Epilogue

2.7K 151 15
                                    

Special Kate's POV.

Two years later.

"Bagaimana kabarmu, Scott?"

Scott langsung menoleh kearah pintu, tempat dimana aku berdiri, bersandar di salah satu sisi pintu, sembari bersedekap. Darisini, aku dapat melihat sebagian rambutnya yang mulai berubah menjadi uban, dengan banyak kerutan di sekitar wajahnya, meskipun ini baru 2 tahun lamanya, semenjak peristiwa terbongkarnya semua rahasia di drama-murahan-yang-menjijikkan.

Senyumnya perlahan terbentuk, seiring dengan suara benturan ubin dan hak dari sepatu boots hitam yang saat ini kugunakan untuk menjenguk Scott. Iya, Scott akhirnya memutuskan untuk menjalani sisa umurnya untuk merenung didalam sel penjara. Itu keputusannya sendiri. Lagipula, ia juga tidak bisa menebusnya dengan uang. Katanya, ia juga lebih nyaman seperti ini.

"Percayalah, ini lebih baik daripada yang sebelumnya," katanya, ketika aku menarik kursi untuk kududuki. Ia tersenyum lebih lebar lagi. "Bagaimana denganmu dan kedua kakakmu?"

"Aku, Drew, dan Mike, baik-baik saja. Mike akhirnya memutuskan untuk menitipkan Douglas di panti, mengingat pekerjaan Mike yang terlalu berbahaya," jawabku. Scott mengangguk, saat aku melanjutkan, "kau tidak ingin menanyakan tentang keadaan kantormu? Bisa saja gedung itu sekarang meledak, karena Steven yang jadi bosnya."

Dia terkekeh, membuatku tersenyum. Mau bagaimanapun, Scott masih tetap kuanggap sebagai orang tuaku sendiri, terlepas dari beberapa fakta yang membuatku agak canggung ketika berada disekitar Scott.

"Aku hanya tidak ingin menengok lebih banyak ke masa lalu. Ini tempatku sekarang. Sudah seharusnya sedari dulu, aku berada disini." Scott menghela nafas. "Kau bilang apa tadi? Steven menjadi pemimpin? Apa yang kalian pikirkan?"

Sekarang, giliran aku yang menghela nafas berat, meskipun sebenarnya, dibalik itu semua, aku tersenyum. "Drew dan Mike masih betah bekerja sebagai Agen. Kata mereka, tidak ada jiwa pemimpin di jiwa mereka, dan aku mewajarkannya. Well, aku sudah tidak begitu tertarik untuk menjadi tokoh dalam opera bertema rahasia."

Dahi Scott mengernyit, terlihat sedang berpikir keras, sementara aku tersenyum tipis, karena faktanya memang seperti itu. Hidup memang seperti opera. Tuhan yang membuat skenarionya, dan kita, sebagai tokohnya yang menjalankannya.

Kerutan didahi Scott agak berkurang, dilanjutkan dengan ia yang meraih tanganku, mengurungnya didalam tumpukan kedua tangannya yang terborgol. Ia—lagi dan lagi—tersenyum, sampai-sampai aku khawatir, jika ia terus tersenyum ketika diletakkan didalam peti mati, lalu dikubur.

"Aku menghargai pilihanmu. Tapi, kenapa?"

"Lebih baik menjadi prajurit, daripada mata-mata (haha anjir ini ngutip dari captain america wkw)."

***

Banyak yang terjadi dalam 2 tahun terakhir ini. Seperti Steven yang semulanya sekretaris, kemudian naik pangkat menjadi pimpinan paling tinggi, Theo Gillian Irons yang sudah menyandang gelar 'Mr.' Di perusahaan yang ia bangun sendiri, Dave Irons yang mendekam di dalam sel penjara bawah tanah sebagai bayaran atas semua perbuatan kejinya, semua anggota gangster The Troublemakers yang yang tersisa masuk kedalam penjara di negara yang berbeda. Sampai aku yang saat ini berdiri di depan pintu backstage.

Ngomong-ngomong, aku, Drew, dan Mike sudah merombak penampilan kami bertiga, karena Zayn sudah mengetahui pekerjaan kami, sebelum akhirnya aku memutuskan untuk pensiun. Lalu, Zayn—laki-laki berparas timur tengah itu. Kami kehilangan kontak, karena aku sendiri. Rasanya aneh, ketika kau yang bermula dari bodyguard nya, menjadi kekasihnya. Lagipula, aku tidak ingin bermain-main dengan cinta terlebih dahulu. Terlepas dari masalahku dengan Dave dahulu, aku juga tidak ingin terlalu berharap banyak kepada Zayn, meskipun kenyataannya, sampai sekarang aku masih memiliki rasa terhadap dirinya.

Aku barusaja ingin memutar kenop pintu, ketika seseorang yang menjulang tinggi membukanya terlebih dahulu. Ketika aku mendongak, sepasang mata hijau yang bersinar cerah itu menatapku, sama seperti cara pandangnya kepadaku ketika 2 tahun silam, membuatku tersenyum.

"Apa Zayn Malik ada didalam?" Tanyaku.

Ia menaikkan satu alisnya. "Kau.. Kate?" Ia balik bertanya, tanpa menjawab pertanyaanku.

Mendengar pertanyaannya, aku langsung menggeleng cepat, namun tetap berusaha untuk bertingkah santai didepanya, walaupun jantungku tidak dapat diajak bekerja sama.

"Namaku Katherine," kataku, berbohong. "Aku mendapatkan tiket backstage, dan aku hanya ingin menyampaikan pesan untuk Zayn. Apa dia ada didalam?"

Barusaja Harry ingin membuka mulutnya, untuk menjawab pertanyaanku, Zayn sudah menyerobot keluar dari ruangan, dengan kening yang terkerut, lalu berkata, "aku disini. Harry, tolong tinggalkan kami sebentar."

Harry menatapku sebentar, sebelum akhirnya mengangguk dan masuk kedalam ruangan yang ada dibelakang punggungnya.

"Ada yang bisa kubantu?"

Aku menghembuskan nafasku, yang tanpa sadar sedari tadi kutahan, lalu mendongak, untuk balas menatap Zayn. Mata hazelnya yang sedari dulu sangat kutaksir, kelihatan agak meredup ketika aku melihatnya tepat dibola mata. Aku menggigit bibir bawahku sendiri, merasa bersalah dengan apa yang telah terjadi. Aku bisa merasakan dirinya yang masih menatapku, memastikan, mungkin.

"Temanku menitipkan pesan. Ia sangat menyukaimu, baik di panggung, maupun dibelakang panggung. Katanya, ia juga sangat merindukan dirimu. Kalian pernah saling mengenal, tapi ia tidak memberitahuku kapan dan bagaimana. Yang pasti, ia sungguhan dan benar-benar merindukan dirimu." Aku menghela nafas, kemudian memajukan wajahku untuk mencium pipinya, lalu berucap, "dia ingin aku juga menyampaikan ini."

Kami terdiam diposisi ini sebentar. Aku tidak tahu tentang apa yang ada dipikirannya. Yang kutahu selanjutnya, adalah ia yang menarikku kedalam dekapannya, memelukku dengan erat. Karena sudah terbawa suasana, aku akhirnya juga membalas pelukannya, dengan erat, menenggelamkan kepalaku di dadanya yang hangat, lalu menangis tanpa suara. Satu fakta yang tidak bisa kusembunyikan; aku masih benar-benar mencintai Zayn, dan sangat merindukannya.

"Aku tahu itu kau," katanya, lalu semakin mempererat pelukannya. "Aku juga mencintaimu, dan merindukanmu, Kate, sangat. Tolong, jangan menghilang lagi," lanjutnya, kemudian dilanjutkan dengan ia yang mencium keningku berkali-kali.

THE END.

A/N
WHAT THE FFF EPILOG MACAM APA INI HAHAHA EH BTW ANJIR UDAH SELESAI AJA CERITA INI GUE TERHURA. SEBELUMNYA, GUE MINTA MAAF KALO SELAMA NGETIK TYPO NYA BANYAK. GUE MINTA MAAF KALO ALURNYA RIBET, RUWET, DAN TEMAN TEMANNYA. DAN GUE BENER BENER MINTA MAAF BANGET KALO ENDINGNYA KAYAK TAI, NGGAK ADA BAGUS DAN KEREN DAN SURPRISE NYA SAMA SEKALI. GUE BENER BENER DAN BENER BENER DAN BENER BENER MINTA MAAF YANG BANYAK

GUE MAKASIH BANGET BUAT YANG SELAMA INI UDAH NGE VOMMENTS, ADD DI READING LIST KALIAN. UNTUK SIDERS GUE JUGA MAKASIH KARENA UDAH SEMPATIN DIRI BACA CERITA INI. POKOKNYA MAKASIH BANGET!!!!11!!!!!!!!11111!!!!!!!!!!

Sekian, wassalam

btw guys

kira2 ada yang minat baca nggak?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

kira2 ada yang minat baca nggak?

The Mission [One Direction]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang