20 - Honeymoon 1

Mulai dari awal
                                    

"Tepat!"

"Hih... dasar. Ya udah aku main sama Si Kembar aja."

Rey menolehkan kepalanya begitu Mada pergi, tersenyum lebar. Beberapa hari ini aku sering melihatnya tersenyum. Dia terlihat begitu bahagia. Senyumnya selalu merekah.

"Aku ingin pergi bulan madu." Ucapnya tiba-tiba.

"Pergi apa?" tanyaku kaget.

"Honeymoon. Kita belum pernah melakukannya. "

Lalu apa aku sekarang ingin melakukannya? entahlah, aku tidak tahu. Tapi, ajakan Rey terus terang membuatku bahagia.

"Berdua?"

Rey mengangguk.

"Anak-anak?"

"Eyang mau menjaga mereka, Bapak dan Ibu juga. Ada Mada juga."

"Aku nggak pernah ninggalin mereka. Mereka juga sama, nggak pernah aku tinggal lama. Takut rewel." Tolakku.

"Hanya dua hari." Ucapnya lembut, "Kita berangkat siang ini, pulang lusa. Mau ya?" bujuknya lembut,

Sejak kemarin, beberapa kali Rey membuatku terpana. Kadang aku bahkan tidak bisa mengatakan apapun dan hanya diam menatapnya. Seperti sekarang.

"Kenapa? Nggak mau?" nada kecewa dari suaranya terdengar jelas.

Aku menggeleng, "Kamu memang sedang mencoba memperbaiki semuanya. Biasanya kamu tidak pernah bertanya, kamu selalu memutuskan semuanya sendiri." Ucapku lirih.

"Aku sudah janji mau berubah."

"Susah?"

"Hmmm..." gumamnya, "Tadi sebenarnya aku mau lansung menarikmu pergi, tapi kamu pasti akan marah jadi aku menahan diri."

Aku tertawa.

"Rasanya sudah lama sekali nggak melihatmu tertawa lepas seperti ini." Rey memainkan ujung rambutku. "Jadi, kita pergi?"

"Kita bawa anak-anak aja Rey. Aku nggak bisa ninggalin mereka." Rey terlihat kecewa, namun dia memaksakan diri untuk tersenyum. "Kalau perginya nggak jauh, asal kita bisa ketemu mereka dalam hitungan menit nggak pa-pa kita pergi." Tambahku.

Wajah Rey seketika langsung sumringah, dia tersenyum lebar.

"Beneran?"

"Hmm... kalau dekat tempatnya, saat mereka rewel kita bisa langsung pulang ketemu mereka."

"Sebenarnya aku juga nggak ngajak kamu pergi jauh, hanya setengah jam naik mobil." Dia tersenyum jahil. "Lingga minjemin villanya di Guci, aku mau ajak kamu kesana."

Lagi-lagi aku tertawa, "Kasian benar aku, diajak honeymoon cuma ke Guci."

"Kamu mau kemana? Paris, Maldives, Hawai atau Sintra? Terserah kamu mau kemana." Ujarnya antusias.

Lagi-lagi aku terpana, dia benar-benar berubah. Biasanya jangankan mau berdiskusi, bertanya saja dia tidak pernah. "Ke Guci cukup." Aku meraih tangan Rey, memainkan jari-jarinya. Rey tersenyum senang, dia menarik tanganku ke bibirnya dan mengecupnya lembut.

"Terima kasih." Ucapnya.

Aku tersenyum simpul, mungkin kembali padanya adalah keputusan yang tepat.

*****

Persis seperti yang kuduga Si Kembar tidak mau ditinggal, mereka membujukku dengan segala upaya agar tidak pergi.

"Nanti kita tidurnya gimana, Ma?" bujuk Luce, menggunakan alasan rajukan yang sama seperti sebelumnya.

"Lho kan jagoan mama udah lama bisa tidur sendiri."

ReconciliationTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang