Poltergeist

263 14 0
                                    

(ministory yang pernah dikirim untuk ikut event di line)

"HAHAHA," Tawa kerasku mengawali pesta kami malam itu. Pesta trips halusinogen. Pesta yang dihadiri dua pria dan dua wanita. Tak peduli dengan perbedaan, euforia mengisi otak dan jiwa kami. Lampu kuning di sebelah kiriku berubah menjadi cahaya yang membiaskan gemerlap warna-warni. Kami melihat cahaya itu berputar-putar dalam ruangan.

Tubuhku terasa melayang menuju istana. Ragaku Duduk di kursi tahta. Dunia menjadi budakku. Kuperintahkan sesuka hatiku.

"Akulah Raja dunia!" seruku sambil mengancungkan kepalan di udara kosong.

Seketika muncul getaran—gempa bumi hebat. Aku berdiri melihat pelayanku mati, istanaku mulai runtuh dan dengan tertatih aku berlari keluar dari istana. Aku tidak berlari keluar, tapi aku berlari dalam kegelapan total tanpa batas. Amygdalaku mempresepsikan rasa takut. Adrenalin memacu kerja sistem tubuhku. Keringat dingin mulai keluar dari poriku.

Perlahan-lahan keremangan cahaya ungu mulai menghiasi tempatku berdiri. Bayang-bayang tipis mulai terbentuk. Sebuah gudang penuh alat-alat tergambar dalam otakku. Seseorang berwajah datar, bukan, dia tanpa wajah atau sebut saja wajah rata, berdiri didepanku. Telunjuknya menunjuk ke arahku. Palu, kayu, besi, gunting melayang melawan hukum gravitasi. Benda-benda itu ingin membunuhku. Aku tak dapat berteriak, nyaliku mencelus. Dengan tangan kosong aku menepisnya. Dan hilang. Tangan kiriku kini memegang pisau, aku berlari ke arahnya, kutusuk dia. Darah merah memancar dalam latar gelap. Menghilang.

Kepalaku terasa berat. Pandangan mataku kabur. Gerak lajuku tak seimbang untuk berlari. Tidak, aku tak bisa berlari. Aku terbelenggu dalam ruang persegi dibalik jeruji besi. Jeruji besi itu seakan bergerak mendekati dan mengapitku. Teriakanku tercekat di tenggorokan. Sosok berbaju putih datang menyuntikku. Lalu, semuanya menjadi tenang.

OVERTHINKERWhere stories live. Discover now