Missing 1

23 0 0
                                    

Eno's POV

Eno menatap batu nisan didepannya. Sudah tiga tahun berlalu, namun sakit ini masih tak bisa dipahami oleh dirinya sendiri. Amanah yang diberikan oleh sosok dibawah tanah itu sangat berat, hingga hari ini dia datang. Meminta maaf untuk segala rasa sakit ini.

"Gas.., seharusnya lo masih hidup. Gue nggak tahan harus melihat senyumnya. Karena bayang-bayang senyum itu masih milik lo, bukan gue." Lirihnya sambil tersenyum pahit.

Dia ingat sejam sebelum pesawat membawa tubuh sahabatnya untuk balik ke Jakarta, Yogas mengirimnya sebuah pesan yang membuatnya bingung bahkan kesal. Seharusnya Yogas jangan pernah mengirimnya sms seperti itu. Karena waktu akan mengubah segalanya.

Seperti waktu yang telah mengubah hatinya. Tak ada lagi tanggung jawab untuk sebuah amanah, melainkan tanggung jawab yang lain. Rasa itu tumbuh seiring waktu yang tak berhenti berputar.

Eno mulai duduk disamping nisan Yogas dan mengelus nisan itu layaknya kepala manusia.

"Pasti dia juga sering kesini, kan Gas?" tanya Eno pada Yogas yang dijawab oleh hembusan angin. "Cincin dijari gue dan Kana hanya formalitas, entah siapa yang memulai. Tapi gue nggak pernah ada maksud untuk membunuh cinta Kana terhadap lo. Nggak ada yang sanggup memberikan cinta sebesar lo terhadap Kana." Eno pun mulai terisak karenanya.

"Maaf kalau saat pernikahan itu terjadi gue nggak bilang sama lo, bahkan nggak berani untuk menunjukkan wajah ini. Lo tahu kan amanah itu? Ini adalah cara yang terbaik menurut orang tua lo, Kana, bahkan orang tua gue juga. Gue cuman bisa mengikuti apa yang mereka anggap benar, dan sialnya Kana juga berpikir ini cara yang tepat."

Eno menghirup udara pemakaman ini, air matanya terus berjatuhan di tanah Yogas. Sulit ternyata untuk tidak menyakiti orang yang kita cintai. Karena pada akhirnya yang dicintai akan merasakan tersakiti juga.

"Dan waktu nggak memberi gue kesempatan untuk tidak jatuh cinta terhadap Kana. Lo nggak akan bangun, Gas?" tanyanya dalam kesepian.

"Seperti yang lo bilang Gas, Kana adalah perempuan yang mudah untuk dicintai. Keberanian dan ketegaran yang hanya dimiliki perempuan itu membuat luluh. Lo harusnya bangun untuk memberhentikan rasa yang tumbuh di hati gue ini."


**

Peradaban CintaWhere stories live. Discover now