Chapter 4

2.8K 243 16
                                    

Happy reading! :)

***

"Kau berasal darimana?" Zayn Malik bertanya pada Katie Crawford. Saat ini, mereka tengah berjalan untuk mencapai tempat parkir mobil mereka.

Kate memandang Zayn sesaat, sebelum akhirnya menjawab, "aku lahir di London. Tapi, tempat tinggalku berada di New York."

"Untuk apa kau malah pindah ke New York? Bukannya, di kota ini sudah tersedia banyak hal?"

Alih-alih menjawab pertanyaan yang Zayn ucapkan, Kate hanya diam. Perempuan itu bingung ingin menjawab apa. Pasalnya, ia tidak mungkin memberitahu Zayn tentang pekerjaannya, tentang ia dan kedua kakaknya yang menjadi Agen Rahasia. Itu ide buruk, dan berbahaya. Tidak ada yang tahu tentang pekerjaan mereka bertiga, kecuali pihak kantor, dan Dave Irons. Well, Kate tidak tahu kenapa mantan kekasihnya tahu tentang pekerjaannya.

Sementara Kate berpikir keras untuk mencari jawaban atas pertanyaan Zayn, Zayn sendiri tengah menatap Kate aneh. Apa aku salah bertanya?, batinnya. Kate tidak mungkin tiba-tiba menjadi diam jika bukan pertanyaannya yang salah. Laki-laki berambut hitam itu, masih tetap menatap Kate dari atas—karena Zayn tinggi beberapa cm dari Kate—, sebelum akhirnya, ia menepuk dahinya sendiri.

"Maafkan aku. Aku tidak bermaksud seperti itu. Kau tidak perlu menjawabnya, Kate," katanya dengan nada bersalah.

"Apa? Apa yang barusaja kau katakan?" Katie balik menatap Zayn dengan pandangan aneh. Alisnya terangkat satu, bibirnya sedikit cemberut, sedangkan tangannya meraih gagang pintu mobil.

"Sudahlah, tidak usah dibahas," ucap Zayn yang sepertinya salah paham. Ia segera masuk ke mobil yang pintunya dibuka oleh Katie.

Kate mendelik tak terima. Aku ini bukan bodyguard, mengapa mereka semua menganggapku seperti sampah, batinnya geram. Ia hampir saja menyumpahi perbuatan Zayn, ketika Kate mendengar klakson yang dibunyikan oleh Andrew Crawford. Pria itu kelihatannya sudah sangat jengkel karena menunggu terlalu lama.

Pada akhirnya, Kate duduk dibangku depan, di sebelah kursi pengemudi. Kedua tangan perempuan itu bersedekap. Sekarang, dia sendiri sama jengkelnya dengan Drew. Drew menengok kebelakang, mengecek apa semuanya sudah masuk kedalam mobil. Dengan begitu, ia mengendarai mobilnya keluar dari arena konser.

"Bagaimana konser kalian?" Tanya Mike Crawford untuk memecah keheningan yang terjadi diantara mereka semua. Karena jujur, Mike tidak suka dilanda kesunyian yang luar biasa membosankan.

Niall Horan yang tadinya terfokus pada layar ponselnya, kini mengalihkan perhatiannya pada Mike, yang jelas-jelas berada tepat disampingnya. "Sangat menyenangkan, dan ramai," katanya, lalu memfokuskan dirinya pada ponselnya, lagi.

Mike memutar bola matanya. "Apa kalian pernah memacari seorang Directioners?"

"Pertanyaan macam apa itu?" Harry Styles tergelak. "Tidak. Kalau ada kesempatan, akan kuambil."

"Harry, kau gila," kata Louis Tomlinson dengan nada yang sarkastik. "Aku tidak percaya para Directioners itu akan merasa dirinya sangat beruntung, karena mendapatkan dirimu yang bahkan sudah tidak perjaka lagi."

Harry melotot dan melihat kearah Louis. "Bicara apa kau ini? Tentu saja mereka akan sangat, sangat beruntung mendapatkan seorang Harry Styles yang kelewat tampan. Ibu mereka bahkan rela berebut dengan anaknya untuk menikahiku." Pria itu menyeringai. "Kau perlu kaca, Louis? Aku punya banyak di kamar, jika kau mau satu."

The Mission [One Direction]Where stories live. Discover now