah ke arahnya. Yuki sendiri kaget dengan keputusan kakak dari kekasihnya itu. Berpisah dengan Al? Tidak... dia tidak ingin melakukannya.

Meskipun Al selalu bersikap kasar dan menyakiti baik fisik maupun hatinya, namun Yuki tidak siap jika harus kehilangan kekasihnya itu.

"Nggak akan! Dia cewe gue." Ucap Al tajam.

"Begini cara lo memperlakukan cewe lo? Dia menggigil ketakutan, bajunya basah, mukanya pucet kayak mayat hidup. Lo nyiksa dia, Al !!" Bentak Rio tak kalah keras.

"Kenapa? Nyokap aja tahan kok digituin sama bokap? Lo lupa Kak, gimana Bokap memperlakukan Nyokap kita kayak memperlakukan hewan. Lebih buruk bahkan." Ketus Al langsung.

"Cewe lo ini bukan nyokap kita, Al! Dan nggak seharusnya lo berlaku kasar sama orang lain kalo lo udah tau sakitnya ngeliat Mama diperlakuin kasar sama Papa kita." Nada suara Rio melemah untuk sesaat.

Rio tahu, sejak dari mulutnya keluar ucapan "Papa kita" sebentar lagi adiknya itu akan meledak marah.

"Anjing! Bangsat itu bukan Bokap gue! Gue nggak punya bokap kayak dia !!!" Teriakan Al yang menggelegar, disertai amukan yang tampak mengacaukan segala yang berada dalam jangkauannya membuat Rio menarik mundur gadis itu. Lalu pemuda baby face itu segera membawa Yuki untuk keluar dari apartment pribadi adiknya.

"Ta-tapi... Al... di dalem..." Rio langsung menutup pintu dan menarik Yuki menjauh. Sementara gadis itu terlihat sangat cemas karena di dalam sana terdengar berbagai suara barang yang dibanting dan juga pecah. Yuki sangat takut akan terjadi hal yang buruk pada kekasihnya itu.

"Sebaiknya kamu pulang. Dan jangan dekati Al lagi. Selamanya."

Kata-kata terakhir Rio itu membuat sesuatu terasa mencelos dari hatinya.

----0000----

Between Us [ALKI]Där berättelser lever. Upptäck nu