My Love Jinan

1.6K 177 9
                                    

GET READY!!!!
SHOWTIME....
.
.
.
.
_Ex-Namja_
Sedari tadi Junhoe berkeliling bersama namja yang baru ia kenal tersebut. Namanya Yunhyeong dengan segala tingkah kekanakan yang Junhoe ketahui. Ya, meski ia sedikit salah tingkah juga saat diberi senyumannya itu. Terlalu manis dan membuat Junhoe kebingungan sendiri.
"June, kau melamun" Yuhyeong membuatnya kembali tersadar dengan dunia khayalannya. Junhoe menggaruk tengkuknya gugup. Kenapa sejak tadi diam  diam ia memperhatikan sosok namja ini. Dan kenapa panggilannya menjadi akrab seperti itu.
"-Perpustakaannya disebelah sana" Tunjuk Yunhyeong dan segera menarik lengan Junhoe agar ikut dengannya.
Junhoe mengikuti semua keinginan Yunhyeong yang membawanya entah kemana. Mereka seperti sudah sangat lama kenal padahal nyatanya belum ada satu jam mereka saling mengenal.
Lama mereka berbincang sebari terus mengelilingi kampus megah ini. Junhoe sama sekali tidak merasa lelah, karena yang ia akui Yunhyeong adalah orang yang asik untuk diajak mengobrol, membuat mereka perlahan lebih saling mengenal.
"June aku pikir kau memang memiliki wajah yang jutek" Ujar Yunhyeong sedikit terkikik.
"Ini bukan jutek, tapi cool. Ya bawaan pria maskulin" Belanya membuat namja manis itu tertawa di kursi taman tersebut.
"Kau ini ada  ada saja. Oh ya June kapan  kapan mainlah ke rumahku"
"Ke rumahmu?"
Yunhyeong mengangguk.
“Tapi kita kan baru saling kenal?"
"Memangnya kenapa? Aku akan buatkan masakan yang enak nanti kau harus mencobanya"
Tanpa sepengetahuannya bibir itu mulai terangkat perlahan. Menampilkan senyuman yang mungkin sedikit penuh arti didalamnya. Tapi ini Junhoe lakukan tulus entah kenapa. Padahal dari dulu ia sangat susah untuk melakukan ini pada orang yang baru dikenal.
"Ne, aku aku akan datang"
"Alamatnya akan aku kirimkan nanti"
Junhoe mengagguk pelan, menatap ke arah lain karena sedari tadi fokus matanya hanya tertuju pada Yunhyeong.
Dering ponsel milik Junhoe bergetar, menandakan bahwa ada seseorang yang menghubunginya. Dan itu adalah Luhan hyung. Junhoe menatap Yunhyeong sesaat sebelum namja manis itu mempersilahkannya untuk mengangkap panggilan tersebut.

Ne hyung
Ya, kau tunggu aku di parkiran saja, aku akan kesana sekarang
Baiklah, sampai jumpa

Junhoe menaruh kembali ponselnya ke saku. Sebelum ia berpamitan pada Yunhyeong karena Luhan hyung sudah menunggunya di parkiran.
"Aku pikir ini menyenangkan, terimakasih" Ujar Junhoe tulus dan Yunhyeong mengangguk.
"Aku juga, kau ingin pulang kan. Ya sudah hati  hati Jun'
'Ne, besok kita bertemu lagi kan?" Entah apa yang membuta Junhoe menanyakan itu, yang jelas bibirnya merasa tak bisa untuk sejenak dijaga.
"Tentu, fakultas kita bersebelahan. Kita bertemu dikantin"
"Ne, aku pulang dulu ya. Sampai bertemu besok"
"Hmm..kau juga hati  hati dijalan"
Dan sejak saat itulah Junhoe merasa salah tingkah entah kenapa. Junhoe belum terlalu mengerti tentang apa itu yang namanya cinta. Namun ia pun tak mengelak merasakan perasaan aneh saat bersama Yunhyeong tadi, percis seperti ia bersama Jinhwan.
.
.
.
Jinhwa menatap tak percaya ke arah Hanbin. Dengan sorot mata tajamnya namja tampan itu menatap dirinya bak ingin menelanjangi. Jinhwan pikir ia salah dengar dan mungkin ini hanya halusinasi biasa. Semua tidak mungkin...
"Katakan jika kau juga  masih mencintaiku?" Hanbin dengan percaya dirinya mengatakan hal tersebut. Membuat Jinhwan mengernyit bingung dan menampik semua pikirannya tadi. Jadi ini nyata, Oh my god.
"Aku pikir kau sedang sakit Hanbin" Ujar Jinhwan dengan lengan yang berusah melepaskan genggaman itu, namun Hanbin tidak mau dan ia tetap menggenggamnya erat.
"Aku memang sudah sakit semenjak ditinggalkan olehmu"
Dengan pikirannya yang tidak bisa menerjemahkan air kata itu. Jinhwan berpikir jika Hanbin memiliki penyakit akut yang sangat berbahaya. Dan dengan begitu ia segera tersentak, menatap tak percaya ke arah Hanbin.
"Kau sakit? Katakan sakit apa?"
"Aku sakit saat tidak bersamu Jinan
Ehh?"
"Jadilah kekasihku lagi, dan jika kau menolak aku akan bunuh diri di danau ini" Ancaman Hanbin membuat Jinhwan terkejut. Tidak bisa ia belum siap untuk datang ke pemakaman Hanbin setelah ini.
“Kau jangan konyol, berhenti mempermainkannku. Aku tahu kau hanya berusaha membuatku bingung"
Hanbin menatap Jinhwan dingin, melepas cengkraman itu dan beralih untuk berjalan kesisian danau. Ingat Hanbin tak serta merta berbicara seperti itu. Omongannya adalah sesuatu yang harus ia pegang.
Jinhwan menatap Hanbin yang berjalan menjauhinya. Hingga ia tersadar jika yang dilakukan Hanbin membuat bulu kuduknya seketika meremang. Dengan gerakan cepat Jinhwan segera menatik kembali lengan kiri tersebut, memberhentikan apa yang akan dilakukan Hanbin.
'Hanbin, kau heyy..." Dengan sentakan pada lengannya Hanbin tak memperdulikan ucapan Jinhwan. Ia akan terus melakukan ini sebelum Jinhwan mengatakan jika ia ingin kembali jadi kekasihnya.
Jinhwan berusaha mengimbangi langkah cepat Hanbin, berusaha untuk menggapai lengan itu.
"Hanbin hentikan, kau gila"
"Aku gila karenamu"
"Hanbin'
"Kau pasti ingin melihatku mati sekarang"
Jinhwan hampir menangis kala itu. Sejenak memejamkan mata sebelum dengan lancang ia mengatakan apa yang ia ingin sampaikan pada Hanbin sekarang.
“Hanbin hiks...Berhenti" Jinhwan tersisak, seakan mengabaikan Hanbin untuk terus berjalan hingga sampai ke arah titik danau paling dalam, namun naas ia sama sekali tak menginginkan itu.
"AKU INGIN JADI KEKASIHMU LAGI"
Teriakan Itu membuat pergerakan Hanbin terhenti. Dengan raut wajah yang kini terhias senyuman, namja tampan itu berbalik. Menatap bagaimana Jinhwan yang sudah menagis tersedu  sedu di sana.
"Kau dengar hiks. AKU INGIN JADI KEKASIHMU LAGI" Teriak kedua kalinya Jinhwan didepan Hanbin.
Seperempat air sudah membasahi celana milik namja tampan tersebut. Jinhwan berlari sekuat tenaga hingga saat tubuhnya sudah dekat dengan Hanbin ia segera memeluk tubuh itu. Jinhwan tak ambil pusing jika celananya kini sam  sama basah.
"Bodoh hiks, idiot aku benci padamu”
"Tapi aku mencintaimu”
Mereka saling berpelukan diantara air yang mulia membasahi seperempat celana seragamnya. Jinhwan tak peduli sekarang, dimana ia membolos dan sekarang tengah berada disebuah tempat yang ia pikir jauh dari daerah perkotaan. Namja mungil ini terlalu kalut, merasakan sebuah mimpi indah yang sebelumnya belum ia rasakan.
"Jangan bertingkah bodoh lagi" Ujar Jinhwan masih memeluk erat tubuh itu. -"Maafkan aku, untuk semuanya ayo kita memulai kembali" Hanbin tersenyum tanpa sepengetahuan Jinhwan. Usaha nekatnya benar  benar berhasil, ini semua berkat sang eomma yang sudah memebri saran meski berujung ia harus nekat untuk melakukan ini. Tak bisa dibayangkan jika Jinhwan menolaknya, bisa  bisa ia benar  benar mati sekarang.
“Saranghae"
.
Dan waktu terus berjalan begitu saja. Mereka sudah kembali kedalam mobil atas perintah Hanbin. Dengan celana mereka yang sama  sama basah, Jinhwan juga Hanbin hanya bisa menggaruk tengkuknya gugup. Khusus untuk Hanbin, untuk situasi sekarang mereka snagatlah canggung entah kenapa. Padahal sekarang mereka berdua sudah menjadi sepasang kekasih lagi.
"Apa kita langsung pulang?" Tanya Hanbin membuka pembicaraan.
"Aku tidak mau pulang dulu, bisakah sebentar saja, aku ingin disini dulu denganmu" Ujar Jinhwan gugup.
"Baiklah, sambil mengeringkan celana kita" Hanbin terkekeh melihat bagaimana penampilan mereka berdua. Sama  sama memaki seragam sekolah namun mereka tidak sampai menuju sekolahnya. Hanin benar  benar mengajak Jinhwan menjadi seorang namja yang nakal.
"Jinan, waktu itu kenapa kau memutuskan hubungan kita?" Hanbin menimang, ia takut pertanyaan ini membuat Jinhwan berubah pikiran.
“-Aku pikir itu tidak bisa diterima karena tak memiliki kejelasan, dan sekarang aku ingin menagih itu"
Jinhwan menatap Hanbin yang berada di kursi pengemudi. Tersenyum sesaat sebelum ia menjawab.
"Waktu itu aku hanya merasa minder, karena kau adalah namja yang banyak disukai oleh yeoja maupun namja, jadi aku pikir kita sudah tidak cocok lagi karena perbedaan itu"
"karena itu?" Ucap hanbin tak percaya.
Dan Jinhwan mengangguk.
"Ne, tapi bisakah kita tak membicarakan itu. Aku merasa malas untuk membahasnya"
“Tentu
Dan mereka akhirnya terdiam beberapa saat. Jinhwan dan Hanbin tak mengobrol kembali, masing  masing larut dengan pikirannya. Hanbin gugup sebenarnya, ini pertama kalinya berada berasa Jinhwan dalam keadaan lain. Lebih intim dan Hanbin tak akan menyia  nyiakan kesempatan ini.
"Jinhwan/Hanbin"
Mereka tak sengaja menyebut secara bersamaan. Membuat kecanggung terus terasa kala mereka saling melempar pandangan malu.
Jinhwan mengulum bibirnya, tersenyum dengan menghadap ke arah kaca jendela.
"Kau duluan" Ujar Jinhwan.
Hanbin mati kutu, bingung untuk memulai apa sekarang. Tidak mungkinkan jika ia langsung mencium Jinhwan tanpa minta izin terlebih dahulu. Namun jika meminta izin dulu pun rasanya ia tak sanggup.
Jinhwan menatap Hanbin yang menatapnya juga. Jinhwan pikir akan terjadi sesuatu setelahnya.
Dengan perlahan lengan Hanbin merayap menyentuh lengan lelaki mungil tersebut. Jinhwan tersentak namun segera terbiasa karena ia hanya terkejut saja. Lengan Hanbin merasa hangat, lain dengan tangannya yang terasa menggigil.
"Kau kedinginan?" Dan pertanyaan itu hanya diangguki Jinhwan.
Entah dorongan darimana, Hanbin mulai memegang pipi Jinhwan yang terasa sangat lembut itu. Hanbin tersenyum sebelum matanya menatap lurus ke arah bibir ranum itu. Warna merah, dnegan tekstur lembut dan Hanbin snagat tergoda untuk sekedar mencicipinya.
Jinhwan terpaku ditempat, matanya meredup menatap ke arah wajha Hanbin yang teras dengan dengan wajahnya.
Perlahan namun pasti Hanbin mulai mendekatkan bibir itu pada milik Jinhwan. Dan namja mungil itu menutup perlahan kedua kelopak matanya saat bibir mereka sudah menyatu penuh dan merasakan sensasinya maisng  masing.
Ciuman pertama yang mereka dapatkan sekarang. Karena pada saat mereka pacaran dulu, mereka tidak pernah melakukan hal yang seperti ini. Namun seiring berjalannya waktu, disaat perlahan mereka mulai beranjak dewasa, hal ini justru yang membuat mereka ketagihan. Ingin melakukannya lagi dan lagi.
Beberapa detik terdiam dengan bibir yang saling menempel akhirnya Hanbin memulai ciuman menuntut itu dengan lembut. Jinwhan menggerak  gerakkan bibirnya, berusaha mengimbangi gerakan Hanbin yang mulai meumat bibir itu gemas. Jinhwan akhirnya merasakan ini, karena sejak dulu ia hanya melihat sja adari sinetron  sinetron yang ia tonton. Namun sekarang ia merasakannya, dan rasanya lebih manis dari apa yang ia bayangkan.
Perlahan lidah Hanbin mulai menerobos mulutnya dengan cepat. Jinhwan tersedak sebentar karena lidah Hanbin yang terlalu dalam menekan rongga hangatnya.

"Enghh~"

Suara kecipak slaipa memenuhi area dalam mobil tersebut. Lengan Jinhwan mencoba memeluk tubuh lebih besar tersebut agar ciuman itu semakin dalam. Begitupun dengan Hanbin yang terus menekan tengkuknya dengan kuat.

"Enghh~"

Leguhan keluar kembali dari bibir ranum Jinhwan. Membuat Hanbin semakin gencar untuk mencumbui setiap aspek dalam mulut namja yang sudah resmi menjadi kekasihnya ini.
Tangan mungil Jinhwan perlahan, memegang kerah seragam Hanbin gemas. Menekannya, membuktikan jika ia pun bisa mengimbangi permainan Hanbin.

"Ukh~Shhh" Ringisan Jinhwan membuat Hanbin seketika menyudahi ciuman itu.
"Kau menggigit bibirku terlalu kuat Bin" Jinhwan mengucapkan itu tanpa sungkan. Ucapan ini mungkin terlalu aneh bagi Hanbin saat ia mendengarnya langsung dari bibir Jinhwan.
"Akh mian, lain kali aku akan lembut" Ucap Hanbin sambil menggaruk tengkuknya.
Jinhwan pikir Hanbin akan menciumnya lagi setelah bas  basi ini, namun ternyata tidak. Hanbin tak lagi melakukan apa yang ia inginkan, mungkin Hanbin sungkan karena ini adalah kali pertamanya bagi mereka.
Entah dorongan apa yang membuat Jinhwan berani untuk mengutaran isi hatinya ini. Hingga dengan harap, Jinhwan berkata pada Hanbin tentang permintaan yang sangat diluar dugaan.
“Ayo berciuman lagi"

Ehhh??
.
.
.
T
B
C
.
.
Mohon maklum ya kalo up datenya ngaret, saya orangnya moody banget sorry. Ini dijamin lebih tertata dan tanda kutipnya gak letinggalan lagi.
Vomment ya...

[END]I Know, You Are My Ex-Boyfriend /BINHWAN/JUNHWANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang