Winter

10.4K 740 2
                                    

"Alex!." pekik Alexa ditengah perjalanan. Dia berada di belakang Alex.

"Apaa?!." balasnya setengah berteriak. Alex mengerutkan kening sambil mengangkat kedua tangannya disamping.

"Bisa diam tidak!."

"Kenapa sih?."

"Kau berisik!." Alexa melemparkan pandangan tajam kearah saudara laki-lakinya, lantas Alex memanyunkan bibir sambil bergumam tidak jelas mencibir saudara perempuan pria itu.

San hanya tersenyum mendengar pembicaraan mereka berdua.

"Siapa peduli!." belanya kemudian sambil menjulurkan lidah.

"Kau mau ini?." Alexa mengepalkan tangan kanannya kearah Alex.

"Coba saja kalau kau berani." Tantang lelaki itu dari depan.

Selang berapa detik setelah Alex berhenti berucap, Alexa berlari dengan cepat kearahnya.

Alex yang menyadari gerakan saudaranya itu dengan cepat pula berlari mengitari San, berusaha menghindari pukulan Alexa dengan tameng tubuhnya karena mana mungkin Alexa berani memukul tuan putri. Yaa, dia cukup cerdas dan licik seperti sang kancil dari negeri dongeng.

San hanya diam sambil tertawa diantara kedua sahabatnya yang berlari-lari kecil mengelilingi tubuhnya seperti anak kecil yang sedang bermain bersama ibunya.

Ibunya?

Seketika raut bahagia, senyum yang tadi mengembang di wajah San berubah menjadi datar. Flat. Ketika mengingat kata 'ibu' yang baru saja terlintas di kepalanya membuat hatinya jadi sedih.

Ibu, dia tidak tau siapa ibunya— belum tau karena San lupa bagaimana wajah sang ibu, dulu— yang San ingat hanyalah wajah Dwei.

San jadi merindukan Dwei, merindukan Dawnton, Pey dan bibi Auty.

"Kau kenapa San?." tanya Alexa.

"Apa aku menginjak kakimu?. Sambung Alex.

San hanya menggeleng. Dia tersenyum saat mereka bertanya, senyum yang dipaksakan.

"Uhm, apa kalian punya ibu?." gadis itu akhirnya bertanya setelah beberapa detik membuat mereka cemas.

"Tentu kami punya." Jawab Alexa semangat. Alex hanya menggangguk-angguk menyetujui ucapan si gadis.

"Apakah ibumu cantik?." tanya San lagi.

"Ya, dia sangat cantik. Wanita tercantik yang pernah ada."

"Benar, dia cantik seperti kau Alexa. Dia mirip seperti dirimu."

"Hey kau juga mirip dengan ibu Alex!."

"Tidak, aku mirip dengan ayah."

"Kau punya mata indah seperti ibu."

"Benar juga, aku memang memiliki mata yang indah sama seperti ibu, dan wajah tampan seperti ayah. Semua ini karena mereka, benarkan?." kicau Alex.

"Kau berlebihan! Tapi benar juga." Alexa tertawa.

San ikut tertawa melihat mereka yang selalu berdebat dimanapun mereka berada. Disisi lain, ia merasa sedih karena tidak bisa bercerita atau berdebat semacam itu.

"Lalu bagaimana dengan ibumu San?."

Gadis itu terdiam. Senyum renyahnya tadi seakan sulit untuk kembali dimunculkan kepermukaan. Pandangan hangat San sesaat sebelum pertanyaan itu terlontar masih sama, sedangkan saat ini, hanya ada kekosongan dan dingin di dalam kristal bening itu. Alex dan Alexa menatapnya bingung.

ALLTAR ✔ [Tersedia Di Google Playbook]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang