Delapan

28.3K 1.9K 51
                                    

Devan menyibukkan dirinya di kantor. Dirgantara grup adalah bukti kerja keras seorang Devan. Tanpa Devan sadari kesuksesan Devan sebenarnya ada ikut campur dari seorang gadis yang selama ini menjadi penanam saham diperusahaan Devan. Devan memandang langi-langi kamarnya. Rasa penasaranya membuatnya merasa sangat kesal.

Sudah sebulan ia meminta Dewa dan Cia mencari tahu siapa orang yang selalu mengganggu hubungannya dengan beberapa wanita yang sedang dekat dengannya. Karena tidak memperoleh hasilnya maka Devan menyewa seseorang untuk mencari tahu siapa yang selama ini mengganggu hubungannya dengan beberapa teman kencannya.

Ketukan pintu membuat Devan mengalihkan pandangannya kedepan pintu ruangannya "Masuk!" ucap Devan.

Seorang wanita cantik masuk kedalam ruangannya "Maaf Pak ada seorang wanita yang mengaku kekasih bapak meminta bertemu dengan bapak" jelas sekretaris Devan.

Devan mengerutkan keningnya "Suruh dia masuk!" ucap Devan.

Wanita cantik itu masuk kedalam ruangan Devan sambil membawa kantung plastik yang berada ditangannya. "Hai Kak" ucap Vio gugup.

Devan menatap Vio dengan kesal "Mau apa kau kemari?" tanya Devan dingin.

"Vio belajar masak sama Mbok Risma dan Vio ingin Kakak makan masakan Vio" ucap Vio.

Devan menatap Vio tajam "Gue sengaja tidak ingin bertemu lo, kenapa lo datang ke kantor?" ucap Devan dengan nada yang tinggi.

Vio menundukkan kepalanya. Menghadapi siapapun dia berani, tapi ketika menghadapi tatapan kemarahan Devan membuatnya sangat takut "Maaf Kak, jangan jauhi Vio Kak, please hiks...hiks..." ucap Vio sesegukan.

"Pulanglah, aku sibuk!" usir Devan.

Bukanya pergi Vio nekat dengan mendekati Devan dan memeluk Devan "Maafin Vio Kak, Vio sayang sama kakak" ucap Vio sendu.

"Stop, keluar! Kenapa kau menjadi wanita murahan Vio. Kau tidak tahu terimakasih. Selama ini aku selalu memperlakukanmu layaknya seperti adik kandungku sendiri dan ini balasanya hah!" teriak Devan.

"Kasih Vio kesempatan Kak, Vio bisa jadi wanita yang kakak inginkan. Vio akan jadi wanita mandiri dan dewasa" ucap Vio.

Mendengar ucapan Vio membuat Devan murka "Sampai kapan pun kau tidak bisa menjadi apa yang aku inginkan. Lebih baik kau belajar dan kuliah. Kau masih muda dan masa depanmu cerah!" ucap Devan.

Vio menatap Devan datar dan tiba-tiba senyum sinis yang terlihat dari bibir Vio membuat Devan terkejut. "Oke, kau akan tahu akibatnya Devan Dirgantara. Tidak ada yang tidak bisa aku dapatkan, termasuk dirimu dan kasih sayang keluargamu!" ucap Vio melempar makanan yang ia bawa dan keluar dari ruangan Devan dengan ekspresi sinis.

Devan terkejut melihat ekspresi Vio, ia segera mengambil ponselnya dan menghubungi orang suruhannya. "Halo, Vic coba kau awasi wanita yang bernama Vio. Dia tetangga gue...oke..".

Devan menutup teleponnya dan berdecak kesal. Devan belum pernah melihat ekspresi Vio yang baru saja Vio perlihatkan tadi. Apalagi sebelumnya, Vio belum pernah mengunjunginya ke kantor dan Devan tidak pernah mengatakan dimana kantornya saat ini. Devan memilki beberapa kantor, karena ia memiliki beberapa perusahaan. Tapi kedatangan Vio ke kantornya begitu mengejutkan.

Tidak mungkin Dewa tidak mendapatkan informasi mengenai orang yang menggangguku. Kenapa Dewa menutupinya. Atau jangan-jangan dia...

Devan memutuskan untuk menemui wanita yang baru saja pergi dari kantornya. Ia mempercepat langkahnya dan dengan Devan lebih memilih menuruni tangga agar ia bisa cepat sampai di depan lobi kantornya. Ia melihat Vio keluar dari lift dan melangkahkan kakinya menuju mobilnya. Devan sengaja memberhentikan taksi dan meminta supir taksi untuk membuntuti mobil yang dikendarai Vio.

"Pak ikuti mobil itu, jangan sampai hilang jejak!" ucap Devan.

"Baik Pak" ucap supir taksi.

Devan mengamati mobil Vio. Dalam perjalanan mengikuti mobil Vio pikiran Devan kacau. Ia ingat bagaimana Vio yang selalu mengikuti apa perkataannya. Vio yang tersenyum manis dan Vio yang polos. Devan melihat Vio berhenti disebuah gedung tinggi yang merupakan perusahaan yang bekerjasama dengan perusahaannya.

"Kenapa Vio masuk ke kantor Edenral cop?" ucap Devan penasaran.

"Jadi kita masuk ke kantor itu juga Pak?" tanya supir taksi.

Devan menggelengkan kepalanya "Nggak usah Pak, berhenti disini saja!" ucap Devan. Ia memberikan beberapa lembar uang dan segera keluar dari dalam taksi.

Devan melangkahkan kakinya menuju gedung Edenral dan segera memasukinya. Ia melihat beberapa karyawan membungkukkan tubuhnya ketika Vio lewat. Devan mendekati salah satu karyawan kantor yang ternyata mengenalnya.

"Maaf Pak. Bapak, Pak Devan Dirgantara kan?" tanya karyawan laki-laki itu.

"Iya" jawab Devan bingung. Ia memang bekerjasama dengan perusahaan Edenral tapi ia tidak pernah datang ke perusahaan Edenral.

"Apa kau mengenalku?" tanya Devan penasaran.

Karyawan itu tersenyum "Soalnya ada foto bapak di ruangan CEO kita" ucapnya.

"Maksud kamu?" ucapan Karyawan itu membuat Devan bingung.

"Bapak pacarnya ibu Vio ya? Ibu Vio itu masih sangat muda, tapi dia sudah menjadi CEO kami karena dia pewaris tunggal Edenral Cop" ucapan karyawan itu membuat Devan terkejut.

"Hmmm, saya permisi dulu!" ucap Devan segera meninggalkan karyawan itu dan memilih untuk segera keluar dari gedung Edenral Cop.

Devan menghembuskan napas kasarnya, selama ini banyak sekali hal yang tidak ia ketahui tentang Vio. Apakah kedua orang tuanya tahu jika Vio adalah pewaris perusahaan Edenral?. Jika benar kedua orang tuanya tahu, Devan merasa keluarganya telah menutupi semuanya dari dirinya. Devan ingat bagaimana ia bahagia saat ia berhasil bekerjasama dengan perusahaan raksasa itu.

Devan masuk kedalam rumahnya dan melihat Papa dan Mamanya sedang berbincang. Devan mendengar apa yang sedang diperbincangkan Dirga dan Rere.

"Pa, Devan akhir-akhir ini kusut banget Pa" ucap Rere khawatir dengan putra sulungnya.

"Namanya juga, anak muda Ma. Apalagi Devan sedang merintis bisnisnya" ucap Dirga.

"Pa, Vio juga nggak pernah main lagi kesini. Apa karena Vio dan Cia masih bertengkar ya?" ucap Rere.

"Bertengkar?".

"Iya Pa, Mama nggak tahu pasti apa masalahnya tapi Papa tahukan Vio suka Devan?" tanya Rere.

Dirga menganggukkan kepalanya "Iya, tampak jelas tatapan kekaguman Vio dari kecil hingga sudah besar seperti sekarang" ucap Dirga.

Tiba-tiba Devan duduk disamping Dirga "Baru pulang nak?" tanya Rere. Devan hanya menganggukkan kepalanya.

"Kok kusut gitu?" tanya Rere.

Devan menghembuskan napasnya "Pa, Ma. Papa dan Mama tahu kalau Vio pewaris tunggal Edenral Cop?" tanya Devan.

Dirga mengerutkan keningnya dan ia dan istrinya menggelengkan kepalanya "Nggak tahu yang Papa tahu dia anaknya Fabio dan Cristina. Papa kenal Fabio karena Fabio itu sahabatnya ayahnya Raffa" jelas Dirga.

"Vio pewaris tunggal Edenral Pa, kemungkinan semua kerja keras Devan selama ini ada andil dari Vio Pa" ucap Devan sendu.

Dirga merangkul bahu Devan "Nak kamu sudah dewasa dan bisa memilih mana yang terbaik untukmu. Kalau kau memang tidak menyukai Vio jauhi dia dan beri ketegasan. Anak itu sudah hidup menderita dari kecil. Dia bukan Vio yang manja seperti apa yang dia lakukan saat bersamamu. Bicara baik-baik padanya!" ucap Dirga.

"Pa Devan sudah bicara baik-baik padanya dan mencoba menjauh, tapi tadi siang dia datang ke Kantor Devan Pa. Ekspresi Vio saat bicara sama Devan tadi siang sangat jauh berbeda dengan Vio yang Devan kenal" jelas Devan.

Rere menghela napasnya "Bicara dari hati ke hati nak dan kau juga harus mempertanyakan hatimu. Kau menyukainya atau hanya menganggapnya adik. Selama ini kau terlalu memperhatikannya hingga dia sangat bergantung padamu nak" jelas Rere.

"Devan pusing Ma. Devan ke kamar dulu Pa, Ma" ucap Devan melangkahkan kakinya meninggalkan kedua orang tuanya.






Dibalik Senyummu New (Vio dan Devan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang