Kecewa

2.4K 121 3
                                    

"brussttt .... apa???! aku tidak salah dengar haraboji?" hyo joo menyemburkan teh yang hendak diminumnya.

"ne.., Yang mulia telah membuat janji dengan ayahmu bahwa beliau akan menikahkanmu dengan putra mahkota", kakek han menjawab pertanyaan hyo joo sambil mengelap bekas teh yang disemburkan hyo joo di wajahnya," yah ! bocah kecil! kau tidak pernah berubah! kau sebut dirimu wanita dengan kelakuan seperti ini?"

Hyo joo yang dimarahi kakeknya malah duduk terdiam. ia terus memandangi cangkir teh di tangannya.

"hyo joo-ya.." kakek han mendekati hyo joo dan mengelus kepala cucu kesayangannya itu."kau tahu kenapa Yang mulia bisa membuat janji seperti itu?"

Hyo joo menatap kakeknya, ia hanya menggeleng. lalu kembali menatap cangkir di kedua tangannya.

"hmmm.. kedua orang tuamu meninggal karena menyelamatkan Yang mulia, sebelum beliau menjadi raja, ayahmu adalah sahabat karib Yang mulia. mereka berdua mempunyai impian untuk membuat negeri ini menjadi negeri yang lebih baik dan ayahmu meyakini Yang mulia; yang pada saat itu merupakan jenderal perang terhebat di negeri ini, bisa mewujudkannya. saat pemberontakan untuk meruntuhkan raja sebelumnya, ayahmu dan ibumu dibunuh secara keji oleh pengikut raja goryeo karena mengakui kesalahan yang sebenarnya dilakukan Yang mulia. saat itulah ayahmu memohon kepada Yang mulia untuk menyelamatkan dan menjagamu. semenjak saat itu, beliau tidak pernah sekalipun membiarkanmu kekurangan satu hal apapun, saat ibukota dipindahkan ke hanyang, beliau membawa serta kau dan aku. kau tahu, perguruan yang sekarang aku kelola, dibangun atas perintah Yang mulia."

Hyo joo sangat terkejut mendengar cerita tentang kematian ayahnya. "mengapa selama ini kakek mengatakan bahwa aboeji dan eomanni meninggal karena sakit? kenapa kakek berbohong padaku?" hyo joo mulai menangis.

"maafkan kakek, ini adalah permintaan dari ayahmu. ia tidak ingin kau mengetahui bahwa dirinya dulu adalah seorang pemberontak. hal itu hanya akan membuatmu malu." kakek han mengusap air mata hyo joo dan memeluk cucunya itu.

"tapi kakek .. kenapa aku harus menikahi putra mahkota? ini tidak adil.." tangis hyo joo mereda di pelukan kakeknya.

Hyo joo menengadahkan kepalanya, "kakek.. bagaimana jika aku tidak menyetujuinya ? bagaimana jika aku tidak mau menikah dengan putra mahkota?"

Kakek han mendesah, ia mengelus-elus rambut hyo joo, "raja sudah memutuskannya hyo joo-ya.. bahkan tadi pagi sudah diadakan pertemuan dengan seluruh pejabat negeri. ini adalah amanat ayahmu untuk sahabatnya. selain itu, jika kau menikah dengan calon raja negeri ini, mimpi ayahmu dan Yang mulia untuk menciptakan negeri baru bisa diwujudkan oleh putra mahkota dan dirimu; anak-anak mereka."

Apakah ini yang bisa membuatmu bahagia, aboeji.. eommani? tapi bukan putera mahkota yang aku cintai.. bukan dia.., hyo joo berbicara lirih dalam hatinya.

-----

Geun young berjalan pelan menuju klinik istana. ia mengenakan hanbook berwarna kuning milik chae won, memang sengaja oenninya itu menyarankan agar geun young tidak mengenakan pakaian dayang untuk kencan pertamanya.

Sesekali ia mengeluarkan cermin di sakunya dan menatap bayangan wajahnya di cermin itu. hari itu geun young terlihat sangat bersinar, senyum tak lepas dari bibirnya barang sedetikpun. membayangkan untuk pertama kali dalam hidupnya, ia akan berkencan dengan seorang pria.

ia merapikan rambutnya yang sedikit berantakan karena tertiup angin.

"hihihi.. apa aku harus menyematkan bunga di rambutku?" geun young tertawa sendiri. "ahhhh.. lama-lama aku bisa jd gila.. ini semua karena kau kwang soo shi.. !"

Karena keasyikan berbicara sendiri, tidak terasa ia telah sampai di depan klinik istana.

Geun young berdiri sebentar di luar, ia masih ragu apakah ia harus masuk atau menunggu kwang soo di luar.

The Prince's WomansTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang