Dia dan Aku 1

15 0 0
                                    

Aku yang sekarang sudah lebih baik. Menurut, sebagian orang tentunya. Padahal aku sendiri tidak pernah merasa sedikit keberuntungan dalam hidupku.

Dua minggu lalu baru saja aku diceraikan. Umur pernikahan kami hanya bertahan 5 hari. Tentu saja kedua orang tuaku masuk rumah sakit, akibat serangan jantung. Bahkan, keluarga besarku terus men-cemooh.

Kini papa dan mama sudah dirumah. Aksi mogok bicara terus terjadi. Aku tidak jago dalam membela diri, jadi percuma saja membuat mereka semua paham keadaanku.Bukan apa-apa, pernikahan itu memang mendadak.

Jadi gini, namaku Hani. Pasaran? tentu saja. Sejak SD hingga bekerja aku selalu disatukan dengan para Hani yang lain. Begitu juga pernikahanku. Aku menikah dengan niat membantu pihak laki-laki, tentu saja aku mencintainya. Tapi ada nama Hani yang lain dihatinya.

Namun Hani calon istri si Rio, nama laki-laki itu, meninggal-kan acara pernikahan bahkan sebelum dimulai. Mungkin, Rio malu pada dirinya sendiri, keluarga dan para tamu. Dia tidak memperalatku, hanya saja memang aku yang mau melakukannya. Aku melihat kejadian itu dengan mata telanjang. Hani dan Rio ribut besar dibelakang gedung akad nikah mereka, aku hanya kebetulan berada didekat situ. Entah mengapa Hani lebih memilih lari dari Rio. Padahal sejak SMA dia yang berusaha menjauhkan Rio dariku.

Namaku Hani Sastrawati. Cita-cita Ibuku yang ingin anaknya tumbuh besar menjadi pujangga. Sedangkan dia bernama Hani Violetta. Kami satu SMA dan lebih kejamnya juga satu kelas. 3 tahun aku hidup dibawah bayangannya. Semua objek milikku dirampasnya tanpa permisi. Aku yang lebih dahulu mengenal Rio. Cowok paling tengil dimasa itu, dia yang pertama kali menolongku saat kakak kelas membullyku. 3 bulan setelah itu kita dekat, bisa dibilang aku bersembunyi dibalik kata 'teman'.

Namun, Hani sepertinya tidak rela aku punya teman. Lebih tepatnya berteman dengan para kaum anak eksis. Dia terus mencoba mendekati Rio, apapun caranya. Bahkan nyawaku terancam. Dari guru hingga satpam sekolah tak pernah memperdulikan keberadanku. Hani yang cantik dan hanya Hani. Sungguh, Dunia amat adil.

***
Aku mengenalnya bukan hanya sekedar nama. Nama tidak terlalu berarti untukku. Dia perempuan yang ku nantikan hingga akhir penantianku. Dan ketika saatnya datang, takdir berkata lain. Aku melepasnya, karena tak kulihat kebahagian dimanik matanya.

Hani namanya. Bukan Hani yang meninggalkanku saat acara akad nikah, dia hanya pionku. Katakanlah aku jahat, memang. Namun bukankah cara menemukan cinta itu bermacam-macam?

Jujur sata aku tipe yang tidak bisa memulai, begitu pun dengan dirinya. Dari awal SMA kami sudah dekat, namun entah bagaimana para perempuan populer saat itu memisahkan jarak kami. Sampai akhirnya ku putuskan untuk mendekati nama yang sama dengan perempuan yang ku cintai.

Namun ternyata perasaan itu tak pernah berubah barang sebentar. Buktinya Tuhan mempertemukan kami lagi. Walaupun situasi saat ini sangatlah tak bersahaja.

Pernikahan yang akan terjadi sebelumnya memang sepihak, aku hanya ingin statusku berubah dan akan naik jabatan, sejujurnya aku tak ingin pernikahan ini terjadi. Dan akhirnya perempuan ular itu memutuskan pergi, dan saat itu rencana Tuhan berjalan.

Namun dia hanya memberi tatapan kasihan. Bukan cinta seperti yang aku rasakan, disaat lima hari ku putuskan untuk berpisah dia menerimanya dengan lapang.

Aku kaum adam, dimana kami tak pernah mengerti bahasa tubuh perempuan. Sampai sekarang aku masih menerka apakah ia sedih atau senang selama lima hari berstatus istri sah ku?

Peradaban CintaWhere stories live. Discover now