PART 4

3.1K 181 11
                                    


    
Aku masih belum sadar dengan apa yang tengah terjadi. Kemunculan Nicky yang tiba-tiba di hadapanku seketika membuatku melupakan keberadaan Andrian dan Rere di sampingku. Aroma khas parfumnya menguar dari tubuh pria yang masih setia mendekapku sampai detik ini. Dan, aku masih terhipnotis akan aura maskulin yang dipancarkan Nicky hingga aku mendapatkan kembali kesadaranku dan berusaha menormalkan detak jantungku yang seperti roller coaster, naik-turun tak beraturan. Kulirik keberadaan Andrian dan Rere yang tak jauh berbeda denganku yang terkejut dengan kedatangan Nicky yang tiba-tiba.

"Ehm ... ngapain kamu di sini?" tanyaku berusaha memecah keheningan.

"Aku berniat makan siang di restoran depan, tapi kutunda saat melihat kamu ada di sini," jawabnya sambil menarik tangannya dari atas pundakku, dan entah kenapa ada sedikit rasa tak rela saat Nicky melakukannya. Aku melihat Nicky memasukkan tangannya ke dalam saku celana lalu mengambil sesuatu dari sana. Seketika Nicky menarik salah satu tanganku Meletakkan sesuatu di atasnya.

Aku mengernyit bingung mendapati sebuah handphone di tanganku. Saat ingatanku kembali, aku teringat jika aku kehilangan handphone setelah kejadian reuni malam itu dan belum sempat membeli yang baru, mengingat kesibukanku akhir-akhir ini. Saat mengetahui ternyata benda itu ada di tangan Nicky, entah kenapa aku sedikit bingung.

"Jangan salah paham dulu, Ki," ucapnya berusaha menjelaskan kepadaku, "aku menemukan ini terjatuh di samping nakas waktu kamu meninggalkanku sendirian di kamar hotel pagi itu. Saat aku keluar dari kamar mandi, aku tak menemukanmu di mana-mana, membuatku bingung."

Ingin rasanya aku menyumpal mulut Nicky saat ini juga. Kenapa harus bertemu Nicky di saat seperti ini dan kenapa juga harus ada Andrian di sini? Tadi dia mengungkit masalah kamar hotel seolah-olah tanpa dosa. Apa dia berusaha mempermalukan aku di depan Andrian dan Rere? Benar-benar Nicky sialan! umpatku dalam hati.

"Apa maksud pembicaraanmu barusan? Aku sama sekali tak mengerti," kilahku berusaha menghindari perkataan Nicky yang sedikit banyak membuatku panas-dingin.

"Ki, kamu nggak lupa kejadian beberapa hari yang lalu kan? Kam..." perkataan Nicky terpotong karena aku membungkam mulut pria itu dan menariknya menjauh dari Rere dan Andrian——seperti hakim yang mau mengadili tersangkanya.

Setelah merasa cukup aman dari posisi Andrian dan Rere, aku melepaskan tangan dari mulut Nicky dan langsung melotot seraya berkacak pinggang. "Mau kamu apa, sih? Kamu mau mempermalukan aku?" ucapku sedikit menahan emosi agar tidak meledak dan menjadi pusat perhatian orang-orang.

"Siapa yang mau mempermalukan kamu?" tanyanya dengan santai, membuatku ingin menghajar Nicky saat ini juga.

"Terus maksud kamu apa bahas-bahas masalah kemarin? Kamu mau mempermalukan aku di depan teman dan juga mantanku?" ucapku sedikit mendesis, takut ucapanku terdengar Rere dan Andrian yang berdiri tak jauh di belakangku.

"Oh ...  jadi itu mantanmu? Kalau udah jadi mantan, kenapa mesti takut kamu kena skandal dengan cowok lain?" ucapnya dengan tenang, tak termakan tatapan mengancamku yang kutujukan padanya.

"Bukan urusanmu," ucapku sengit mendengar penuturannya.

"Kalau gitu, kamu jadi pacarku aja biar semua tentang kamu jadi urusanku juga."

"A, apa ...? " tanyaku setengah tak percaya terhadap pendengaranku.

Nicky mengulangi perkataannya dengan jelas sambil memegang pergelangan tanganku. Matanya menyorot tajam, menunggu jawaban.

Aku hanya bisa bengong mendengarnya.

***

"Re ... Bisa Berhenti menatapku seperti itu?" ucapku dengan kesal karena sudah hampir satu jam Rere menatapku seperti berusaha menyidangku atas kejadian di parkiran restoran tadi.

Shocking Love (E-BOOK)Where stories live. Discover now