Chapter 2

4.5K 270 8
                                    

Happy reading! :)

***

"Bagaimana kabar kalian, Agents?" Tanya Scott Brooklyn, yang mana, telah menjadi atasan Kate, Drew, dan Mike. Scott bertanya dengan nada datar, sambil terus membolak-balik lembar demi lembar kertas.

"Jangan bercanda. Terakhir kali kita bertemu, aku hampir ingin mematahkan lehermu—kau mengucapkan hal yang sama tiap kali kita berempat bertemu." Kate mendengus, lalu mendudukkan dirinya di kursi yang berada didepan meja. "Jadi, kau susah payah menyuruh kami bertiga kemari, meninggalkan target bersama polisi, hanya untuk mendengar sapaanmu?"

"Dave bisa saja melemparkan dirinya dari mobil mereka untuk melarikan diri," lanjut Mike, dan disetujui anggukan Drew.

"Easy, guys." Scott menyandarkan tubuhnya pada sandaran kursi seraya menyatukan jemari tangannya. Ia menyodorkan map yang ia bawa kepada Mike. "Seseorang dan temannya nyaris tertembak kemarin lusa di daerah yang sepi. Belum bisa dipastikan siapa yang mengincar mereka. Ada yang bilang, itu hanya sekumpulan orang biasa yang suka mengacau dijalanan. Tapi, mana mungkin mereka sampai membawa pistol? Itu gila."

"Cuma itu?" Tanya Drew.

"Rumah mereka diserang kemarin sore. Tidak ada yang menyiarkannya di televisi, jadi orang-orang yang mengincar mereka merupakan orang pintar. Penjaga rumah juga tidak menyadari tanda-tanda aneh sebelum penyerangan terjadi," jelas Scott. "Beruntung saja, banyak bodyguard yang menjaga mereka saat itu. Mereka langsung pindah ke tempat yang lebih aman, jauh dari rumah yang sebelumnya diserang.

"Aku tidak bisa menangkap point nya. Langsung saja ke intinya, jangan bertele-tele," ucap Kate yang kelihatannya sudah sangat bosan dengan basa-basi Scott.

"Kalian bertiga, kukirim untuk menangani misi yang satu ini; melindungi sekaligus menguak siapa orang yang menyerang mereka—One Direction."

Sementara itu, dilain tempat, seorang laki-laki dengan sebagian rambut yang hampir berubah menjadi uban, tengah terduduk di kursi ruangannya. Sambil memijat pelipisnya, ia sesekali melirik kearah orang yang duduk didepan mejanya.

"Kau sudah menghubungi Scott?" Tanya Simon Cowell. Ia meyesap segelas kopi yang baru saja dibawakan Paul untuk dirinya.

Paul mengangguk. "Dia berjanji akan mengirim beberapa Agen terbaiknya untuk mengurus semua ini," katanya. "Aku tidak tahu apa yang diinginkan orang-orang itu sehingga mereka bisa menyerang the boys sampai ke basecamp. Apa mereka berlima pernah membuat kerusuhan dengan fans atau orang lain?"

"Anak-anakku orang yang baik dan ramah. Mereka tidak mungkin menendang bokong orang lain yang meminta foto dengan salah satu dari mereka. Tidak ada satupun orang yang melapor padaku jika mereka berlima pernah melakukan hal yang tidak senonoh."

"Aku tidak yakin. Pasti, ada salah satu dari mereka yang membuat masalah. Tidak mungkin orang-orang itu mengincar the boys tanpa alasan, Simon."

***

Katie mengemasi barangnya dengan perasaan jengkel. Ia melipat pakaiannya secara asal-asalan sebelum akhirnya memasukkannya kedalam koper. Perempuan bermata biru itu menarik ritsleting kopernya dengan kasar, hingga tertutup. Dan, pada akhirnya, ia tak bisa menahan dorongan untuk tidak menendang kopernya, melampiaskan perasaannya.

"Apa yang salah padamu, Kate? Koper itu benda mati, ia tak berbuat apa-apa," kata Mike dengan pandangan aneh.

"Aku tidak bisa percaya jika Si Tua itu menugaskan kita untuk menjadi salah satu dari sekian banyaknya bodyguard mereka. Kenapa tidak meminjam tentara sekalian? Kupikir, itu masalah yang benar-benar serius. Benarkah, bintang terkenal yang tengah naik daun sedang diserang," ujar Kate, sarkastik.

Drew memutar bola matanya. "Biarlah Scott melakukan apa yang ia suka. Jujur, aku juga tidak menyukai idenya yang satu ini. Anggap saja, hal yang kita bertiga lakukan sekarang, hanya untuk bentuk terimakasih kita untuknya, karena ia telah bersedia mengurus kita dari umur 15 tahun, menggantikan sosok Ayah, meskipun ia tidak benar-benar menikah dengan Ibu."

Ya, memang, Charlie Crawford sudah meninggalkan keluarganya ketika Drew masih berumur 15 tahun, karena tertembak beberapa bulan setelah ia menyelesaikan misi terakhirnya—membunuh sepasang suami-istri pengedar narkoba dan penjual senjata ilegal. Entah siapa yang menembak Agen Rahasia tersebut, tidak ada yang tahu. Namun Kate menduga, jika yang membunuh Charlie adalah anak dari suami-istri tersebut, dan ia tahu siapa yang dirinya maksud. Sampai sekarang, mereka bertiga masih berusaha untuk mencari tahu siapa yang telah membunuh Charlie. Drew bahkan bersumpah untuk membunuh siapapun yang menembak Charlie. Sementara Isabelle Crawford sendiri meninggal ketika Kate dan Mike berumur 19 tahun (mereka berdua hanya berselisih 2 bulan, tapi Mike yang lahir lebih dulu), dan Drew 20 tahun.

Saat itu, Katie masih menjadi kekasih dari seorang Dave Irons. Iya, Dave, yang baru saja merampok supermarket dan ditangani langsung oleh Kate. Hubungan mereka berjalan sangat baik, sudah 3 tahun lamanya mereka menjalin hubungan sebagai sepasang kekasih. Dave sangat mencintai Kate, dan begitu juga sebaliknya.

Lalu, semuanya menjadi berubah ketika Dave mengajukan keputusannya untuk bertunangan dengan Kate kepada Isabelle. Isabelle menolaknya secara halus, dengan berkata, bahwa ini masih terlalu muda untuk mereka berdua. Dave benci dengan Isabelle mulai saat itu dan Kate tidak bisa berbuat apa-apa selain menenangkan Ibunya, karena Katie sangat menyayangi keduanya. Kate terus memikirkan hipotetis-hipotesis gila tentang apa yang akan dilakukan Dave, karena Dave waktu itu meninggalkan rumah Kate dengan sebuah ancaman.

Hingga, Kate masih bertahan sampai jam 1 dini hari ketika seseorang masuk secara paksa ke dalam rumahnya, 2 hari setelah Isabelle menolak Dave menjadi menantunya. Tepat bersamaan ketika Katie keluar dari kamarnya, ia menemukan Isabelle tergeletak di lantai dapur, dengan Dave dan pistol ditangannya. Dave menjadi buron sejak itu, sampai saat ini. Itu kenapa mereka terlihat saling mengenal satu sama lain dan Kate terlihat sangat benci pada Dave—laki-laki yang pernah nyaris menjadi tunangannya—meskipun Kate sudah berhasil menembak punggung Dave.

Dan, akhirnya, seorang Scott Brooklyn, lah, yang merawat mereka sampai sebesar ini, sampai mereka bertiga menjadi Agen muda yang tangguh.

"Kate? Ada apa?" Ucap Drew, mendekat ke arah Kate dan mengusap pundaknya. Katie bahkan tidak sadar jika sekarang ia menangis. Drew yang mengerti, lalu membawa kepala adiknya untuk bersandar di bahunya, kali ini tangannya beralih untuk mengusap rambut Kate. "Tidak apa-apa, Kate. Masih ada aku dan Mike. Semuanya aman. Kau aman bersama kami." Isakan Katie terdengar lebih keras.

Mike yang melihat kakak beradik itu, hanya dapat tersenyum tipis, tanpa berani untuk mendekat kearah mereka berdua. Ia takut menggangu Kate dan Drew. Melihat mereka, hanya mengingatkannya pada keluarganya yang bahkan tidak ia ketahui siapa. Mike memandang foto keluarganya, yang diberi oleh pihak Panti Asuhan, dulu. Aku hanya anak adopsi, kedua orang tua kandungku bahkan tidak menyukaiku, batin Mike, lalu segera pergi dari ruang keluarga.

TO BE CONTINUED!

The Mission [One Direction]Where stories live. Discover now