04

14.8K 965 20
                                    


Kathleen menatap wajah pucat gadis di depannya. Timbul iba di hatinya melihat gadis itu. Sepasang mata yang tertutup rapat, hembusan napas tak teratur, dan bibir yang memutih.

Gadis ini masih sangat muda, Kathleen mendesah. Tapi nasibnya harus diubah dengan paksa karena keegoisan seseorang. Dipaksa 'tidur' sangat lama, dipisahkan dari orang-orang yang disayanginya.

"Bagaimana keadaannya?" Kevin mendekat.

Kathleen menghembuskan napas panjang. Dengan dagunya, dia menunjuk Maia yang masih terbaring tak sadarkan diri di ranjang.

"Takdirnya sungguh kejam," Kathleen bergumam pelan.

Kevin duduk di dipan kecil di ujung tempat tidur. Dia juga ikut mengamati wajah Maia yang sangat pucat. Sama seperti Kathleen, Kevin juga iba pada gadis itu. Tapi dia tak bisa berbuat apa-apa. Tugasnya hanyalah melaksanakan perintah, bukan untuk mengambil inisiatif.

"Dia pasti shock," Kathleen berkata lagi.

Mereka sudah berada di kamar megah itu sejak setengah jam yang lalu. Selama itulah durasi Maia tak sadarkan diri. Asisten Kevin yang bersandi nama Fox segera memberitahunya saat tubuh Maia tergolek pingsan di kamar.

Bagaimanapun Kevin bersyukur telah memasang kamera pengintai di salah satu sudut kamar ini. Lebih memudahkannya mengamati pergerakan gadis ini. Dia tak suka jika sesuatu terjadi pada gadis yang menjadi tanggung jawab sementaranya.

Mereka terdiam. Dua orang itu menunggu Maia siuman. Tapi gadis itu tak menampakkan tanda-tanda akan segera terbangun dari pingsannya.

"Dokter mengatakan pingsannya tak akan lama," Kevin mengerutkan dahi curiga.

"Memang tidak, tapi dia juga mengatakan semuanya tergantung respon tubuh. Gadis ini masih mengalami shock, Kevin, mungkin akan sedikit lama dia siuman."

Kevin mengamati paras cantik di depannya. Bagaikan Sleeping Beauty yang tertidur panjang menunggu dicium oleh sang Pangeran tampan. Gadis di depannya juga nampak tidur dengan nyenyak, meski deru napasnya menunjukkan bahwa dalam tidurnya pun gadis ini gelisah.

Tiba-tiba kelopak mata itu bergerak-gerak. Dengan amat perlahan, sepasang mata itu mulai membuka. Jantung Kevin berdesir saat menatap manik mata berwarna hitam pekat, sepekat langit malam. Mata itu sangat indah. Mendadak Kevin dilanda kecemburuan saat menyadari bahwa sepasang bola mata indah itulah yang mungkin telah menarik hati Tuan Muda-nya.

Mata itu bergerak-gerak lambat, memindai lagi ruangan tempat dia berada. Lalu pandangannya jatuh pada dua orang yang berdiri mengelilinginya. Maia membelalakan mata, kaget luar biasa dengan kehadiran dua orang itu.

"Apa... Siapa..." dia berkata gugup.

"Ssst... tenanglah, Maia, kami bukan orang jahat," Kathleen membujuk. Dia mengulurkan tangan untuk menggenggam jemari Maia tapi langsung ditepis kasar oleh gadis itu.

"Darimana kamu tahu namaku?" Maia semakin panik. Matanya berkilat panik, napasnya terasa sesak. Ditambah dua orang asing berwajah sangat khas western namun fasih sekali berbahasa Indonesia. Suasana ini benar-benar membuat Maia takut.

Kathleen tersenyum tipis, "Tenanglah, kumohon, akan kujelaskan jika kamu sudah lebih tenang."

Maia terdiam. Dia masih nanar menatap sepasang lelaki dan perempuan cantik yang menjulang di hadapannya. Postur tubuh mereka saja sudah sangat mengintimidasi Maia, membuat nyali gadis itu ciut.

A Glowing Starlight (Glowing Series)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang