"Gue punya berita bagus buat lo,"

Alis gue naik. "Apatuh?"

"Temen gue ada yang mau pedekate sama lo,"

"Pedekate?"

"Sebenernya sih temennya Jongdae. Tapi gue juga udah pernah ketemu dia kok. Orangnya ganteng, yaaa lumayan deh,"

"So, lo mau comblangin gue sama dia?"

Nana ngangguk dengan yakin. "Abisnya gue kasian sama lo, lo tuh kurang kasih sayang. Tiap hari ngegalawin Sehuuuunn mulu. Ga moveon moveon,"

Gue menghela napas. "Ya gimana dong, namanya juga cinta.."

"Cinta..cinta.. makan tuh cinta!" Tiba-tiba Jongdae masuk dan gangguin sesi curhat gue sama Nana.

"Ngapain sih cowo-cowo mau ikut nimbrung cewe lagi ngegosip aja!" Omel gue ke Jongdae.

"Gapapa dong, emangnya masalah kalo gue ikut ngegosip?"

"Hih," gue mencibir. "Na, lo mimpi apa sih sampe bisa jadian ama dia?" Gue nanya Nana sambil nunjuk mukanya Jongdae.

Nana menggeleng. "Gue juga gatau. Mungkin kemaren gue lagi mabok kaliya jadi main asal terima aja,"

Gue dan Nana ketawa kompak, nyudutin Jongdae yang keliatannya udah kesel banget.

"Fine! Liat aja kalian berdua..." Jongdae nunjuk-nunjuk gue dan Nana. "Dan lo, gue gamau tau, besok lo harus ikut gue sama Nana!"

******

Besoknya, gue dipaksa Nana dan Jongdae untuk ikut mereka. Katanya sih gue mau dikenalin sama temen mereka, yang kemaren Nana omongin. Bisa bisanya mereka mau comblangin gue sama cowo yang belom gue kenal.

Gue duduk disebelah Nana, dan Jongdae duduk dihadapan Nana. Kita dateng lebih awal dan temennya Jongdae itu pun belom dateng. Kita udah pesen minuman duluan.

"Katanya udah sampe didepan restoran," kata Jongdae setelah melihat Line nya.

Gue celingak celinguk ke luar restoran, penasaran siapa sih temennya Jongdae sama Nana ini.

Seorang pria masuk ke dalam restoran dan gue tercengang. Bener ga ya orang itu temennya Nana sama Jongdae? Kalo iya... duh... gue maudeh dicomblangin sama dia. Ganteng banget. Mirip sama aktor Kim Woo Bin.

"Hei Lay!"

Gue yang sedang menghayal tentang cowo itu pun dibuat kaget sama Jongdae yang melambai kearah seseorang.

Bukan orang yang tadi gue liat. Bukan yang mirip Kim Woo Bin itu.

Orang yang dipanggil Lay itu pun senyum dari kejauhan dan menghampiri meja kami. Gue memicingkan mata, menatap dia sampai akhirnya dia sampai tepat dihadapan gue.

"Apa kabar?" Tanya Jongdae sambil berpelukan layaknya teman lama. Dan yang bikin mata gue hampir keluar adalah..... Jongdae ngomong pake bahasa cina.

"Hai Lay," sapa Nana dan dia juga pake bahasa cina.

Mampuslah. Jadi mereka mau jodohin gue sama orang cina?

Boro-boro bisa ngomong cina, bahasa korea gue aja masih asal-asalan.

Lay cuma senyum, lalu matanya berpaling ke gue. Jongdae pun ngomong lagi pake bahasa cina. Kayanya sih ngenalin gue.

"Ini ____, temen gue yang waktu itu pernah gue ceritain ke lo," (Jongdae ngomong pake bahasa cina)

Gue membungkuk sedikit. "Ha..lo.. saya ____. Senang bertemu dengan anda, maaf saya gabisa bahasa cina, yah boro-boro bahasa cina, bahasa korea aja masih belepetan," gue ngomong seadanya pake bahasa korea.

Seketika ketiganya pun ketawa ngakak dan cuma gue doang yang planga plongo.

Gue nyolek Nana. "Apaan sih ini?"

"_____, dia juga bisa bahasa korea kali," kata Jongdae dan mata gue membesar.

"Iyakah?" Tanya gue dengan polosnya.

"Iya. Gue bisa bahasa korea. Tenang aja." Kata Lay dan bener. Bahasa koreanya lumayan lancar juga.

Gue cuma kedap kedip kaya kambing cengo ngeliatin Jongdae-Nana-Lay bergantian.

"Oh? Hehe," gue cuma ketawa miris ngeliatin mereka bertiga.

******

"Jadi lo ga kuliah?" Tanya Lay.

Gue menggeleng pelan. "Belum. Nanti mungkin, lagian gue belom  mood untuk belajar lagi,"

Gue sekarang masih di restoran berdua sama Lay. Nana sama Jongdae katanya sih ada urusan mendadak. Paling juga ngibul tuh orang, cuma mau ngebiarin gue sama Lay berduaan doang.

Lay ngangguk. "Tipe cowo lo kaya gimana?"

Gue ngangkat kedua alis. "Hah?"

"Tipe cowo lo,"

"Ehm... gitudeh. Gue sih gapunya kriteria macem-macem, kalo udah suka yaaa suka,"

Gue langsung buru-buru mengalihkan pembicaraan.
"Lo itu orang cina pure atau ada darah campuran koreanya juga?"

"Nyokap gue punya darah korea juga," katanya dan gue cuma ngangguk.

Lama-lama boring juga ya kalo ngedate kaya gini. Gue ngecek handphone dan sebuah ide muncul dibenak gue.

"Ehm, Lay? Kayanya gue harus pergi sekarang, soalnya gue ada janji mendadak sama temen gue,"

Alis Lay naik. "Oh? Yaudah kalo gitu, janjian dimana? Mau gue anter?"

Gue menggeleng cepat. "Gausah gausah. Gue nanti dijemput sama dia dideket sini. Jadi... Gue duluan ya? Maaf kalo gue pamit duluan,"

Lay senyum manis. "Gapapa. Gue maklumin kok. Hati-hati ya,"

Gue ngangguk dan bales senyumnya dia. Setelah itu gue langsung kabur keluar restoran.

Gue jalan buru-buru dan tiba-tiba ada klakson dibelakang gue. Gue otomatis berhenti dan nengok, bertemu dengan motor yang ga asing bagi gue.

Motornya Sehun.

******

"_____? Mau kemana?" Tanya Sehun yang udah ngebuka helm full face-nya.

Kambuh lagi. Jantung gue. Degdegan lagi.

"_____?"

"Eh? Ah, engga. Gue lagi nyari angin aja," jawab gue asal.

Sehun sedikit mikir. "Lo.... mau ikut?"

Alis gue mengerut. "Kemana?"

"Jalan-jalan aja.. Hunting foto,"

Gue diem, dan ga lama menghela napas.

Kenapa... setelah lo bersikap dingin ke gue... lo balik lagi jadi Sehun yang dulu?




Tbc.

Blind Date [ COMPLETED ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang