Takdir

2.1K 122 4
                                    

"chae won...! chae won..!" joonggi membuka pintu kamar yang digunakan chae won dan teman-temannya sembari memanggil namanya. ia melihat sekeliling, ruangan itu kosong. ia segera menutup pintu itu kembali dan berlari menuju taman. ia berharap bisa menemukan chae won di tempat itu, biasanya pagi-pagi seperti ini chae won sering berjalan-jalan di sekitar taman yang dirawat ibunya; ratu sindeok selama beliau masih hidup.

Joonggi mencari chae won di setiap sudut taman, ia juga menanyai setiap dayang yang berpapasan dengannya, siapa tahu salah satu diantara mereka ada yang bertemu dengan chae won. sayangnya tidak satupun diantara mereka yang melihat chae won hari ini.

"aishh.. dimanakah kau, chae won?" joonggi menghentikan langkahnya sembari menyeka keringat di wajahnya.

Ia mendekat pada sebuah bangku dan duduk diatasnya. nafasnya menderu setelah cukup lama berlari, keringatpun masih bercucuran di dahinya. berada di taman itu, pikirannya kembali pada kenangan akan sosok ibunya.

Tidak terasa sudah satu tahun sejak kematian ibunya. beliau semasa hidup selalu ceria walaupun sedikit pemalu saat berhadapan dengan orang baru, namun kecantikan dan kebaikan hatinya dipastikan menyentuh hati tiap orang yang mengenalnya. mungkin itu yang membuat joonggi merasa chae won sangat mirip dengan ibunya.

Joonggi bukan termasuk orang yang mudah tertarik dengan wanita, bahkan 20 tahun lebih ia hidup hanya satu wanita yang ia cintai, ibunya. itu sebelum ia bertemu dengan seseorang yang menabraknya di depan rumah gisaeng. dalam keadaan setengah mabuk, ia melihat wajah wanita yang ia tabrak bersinar sangat cerah di bawah cahaya matahari, sangat menyilaukan sehingga membuatnya dirinya sadar kembali. sadar dari mabuknya karena arak dan mabuk karena kesedihan setelah ditinggal ibunya.

Ia yang saat itu baru pertama kali pergi ke rumah gisaeng, menjadi sangat penasaran dengan wanita cantik itu, sehingga hari itu ia menghabiskan waktu seharian di depan rumah gisaeng berjaga kalau-kalau wanita itu lewat lagi. begitupula hari-hari selanjutnya. hanya satu yang ada di pikirannya saat itu, ia tidak boleh kehilangan wanita yang telah mencuri hatinya tersebut.

"hhhh... dimanakah kau chae won?" joonggi menghembuskan nafasnya berat. "ah ya.. aku harus bertanya pada hyo joo, mungkin dia tau dimana chae won.."

Joonggi segera berlari menuju kamarnya, namu sayang saat itu hyo joo telah pergi bersama dengan seunggi. "argggghh...!" joonggi memukul tembok kamarnya.

"Maafkan hamba Wangseja.. Yang mulia ingin bertemu dengan wangseja di kediamannya.. baru saja utusan dari gangnyeongjeon menyampaikan ini pada hamba.." suara pelayang choi terdengar dari balik pintu.

Dengan langkah berat joonggi membuka pintu, "siapkan semuanya, aku akan segera berangkat setelah mengganti pakaianku!"

"baik wangseja.. hamba mengerti." pelayan choi lalu pergi meninggalkan joonggi yang masih diam mematung di depan pintu.

Ia sangat mengetahui apa tujuan ayahnya ingin bertemu dengannya.

-----

"hyo joo shi.. sepertinya pelayanku menghilang entah kemana.. bagaimana ini?" seunggi mendapati kediamannya sepi tanpa seorang pelayanpun.

Hyo joo tertawa kecil, "hamba baru sadar wanju memanggil nama hamba, bukan dengan dayang han lagi.." ia menyembunyikan senyumnya dengan tangannya," hmm.. mungkin seluruh pelayan sedang ditugaskan untuk melayani pejabat yang diundang ke istana wanju.."

Seunggi melirik hyo joo, ia mengamati bahwa wanita itu cukup manis jika tersenyum.. ia menggeleng-gelengkan kepala untuk menyadarkan diri dari lamunannya. "he emm.. tidak ada yang salah dengan aku memanggil namamu. cepat atau lambat kau akan menjadi istri dari hyungnim.dan mungkin apa yang kau katakan benar, semua pelayanku pasti sedang berada di pavillion sekarang."

The Prince's WomansTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang