[22]

8K 507 64
                                    

Tittle: When You Hold Me

Author: Fanny Salma

Hai saya kembali! Saya minta maaf kalau lanjutnya lama, kayaknya setelah ini bakal lebih ngaret hehe maklum udah mau masuk kuliah lagi. Saya lagi mikir ini kapan tamat ya (?)

Hope you like it...


Sender: Gabriel

Gue jemput ya

Pesan singkat itu lah yang membuat Shilla akhirnya berdiri di depan rumah setelah melarang sopirnya untuk mengantar ke sekolah seperti biasa. Ia juga sedang malas menyetir sendiri. Selain itu, tidak biasanya Gabriel menjemput Shilla atas kemauannya. Biasanya Shilla yang akan meminta tolong pada pemuda tersebut.

Tak lama kemudian, mobil yang ditunggunya tiba. Shilla buru-buru masuk ke mobil Gabriel karena memang pemuda itu tak pernah turun terlebih dahulu jika menjemputnya. Bukan karena malas, tapi karena Shilla yang menyuruhnya. Menurut Shilla, tak ada gunanya juga Gabriel turun dari mobil.

"Ini bunga siapa?" tanya Shilla mendapati bucket mawar saat membuka pintu.

Gabriel menoleh, tampak sedikit terkesiap.

"Buat elo," jawab Gabriel pelan.

Shilla membuka mulutnya tak percaya, "Bercanda ya?"

"Enggak. Emang buat elo kok. Ayo cepet masuk biar kita nggak telat," kilah Gabriel.

Mau tak mau Shilla memindahkan bucket mawar tersebut ke pangkuannya. Demi neptunus, rasanya seperti ada sesuatu yang menggelitik. Ini pertama kalinya Gabriel memberinya bucket mawar.

"Dalam rangka apa nih?" tanya Shilla penasaran.

Gabriel yang fokus menyetir menoleh sekilas.

"Dalam rangka... syuting lo kelar," jawab Gabriel membuat Shilla manggut-manggut di tempatnya.

Gadis itu tak tahu bahwa selanjutnya Gabriel mendesah kasar, berusaha tenang agar tak terlihat mencurigakan. Ia tak mungkin mengatakan pada gadis baik di sebelahnya bahwa ia lupa membuang bucket mawar itu karena seharusnya bunga tersebut untuk Sivia. Gabriel terpaksa berbohong.

"Makasih ya. Gue suka banget," ujar Shilla tak henti membelai kelopak-kelopak mawar yang masih tampak segar.

"Sama-sama."

Suasana di dalam mobil mendadak senyap. Kalau boleh jujur, Gabriel mengajak Shilla berangkat bersama hanya karena tak ingin terperangkap dalam kesepian. Ia tak mau otaknya terus bekerja mengingat Sivia. Dan bukan salah Gabriel jika orang yang dipilihnya untuk menemani kesunyian ini adalah Shilla.

"Lo kenapa, Yel? Kok agak beda?" cetus Shilla.

Gabriel menoleh lagi, kali ini menatap Shilla dengan jelas karena kebetulan sekali mereka berada di lampu merah. Pemuda itu menggelengkan kepala dengan senyum yang sedikit dipaksakan.

"I'm ok. Gimana kabar orang tua lo?" balas Gabriel.

"Entah," sahut Shilla seraya mengedikkan bahu.

"Nggak ada bedanya kayak dulu," imbuhnya pelan.

Reflek Gabriel menarik tangan Shilla, menggenggamnya erat seakan memberi kekuatan. Saat itu pula Shilla merasa aliran darahnya melaju cepat dari ujung kepala ke ujung kaki. Gadis itu tak bisa berkata-kata.

Sampai lampu merah berubah menjadi hijau, Gabriel melajukan mobilnya dengan satu tangan untuk menyetir dan satu tangan lagi masih tetap menggenggam tangan Shilla. Ia tak berniat melepaskan sama sekali. Dalam hati, Gabriel mengira bahwa kesepian yang dialaminya kini sama dengan kesepian yang dirasakan gadis di sebelahnya.

When You Hold Me [Completed]Where stories live. Discover now